Share

bab 5 : Maling?

"Lepas!" Jessica berteriak, memberontak minta dilepas dari genggaman seseorang yang tak tau siapa.

"Sebaiknya anda pergi, sebelum saya laporkan ke security agar kalian diusir dari sini," ucap Rendra dengan sangat halus. Bahkan ia mempersilahkan Jessica pergi dengan tangan yang menunjuk ada arah pintu keluar.

"Akh! Sial awas aja Lo Na. Sampai kapanpun urusan kita nggak akan pernah selesai," ancam Jessica yang akhirnya pergi dari sana.

Kana merasa lega ada Rendra disini. Rendra adalah salah satu orang kepercayaan keluarganya. Dia asisten pribadi Kakaknya.

"Ngapain disini?" tanya Kana

"Saya diperintah oleh Tuan untuk menjaga anda selagi dia belum kembali," jawab Rendra dengan sangat formal.

Kana melirik sekilas pada Lea, lalu menarik Rendra agar sedikit menjauh, "Kapan dia pulang?" tanyanya to the point.

"Minggu ini,"

"Minggu ini?" Kana menatap Rendra tak percaya, "Ah iya hampir lupa, cewek yang disana itu Lea. Dia akan kerja di kantornya Papa aku titip dia bisa kan?"

Rendra mengernyitkan dahinya, melirik pada perempuan yang sedang tampak ketakutan disana.

"Kenapa harus titip?"

"Yaampun, kayak nggak tau Kakak gimana aja. Intinya aku titip kalo bisa jangan sampe mereka ketemu, aku nggak mau Lea jadi korban si resek itu,"

Rendra memutar bola matanya malas, "Oke, tapi aku nggak janji."

"Ya okelah, terserah" Kana menepuk pundak Rendra lalu pergi meninggalkan pria itu disana.

Ia menghampiri Lea, merangkulnya dan membawanya pergi dari sana.

"Itu siapa Kak?"

"Ah itu temen kok, oh ya nanti pas kamu kerja mungkin akan ketemu sama dia,"

"Dia juga kerja di kantor itu?"

Kana hanya mengangguk, tersenyum manis pada Lea. 'Jadi pengen punya adek cewek, pasti lucu'

***

Hari ini akan jadi hari yang tak pernah Lea lupakan dalam hidupnya, "Semangat Lea, hari pertama kerja," gumamnya tersenyum.

Ia sudah menandatangani kontrak kerja dan juga mendapat bimbingan, "Perkenalkan dia Lea, office girl baru disini. Kalian bimbing dia, mengerti?" ucap Bu Desi.

"Baik Bu," jawab mereka kompak.

Desi meninggalkan Lea bersama rekan-rekannya. "Perkenalkan saya Siti, saya yang bertanggung jawab untuk office girl di kantor ini. Saya harap kamu tidak membuat kesalahan selama kerja disini,"

"Baik Bu, mohon bimbingannya,"

Lea dengan senang hati melakukan apapun yang diperintahkan padanya hari ini, mulai dari menyapu, mengepel, membuatkan minum dan masih banyak lagi. Ia bahkan diajak berkeliling untuk mengetahui seluk beluk kantor ini disela-sela tugasnya.

Kantor ini jauh lebih besar dari bayangannya, "Kamu kok bisa kerja disini? Dapet info dari mana?" tanya Ola salah satu karyawan juga disini.

Seketika Lea mengingat perkataan Kana pagi ini, 'Kamu jangan pernah bilang kalau aku yang bantu kamu dapet kerja, kalau ditanya jawab aja dari orang lain yang kebetulan ketemu sama kamu. Ngerti Lea?'

"Oh aku dapet info dari orang, waktu itu aku nggak sengaja denger kalo disini buka lowongan jadi aku coba buat daftar," jawab Lea bohong.

Ola hanya mengangguk saja, "Aku pikir berkat bantuan Bu Kana,"

"Dia itu terkenal suka bantu orang yang lagi cari kerjaan, termasuk aku" tambah Ola.

Lea belum lama kenal Kana, tapi ia tau jika Kana itu orang baik. Buktinya dia juga membantu Ola untuk mendapatkan kerja.

Hari pertama bagi Lea berjalan begitu lancar tapi sebelum pulang mereka semua dikumpulkan karena akan ada pengumuman penting dari Bu Siti.

"Selamat sore semua, sebelum kalian pulang saya ingin memberitahukan jika dalam waktu dekat pimpinan kantor ini akan datang. Kita tidak tau pasti itu kapan tapi saya harap kalian selalu waspada, sebagian dari kalian sudah mendengar bagaimana sifat pimpinan disini. Itu saja yang ingin saya sampaikan, kalian bisa pulang."

"Emang pimpinan disini tuh yang mana sih? Bukannya Tuan Karel ya,"

"Bukan, pimpinan resmi disini tuh anaknya. Setahuku gitu,"

"Yang dari Amerika itu?"

"Iya dia," desis an mereka membuat Lea juga penasaran. "Ola, kamu pernah tau pimpinan disini?" tanya Lea.

