Adam, lelaki berbaju hitam itu, berteriak kesakitan sambil menutup mulutnya.
Bibirnya terluka parah dan dia kehilangan beberapa gigi serinya. Di tengah kegelapan malam, jeritannya terdengar sangat menyeramkan."Diam, atau aku akan memukulmu lagi." Owen tersenyum, namun dia kembali mengangkat tangan kanannya yang memegang senapan.Baiklah!Adam pun tunduk. Dia menahan rasa ngilu yang menyiksanya dan berhenti berteriak dalam sekejap."Sial! Adam, tunjukkan sedikit keberanianmu. Aku kecewa melihatmu seperti ini! Kamu pantas mendapatkan hukuman!" umpat Owen, lalu dia kembali memukulkan baut senapan itu ke bawah.Sebuah suara retakan yang menakutkan pun terdengar.Baut senapan itu menghantam bahu Adam hingga membuat tulang belikatnya patah......Raungan menyedihkan pun terdengar kembali."Sial, sudah kubilang jangan berteriak!" Owen terus memukuli Adam.Adam meraung kesakitan hingga berurai air mata."Sial! Kalau kamu berani berteriak lagi, percaya atau tidak, aku akan langsung menghancurkan lehermu," ancam Owen seraya mengangkat senapannya sekali lagi."Aku tidak akan berteriak, tetapi kamu harus menepati janjimu untuk tidak menghajarku lagi," raung Adam dengan intonasi sedikit kaku, yang membuktikan bahwa dia bukan berasal dari Negara Washal.Owen memutar-mutar tangan kanannya. Senapan jarak jauh M4 sepanjang 1,5 meter itu berubah seratus delapan puluh derajat, meninggalkan baut di bagian atas dan moncongnya ke bawah."Jika kamu ingin aku berhenti, jawablah pertanyaanku dengan jujur." Owen mengacungkan senapan itu ke alis Adam. "Mengapa kamu menembaki aku tadi?""Bosku memerintahkanku untuk membunuh dokter atau siapa saja yang bisa mengobati Fiona. Begitu Fiona meninggal karena sakit, akan ada batu penghalang besar bagi Keluarga Harvey," jawab Adam."Bosmu cukup menarik. Katakan siapa dia," desak Owen.Adam menggeleng berulang kali. "Aku tidak tahu. Aku hanya seorang pembunuh bayaran yang sekadar menerima perintah untuk menyelesaikan misi.""Apa kamu pikir kamu layak menjadi seorang pembunuh?"Owen mencibir, "Berhubung kamu tidak memberiku informasi berharga, tidak ada gunanya menyelamatkanmu!""Tidak, aku berharga!".....Tiba-tiba sesuatu berdengung di saku jaket Adam. Suaranya berasal dari benda yang memancarkan cahaya di balik jaketnya.Owen pun membungkuk dan mengeluarkan ponsel dari saku Adam. Tidak ada nama penelepon yang tertera di layarnya, hanya ada serangkaian nomor tidak dikenal."Itu adalah telepon dari bosku. Tolong jangan bunuh aku," Adam memohon dengan suaranya yang serak."Diam!" Owen memelototi Adam lalu menjawab panggilan itu."Adam, kamu di mana sekarang?" Suara seorang pria paruh baya terdengar dari telepon.Owen tidak bersuara sedikit pun."Mengapa kamu tidak mengatakan apa pun?" Pria paruh baya itu kembali bertanya."Aku berada di tempat yang aman sekarang, dan aku sedang terluka." Owen terdiam sejenak, lalu meniru suara serak Adam. "Misi ini sulit. Aku berhadapan dengan seorang pria yang tangguh. Kalau kamu ingin aku melanjutkannya, berikan aku bayaran lebih.""Tidak masalah. Namun, tetap awasi Keluarga Harvey. Segera bunuh siapa pun yang bisa mendiagnosis dan mengobati penyakit Fiona. Aku akan membayarmu tiga kali lipat. Uangnya akan ditransfer ke rekeningmu dalam waktu tiga hari.""Baik, aku setuju."Kemudian, suara pekikan gembira dari pria paruh baya di telepon itu pun terdengar.Segera setelahnya, panggilan