Share

Bab 544

Penulis: Imgnmln
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-24 22:03:30

“Kapten Milan, menyingkirlah dan biarkan aku pergi! Untuk apa membuat anak buahmu begitu menderita?” Pada saat ini, Halbar yang diselimuti oleh kabut hitam bersuara.

Raut wajah Milan menjadi murung, dan dia mengayunkan pisau di tangannya berkali-kali. Namun, setiap kali serangga dan semut itu terhempas mereka akan segera berkumpul lagi, dan saat ini tubuh Milan sudah terasa lemas. Tapi saat melihat bawahannya yang menggeliat kesakitan, Milan juga merasa serba salah.

“Serangga dan semut takut api, Kapten Milan, apakah kamu tidak tahu?” Tepat saat Milan merasa serba salah, ada suara yang tiba-tiba terdengar dari belakangnya.

Milan terkejut dan bergegas menoleh ke belakang dan menemukan Nathan sedang berdiri di reruntuhan.

“Tuan Nathan, k-kamu …. tidak mati?” Milan tampak terkejut.

“Mati?” Nathan tersenyum ringan. “Aku akan mati semudah itu.”

Mendengar itu, Milan tampak bersemangat. Bagaimanapun Nathan adalah seorang kultivator, bagaimana mungkin dia bisa mati dengan mudah?

Hal
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1446

    BRAKK!Saat Sancho kembali ke Martial Shrine, amarahnya yang tertahan akhirnya meledak. Ia membanting pintu ruang pertemuan hingga bergetar. Kaidar sudah menunggunya di sana, duduk santai sambil menyesap teh, seolah sudah tahu segalanya."Bagaimana respons dari Tuan Ryujin, Ketua Aliansi?" tanya Kaidar, nada suaranya tenang yang menjengkelkan."Respons apanya?!" bentak Sancho. "Lain kali kalau ada ide gila menekan pemerintah, kau saja yang pergi! Aku hampir mati di sana!"Kaidar terkekeh pelan, tawa yang penuh dengan cemoohan. "Jadi, Tuan Ryujin berkata agar Martial Shrine menanganinya sendiri, bukan?"Sancho tertegun. "Bagaimana... bagaimana kau tahu?""Hanya dugaanku," jawab Kaidar sambil meletakkan cangkirnya. Matanya berkilat analitis. "Jika Tuan Ryujin ingin ikut campur, dia tidak akan membiarkan kekacauan di Kota Moniyan sejauh ini. Dia sedang menunggu. Menunggu semua kacung-kacunglemah saling menghancurkan, hingga medan perang ini bersih. Lalu, dia akan datang untuk membangun k

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bav 1445

    Keheningan total. Tak ada yang menjawab. Tak ada yang berani bahkan untuk sekadar bernapas terlalu keras.Senyum tipis yang dingin tersungging di bibir Ryujin. "Sancho, sepertinya mereka tidak sependapat denganmu."Keringat dingin membanjiri dahi Sancho. Ia berbalik dengan panik. "Bicara! Katakan sesuatu! Bukankah ini yang sudah kita sepakati?!" bentaknya pada rombongannya, suaranya terdengar putus asa.Namun, mereka tetap diam membisu, kepala mereka tertunduk seolah leher mereka terbuat dari timah."Sancho."Panggilan itu, meski diucapkan dengan nada rendah, terdengar seperti lonceng kematian di telinga Sancho. Tubuhnya gemetar hebat. Ia tahu, sang naga telah murka."Kau memimpin gerombolan ini untuk mengepung Parlemen," lanjut Ryujin, suaranya kini sedingin es. "Kau mencoba menekanku. Kau sudah melampaui batas."Ryujin mengangkat tangannya, sebuah gerakan yang santai seolah mengusir lalat.Udara di depan Sancho memadat, berubah menjadi dinding tak kasat mata yang menghantamnya denga