"Pernah tapi cuma sekali kalo nggak salah waktu itu pas ulangtahun kantor, setelah itu nggak pernah liat lagi. Katanya dia di Amerika sekarang, dan memang dia akan pulang ke Indonesia,"

"Oh gitu, dia galak ya?"

"Emh, nantikan kamu tau sendiri. Aku juga belum tau pasti cuma denger-denger aja,"

Lea hanya mengangguk, perkataan Kana tempo hari kembali berputar di otaknya. 'Biarlah toh orangnya juga belum disini' batin Lea.

***

Kana hari ini datang ke rumah orang tuanya untuk memastikan apa Kakaknya sudah datang, "Tumben kesini, katanya kamu udah ada temen ya di Apartemen," ujar Thea sang Mama.

"Oh iya Ma, Kakak udah pulang?" Kana bertanya dengan hati-hati.

"Belum, kita belum dapet kabar yang pasti dalam waktu dekat. Kenapa?"

"Nggak apa-apa sih Ma, oh ya aku belum cerita ya ke Mama," Kana mendekati Ibunya yang sedang duduk di sebuah sofa di ruang keluarga.

"Cerita apa?"

"Jadi temen yang tinggal di Apartemen aku itu dia dateng dari kampung, terus dia sekarang kerja di kantornya Papa," ucap Kana dengan meringis menunjukkan barisan giginya yang putih.

"Kenapa kamu taruh sana?"

"Habisnya di kantor Mama lowongannya udah penuh. Aku nggak bisa maksain dong Ma,"

Thea menghela nafasnya dengan berat, ia tau betul perangai anak lelakinya itu. Dulu sewaktu dia mampir ke Indonesia selama beberapa Minggu saja banyak karyawan yang mengundurkan diri karena tak betah dengan sifatnya yang terlalu perfeksionis tak hanya itu dia pun juga keras kepala.

Apalagi dengan karyawan dari golongan bawah jika ia memberi perintah selalu tak kira-kira.

"Ma, mama kenapa bengong?" Kana menggoyangkan lengan Thea. Membuat Ibunya kembali tersadar dari lamunannya.

"Nggak, cuma kepikiran aja. Semoga nggak banyak yang keluar kali ini kasihan Papa,"

"Ah aku juga mikirnya gitu, emh Ma ada makanan nggak yang bisa aku bawa ke apartemen. Ini udah jam pulang kerja, Lea pasti udah dijalan,"

"Ada, bentar Mama taruh di Tupperware, kapan-kapan kamu ajaklah ke sini. Atau Mama yang main kesana,"

"Boleh sih, tapi aku belum sepenuhnya cerita ke dia tentang siapa aku. Aku cuma nggak mau buat dia minder Ma,"

"Yaudah kalo itu terserah kamu, tapi Mama pengen ketemu sama Lea,"

"Nanti Mama ikut aja,"

"Malam ini nggak bisa sayang, Mama nanti mau nemenin Papa kamu ketemu client,"

"Yaudah kalo gitu,"

Kana pergi dari sana setelah mendapatkan bekal dan sedikit banyak ia menceritakan hari-hari yang ia lalui.

***

Lea baru saja mendapat pesan dari Kana yang tiba-tiba tidak bisa pulang malam ini dan ia menitipkan makanan pada security.

Alhasil dia harus turun ke bawah untuk mengambil makanan itu, usai mengambil. Ia kembali ke atas.

Anehnya saat sudah berada didepan pintu apartemen Kana, pintu ini sedikit terbuka.

"Perasaan tadi udah aku tutup deh kok bisa kebuka, jangan-jangan ada maling," gumam Lea. Ia perlahan-lahan masuk ke dalam, mengendap-endap seperti maling malahan.

Ia lihat disekelilingnya sepi tak ada orang, bahkan semua barang terlihat masih utuh dan pada tempatnya.

"Aneh kok sepi, terus kok bisa pintunya kebuka," Lea terus bergumam. Bertanya pada dirinya sendiri.

Ia meletakkan paper bag diatas meja, ia tak bisa makan dengan tenang jika belum menemukan titik terang kenapa pintu itu bisa terbuka dengan sendirinya.

Dilantai atas aman, kosong. Di dapur, kamar mandi, gudang juga aman.

"Masa iya malingnya ada di kamar aku?" ucapnya saat melihat pintu kamarnya. Mustahil, tapi mari kita coba lihat.

Lea berjalan sangat pelan bahkan hampir tidak menimbulkan suara apapun. Saat ia membuka pintu kamar perlahan degup jantungnya berdetak tak karuan. Ia takut jika didalam sini ada maling. Dia bahkan di rumah sendirian saat ini tak ada Kana.

"Huft! Tenang Lea,"

Pintu terbuka sedikit demi sedikit sampai ia melihat seseorang tertidur diatas ranjangnya dengan tengkurap. "Ini dia malingnya,"

Lea mundur untuk mengambil senjata, yang ia temui hanya sebuah sapu di dekatnya saat ini.

Ia mengangkat tinggi-tinggi sapu itu, tanpa pikir panjang Lea memukul-mukul orang itu hingga tersadar dan meronta-ronta.

"Aduh! Sakit!"

"Maling! Maling! Dasar Maling!"

"Woi stop! Gue bukan maling. Sial!

"Maling!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status