telepon juga berakhir."Menarik, bosmu sungguh licik. Dia akan mentransfer uangnya dalam waktu tiga hari!" Owen mencibir, "Adam, bosmu telah membodohimu. Jika aku tidak menetralkan racun dari tubuh Fiona hari ini, dia akan mati besok!""Tuan, aku tidak menginginkan uang. Aku bisa memberikan semua uangku kepadamu. Maukah kamu mengampuniku?" mohon Adam dengan wajah takut.Owen terkekeh, "Tidak. Suasana hatiku sedang tidak buruk, jadi aku akan memberimu dua pilihan. Mana yang lebih kamu sukai? Mati perlahan dengan siksaan atau mati dengan cepat?""Aku... tidak ingin mati!""Lupakan saja keinginanmu itu! Kamu tidak punya pilihan selain mati. Bersikaplah baik di kehidupan yang selanjutnya!"Adam pun meronta, berusaha untuk melawan.Beberapa detik kemudian, Owen melepaskan tembakannya. Suaranya tidak terdengar terlalu keras berkat peredam yang dipasang di moncong senapan.Sekitar pukul delapan malam, Owen kembali ke Rumah Keluarga Harvey. Ryan menantinya di depan rumah, diikuti oleh sekelompok pengawal. Kedua dokter itu sudah tidak ada di sini. Ryan telah memulangkan mereka.Ketika melihat Owen bergegas di tengah gerimis, Ryan segera berlari keluar dengan membawa payung. "Owen, akhirnya kamu kembali. Aku sangat berterima kasih karena kamu telah menyembuhkan putriku! Omong-omong, apakah kamu berhasil menangkap pria bersenjata itu?"Tindakan Ryan hampir mengejutkan semua orang yang melihatnya."Ya, ampun! Siapa pemuda itu? Ryan sedang membawakan payung untuknya.""Ryan mengatakan bahwa pemuda itu menyembuhkan Fiona! Apa kamu tidak mendengarnya?""Sial! Dia bukan orang biasa, tetapi kapan dia menyembuhkan Fiona? Mengapa kita tidak mengetahui apa pun?"Orang-orang lain di Rumah Keluarga Harvey akhirnya mengetahui tentang keberadaan Owen.Owen tidak memedulikan orang lain yang membicarakannya. Dia hanya menatap lurus kepada Ryan dan berkata sambil tersenyum, "Ya, aku telah menangkap pria bersenjata itu, tetapi sekarang dia sudah mati. Jadi, Ryan, tolong urus jasadnya."Apa?Ryan terdiam keheranan. Kemudian, dia buru-buru menarik Owen masuk. "Mari kita bicarakan di dalam."Tatapan semua orang tertuju kepada Ryan dan Owen yang berjalan berdampingan memasuki pos jaga sambil berbagi payung. Setelah melintasi halaman, keduanya masuk ke dalam rumah.Semenjak itu, seluruh anggota Keluarga Harvey mengetahui tentang Owen, termasuk kepala petugas keamanan dan para pelayan.Malam itu, Owen dan Ryan menginap di kantor Ryan."Ryan, jangan khawatir. Jarumnya tidak patah di dalam tubuh putrimu. Sebenarnya, kedua jarum itu bukanlah jarum emas sungguhan, melainkan terbuat dari sari jamur obat. Ujung jarumnya putus karena tubuh putrimu menyerap sari jamur obat tersebut."Rupanya begitu! Owen, kamu dokter yang luar biasa. Terima kasih banyak... ""Tidak apa-apa. Sekarang, mari kita bicara tentang masalah keluargamu. Putrimu telah diracuni dan seseorang menembaki rumahmu. Sepertinya, kamu mempunyai masalah besar, bukan? Ceritakan kepadaku tentang hal itu.""Kamu memang benar. Perusahaan Harvey membeli sebidang tanah di Kota Middleview untuk proyek resor wisata. Tak disangka, kami menemukan cadangan minyak yang sangat besar di bawah tanah tersebut. Konsorsium dan negara-negara adidaya sudah lama berjuang untuk mendapatkan sumber energi. Sejak saat itu, begitu banyak pihak mulai mendekatiku. Bahkan, mereka tidak pernah kukenali sebelumnya."Menurut