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1444

    "Nathan telah membantai belasan keluarga," jelas Kaidar, matanya berkilat cerdas. "Tidak peduli apa pun dendamnya, itu adalah kejahatan. Kita harus menghadap Tuan Ryujin, menuntut pihak pemerintah untuk menghukumnya secara resmi. Dengan begitu, kita tidak akan menjadi pembunuh, melainkan eksekutor keadilan."Sancho mendengus. "Ide bodoh. Semua orang tahu Ryujin berada di kapal yang sama dengan Nathan. Dia tidak akan pernah menghukum anak emasnya.""Benar," sela Ryuki, nadanya penuh kekesalan. "Jika bukan karena perlindungan Tuan Ryujin, si Nathan itu sudah lama menjadi debu. Dia tidak akan pernah bisa sebesar ini!"Kaidar tersenyum tipis, senyum seekor rubah yang sudah melihat akhir dari perburuan. "Justru itu yang kita manfaatkan. Kita tidak perlu Tuan Ryujin ikut campur. Sebaliknya, akan jauh lebih baik jika dia tidak ikut campur."Sudut bibirnya terangkat sedikit. "Ketika sang pelindung memilih diam, itu adalah lampu hijau. Martial Shrine bisa bergerak dengan dalih menjaga stabilit

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1443

    "Tuan Nathan," suara Scholar terdengar serak, berusaha menyembunyikan getaran di dalamnya. "Kehadiran Anda kembali adalah sebuah anugerah. Namun, saya merasa kedatangan Anda kemari membawa tujuan yang lebih mendesak."Nathan mengangguk pelan, tatapannya tajam dan tenang, seolah sedang mengamati pemandangan dari puncak gunung. "Anda benar, Kepala Keluarga Arteta. Waktu untuk bersembunyi telah usai." Ia berhenti sejenak. "Besok, saya akan menemui Ryuki di arena bela diri. Jazer akan saya tukar dengan Prisly. Tapi Ryuki licik seperti ular. Saya butuh jaminan.""Jaminan?" tanya Scholar."Sebarkan beritanya," lanjut Nathan, nadanya datar namun tak terbantahkan. "Biarkan seluruh komunitas bela diri di Kota Moniyan tahu. Biarkan mereka datang dan menjadi saksi. Di bawah tatapan ribuan pasang mata, bahkan seekor ular berbisa pun akan berpikir dua kali sebelum menggigit.""Apa?!" Bachira, yang sejak tadi berdiri diam di sisi ayahnya, maju selangkah. Wajahnya yang biasa tenang kini mengeras kar

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1442

    "Nona Chelsea, mungkinkah ada kesalahpahaman di sini?" kata Scholar dengan lembut."Jadi maksudmu aku yang berbohong?!" teriak Chelsea, semakin marah. "Tidak ada kesalahpahaman! Putra bajinganmu itu telah membius dan melecehkanku! Hari ini, aku pasti akan membunuhnya!"Setelah kata-kata itu keluar, seluruh halaman seolah membeku. Chelsea, dengan air mata mengalir di pipinya, menebaskan pedangnya. Energi pedang yang tajam dan mendominasi langsung mengarah ke Scholar dan Bachira. Scholar segera menciptakan dinding-dinding tanah untuk menahannya, tetapi ia tidak menyerang balik.Melihat itu, Chelsea semakin frustasi dan dipenuhi amarah. Ia mengayunkan pedangnya lagi, dan kali ini, belasan energi pedang melesat keluar. Scholar mengerahkan auranya, menciptakan sebuah penghalang yang menyelimuti dirinya dan putranya.Tepat saat belasan tebasan pedang itu akan menghantam penghalang mereka, tiba-tiba sebuah kilatan cahaya keemasan yang agung dan tak terbantahkan muncul dari ketiadaan, dan dal

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1441

    PLAK! PLAK! PLAK!Ia terus melayangkan tamparan demi tamparan.Jazer yang meskipun wajahnya sudah babak belur, masih tersenyum sinis. "Aku beritahu kau, Nathan," katanya melalui mulutnya yang berdarah, "Kau itu anak haram. Ibumu, sebelum pernikahannya, melarikan diri dengan pria lain dan mengandungmu. Dia membuat keluarga Zellon menjadi bahan tertawaan! Kalau bukan karenaku, dia pasti sudah mati sejak dulu!""Omong kosong!" raung Nathan, menghantamkan tinjunya hingga Jazer tidak bisa berbicara lagi.Dengan napas terengah-engah, Nathan berjalan keluar, pikirannya kacau. Ia harus menemukan Zephir."Paman Zephir!" katanya saat menemukan pria tua itu. "Apa yang sebenarnya terjadi pada ibuku? Apa benar dia kabur sebelum pernikahannya?"Zephir menatapnya, lalu menghela napas panjang yang sarat akan kesedihan puluhan tahun. "Ibumu memang melarikan diri," katanya pelan. "Tapi itu karena ia dipaksa untuk menikah. Saat itu, Tuan Besar juga tidak berdaya.""Tidak berdaya?" tanya Nathan tidak per

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status