Ryan, orang-orang mendekatinya dengan tujuan antara memaksanya atau memancingnya. Banyak orang yang memusuhinya. Bagaimanapun juga, tanah air Ryan adalah Negara Washal. Mana mungkin dia menjual sumber energi ke pihak asing? Oleh sebab itu, dia mulai menerima gangguan dari pihak asing.Baru-baru ini, Ryan telah selamat dari tiga percobaan pembunuhan. Jika bukan karena pengawal cakap yang selalu siap sedia di sekitarnya, dia pasti sudah terbunuh. Jelas, keracunan Fiona pasti juga merupakan ulah jahat beberapa orang yang bermaksud buruk terhadap Ryan.Namun, Ryan, yang telah berpengalaman di dunia bisnis selama bertahun-tahun, tidak mau mengalah semudah itu. Kini Owen menjadi pengawal putrinya, jadi Ryan bisa terbebas dari kekhawatiran dan mulai bersiap untuk memberikan serangan balik."Apakah kamu membutuhkan bantuanku?" Owen berkata dengan seulas senyum di bibirnya, "Jika kamu membutuhkannya, aku bisa membantumu mengatur segalanya dengan cepat. Anggap saja seperti aku menyelesaikan misiku sebelumnya.""Tidak! Kurasa aku mampu mengendalikan segalanya untuk saat ini. Kemungkinan terburuknya, aku akan langsung menyumbangkan sebidang tanah itu kepada negara ini. Sekarang aku hanya ingin kamu melindungi Fiona. Enam bulan lagi, dia akan genap berusia dua puluh tahun. Aku percaya kepada takdir. Seseorang mengatakan kepadaku bahwa dia tidak akan bertahan hidup lebih dari dua puluh tahun. Aku baru bisa merasa tenang setelah batas waktu itu terlampaui," jelas Ryan."Baiklah, katakan padaku jika kamu membutuhkan bantuanku. Aku mengetahui cara menghadapi pasukan asing itu lebih baik darimu.""Baiklah!"Mereka melanjutkan perbincangan selama lebih dari dua jam sebelum akhirnya mereka keluar dari kantor."Owen, kamarmu ada di lantai tiga, tepat di seberang kamar Fiona agar lebih mudah bagimu untuk melindunginya. Selamat malam." Ryan mengiringi Owen hingga mencapai tangga, lalu menunjuk ke atas."Baiklah!" Owen mengangguk dan berjalan menaiki tangga."Tunggu, Owen. Jangan beri tahu Fiona tentang apa yang kuceritakan hari ini. Aku hanya ingin dia tumbuh dewasa dengan bahagia.""Aku mengerti!" jawab Owen tanpa menoleh ke belakang, lalu dia teringat sesuatu yang penting. "Omong-omong, awasi kedua dokter yang kamu undang hari ini."Setelah mendengar nasihat Owen, Ryan terdiam. Beberapa saat kemudian, Ryan mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sebuah nomor telepon. "Cek ... "Keesokan paginya sekitar pukul setengah enam pagi, Owen terbangun di sebuah ranjang besar yang empuk. Pendengarannya begitu tajam hingga dia bisa mendengar suara barang yang pecah dari kamar seberang.Owen hanya membutuhkan waktu kurang dari lima detik untuk berpakaian. Dia berjalan cepat menuju pintu dan bergegas keluar, nyaris tidak membuat suara sedikit pun.Kemudian, Owen berdiri di depan pintu Fiona. Telinga kirinya sedikit berkedut. Diambilnya sebuah jarum perak dari sana, lalu dia menusuknya ke lubang kunci pintu.Sebuah pegas di lubang kunci pintu itu mencuat.Setelah itu, Owen segera memasuki kamar Fiona.Kaca jendela yang hancur karena peluru kemarin telah diganti dengan yang baru. Tirai tebal di jendela menghalangi cahaya matahari masuk, membuat suasana dalam kamar itu sedikit remang. Fiona sedang berdiri di depan lemari, mencari pakaian sambil memaki, "Owen berengsek, berani sekali kamu menyentuh dadaku, membuatku mengompol, dan memaksaku terus berbaring di tempat tidur. D
"Apa?" Owen segera menutup pintu dan kembali ke kamarnya.Terdengar sebuah suara keras menyusul.Setelah kembali ke kamarnya, Owen kembali mendengar suara pecahan barang dari seberang pintu. Sepertinya Fiona sangat marah kepada Owen sehingga dia harus memecahkan sesuatu untuk melampiaskan kemarahannya."Gadis yang temperamental!" gumam Owen sambil mengulurkan penyadap suara itu dan memeriksanya.Setelah mengamati beberapa saat, mata Owen berkilat tajam. Digenggamnya penyadap suara itu erat-erat."Mungkin sang bos, dalang dari semua ini, benar-benar akan memberi uang kepada Adam. Pasti Adam mengetahui bahwa aku telah berhasil menyembuhkan Fiona berkat penyadap suara ini, karena itu dia berusaha melenyapkanku. Bagaimanapun, penyadap suara ini tidak berguna lagi sekarang."Setelah Owen menyadari hal itu, dia mematahkan penyadap suara itu menjadi dua.Di sebuah apartemen kelas atas, dua pria dengan penyuara telinga mendadak berdiri sambil berteriak dan melemparkan penyuara telinga mereka
Cody terengah-engah.Kemarahan menguasai dirinya. Ruby yang cantik pun terlihat sedikit marah.Fiona berkata dengan wajah masam, "Jangan membual, Owen! Ayo balapan. Mulai dari vila, kita balapan sepanjang jalan tol, hingga Universitas Samudra. Pemenangnya adalah yang sampai duluan.""Yang terpenting, kita punya taruhan! Owen, bukankah kamu bilang kami lemah?" Ruby menambahkan, "Kalau kalah, kamu tidak boleh sombong lagi di depan kami! Kami akan menjadi bos dan kamu harus patuh!""Bagaimana kalau kamu yang kalah?" Owen balik bertanya.Cody berteriak, "Kalau kami kalah, kamu akan menjadi bos dan kami akan patuh padamu!""Kalau aku meminta kalian makan kotoran, apa kalian akan melakukannya?" tanya Owen sambil tersenyum.Apa-apaan itu!Cody bukan tandingan Owen. Kalau tidak, Cody sudah pasti akan menghajarnya."Tentu saja! Kalau kamu bisa mengalahkanku, aku akan melakukannya!" Cody berjalan ke samping Frod
"Jangan tertekan. Bukan hal yang memalukan karena kalah taruhan denganku," kata Owen.Fiona tidak bisa berkata apa-apa."Jika kamu memanggilku Sayang, aku tidak akan bertaruh denganmu. Bagaimana menurutmu?" Owen bertanya padanya.Fiona tidak menjawab apa-apa.Sepuluh menit kemudian, Posche 911 yang dikendarai Owen masih melaju dengan kecepatan lebih dari 200 kilometer per jam.Kecepatannya semakin meningkat dan hampir mencapai 240 kilometer per jam. Seperti kata Owen, tidak peduli seberapa cepat Frod Mustong dan Maseroti mereka, dia tidak akan dapat dikejar karena mereka menunggu selama 99 detik.Owen menyetir Posche 911 dengan cepat di sepanjang jalan sehingga menarik banyak perhatian. Ada banyak mobil mewah yang masih ingin mengejarnya, tapi segera menyerah."Aku benar, Fiona. Kedua temanmu sangat buruk sehingga aku tidak bisa melihat mereka mengejarku," ucap Owen sambil menyetir.Fiona berkata dengan marah, "
Sombong dan dominan adalah kata-kata yang paling cocok untuk menggambarkan Owen saat ini.Di antara semua mahasiswa yang berkumpul di sini, para pria terkejut dan menjadi rendah diri melihat sikap Owen yang mendominasi. Sementara itu, para gadis mulai tergila-gila pada Owen dan memandangnya dengan kagum.Kemudian terdengar suara bising.Dua mobil melaju kencang dan berhenti mendadak. Kedua mobil itu adalah Frod Mustong Cody dan Maseroti Ruby."Owen, kamu menerobos lampu merah. Kamu ... aku akui bahwa kamu menyetir sangat cepat dan menikung dengan sangat baik, tapi mengapa orang itu terkapar di tanah?" Begitu Cody keluar dari mobil, dia sudah memikirkan alasan atas kekalahannya. Namun, dia tersandung dan hampir terjatuh oleh Felix.Berikutnya, Ruby keluar dari mobil dan melayangkan tinjunya pada Owen, "Owen, kamu menerobos lampu merah. Dasar tidak tahu malu."Owen berkata sambil tersenyum, "Kamu mengajakku balapan, tapi kamu tidak bilang bahwa aku tidak boleh menerobos lampu merah! Kal
Terdapat meja untuk sepuluh orang di Aula Emas dan setiap tempat duduk dilengkapi dengan peralatan makan yang mewah. Ruangan itu dihiasi dengan karpet lembut, TV, dan kulkas sehingga terasa nyaman.Meja itu tampak sedikit kosong dengan hanya empat orang yang duduk di situ. Namun, Cody sangat menikmatinya. Nona Manners pergi ke kamar pribadi, meletakkan kupon makan, dan pergi. Dua pelayan datang, satu menyerahkan buku menu dan satu lagi menyajikan kopрі.Cody, sang tuan rumah, membalikkan menu dengan cekatan ke halaman hidangan laut kelas atas dan menunjuk, "Aku ingin empat porsi untuk yang ini.""Wah! Cody, makanan favoritku adalah teripang dengan saus tiram." Ruby, yang duduk di samping Cody, berkata dengan gembira, "Ini mahal sekali. Aku tidak mampu mengajak orang lain untuk makan di sini. Kamu sangat murah hati!"Cody tersenyum mendengarnya. Semakin banyak orang memuji Cody, Cody semakin senang. Selanjutnya Cody berkata kepada pelayan, "Ada sat
Fiona dan Ruby mengangguk kaku. Sebenarnya, mereka ketakutan dengan para pria agresif ini.Mereka juga tidak paham maksud Owen ketika dia mengatakan bahwa dirinya ingin berolahraga! Mereka bahkan bertanya-tanya apakah Owen sudah tahu kalau seseorang akan masuk dan membuat masalah.Owen memukul Felix dengan botol hingga jatuh, lalu gerombolan preman bawahan Felix marah."Apa? Berani-beraninya kamu memukul Felix!""Pukul dia, pukul sampai mati!""Siapa saja yang memukul Felix akan mati!"Gerombolan preman itu menerjang Owen, lalu masing-masing dari dua preman terkuat mengayunkan pipa hingga menghantam ubun-ubun Owen.Dua botol beterbangan.Namun, tidak ada yang bisa melihat bagaimana Owen berhasil menerbangkan dua botol kosong itu. Kemudian, botol-botol itu pecah di dahi dua orang kuat tadi. Mereka berteriak kesakitan, lalu menjatuhkan dua pipa baja yang mereka pegang.Pada saat yang bersamaan, Owen mengi
Felix tersenyum jahat, "Clare adalah Ketua Geng Pemburu. Owen, bisakah kamu mengalahkannya? Clare pernah menggunakan pisau dapur untuk membunuh preman jalanan. Semoga kamu tidak mengompol saat bertemu dengan Clare!"Owen tidak akan mendengar ucapan Felix, tetapi sorot mata Felix dipenuhi oleh hasrat ingin membunuh.Ponsel Adam berdering. Itu bukan panggilan masuk dari seseorang, tetapi pesan teks.Dua pesan teks. Pesan pertama menunjukkan bahwa uang sejumlah empat miliar lima ratus juta Rupiah telah ditransfer ke rekening Adam. Pesan berikutnya berbunyi, [ Pembayaran tiga kali lipat telah ditransfer ke rekening kamu. Sekarang, target kamu adalah Owen, pengawal Fiona dan orang yang telah menyembuhkannya. Bagaimanapun caranya... bunuh Owen! ]"Owen, jika ada seseorang yang membayarmu untuk bunuh diri, bagaimana perasaanmu?" Fiona menepi ke pinggir jalan, memiringkan kepalanya yang kecil, lalu menatap layar ponsel Owen, mata Fiona yang besar mengerling.Owen menjawab, "Biasa saja, tidak