"Lepas!" Jessica berteriak, memberontak minta dilepas dari genggaman seseorang yang tak tau siapa.
"Sebaiknya anda pergi, sebelum saya laporkan ke security agar kalian diusir dari sini," ucap Rendra dengan sangat halus. Bahkan ia mempersilahkan Jessica pergi dengan tangan yang menunjuk ada arah pintu keluar."Akh! Sial awas aja Lo Na. Sampai kapanpun urusan kita nggak akan pernah selesai," ancam Jessica yang akhirnya pergi dari sana.Kana merasa lega ada Rendra disini. Rendra adalah salah satu orang kepercayaan keluarganya. Dia asisten pribadi Kakaknya."Ngapain disini?" tanya Kana"Saya diperintah oleh Tuan untuk menjaga anda selagi dia belum kembali," jawab Rendra dengan sangat formal.Kana melirik sekilas pada Lea, lalu menarik Rendra agar sedikit menjauh, "Kapan dia pulang?" tanyanya to the point."Minggu ini,""Minggu ini?" Kana menatap Rendra tak percaya, "Ah iya hampir lupa, cewek yang disana itu Lea. Dia akan kerja di kantornya Papa aku titip dia bisa kan?"Rendra mengernyitkan dahinya, melirik pada perempuan yang sedang tampak ketakutan disana."Kenapa harus titip?""Yaampun, kayak nggak tau Kakak gimana aja. Intinya aku titip kalo bisa jangan sampe mereka ketemu, aku nggak mau Lea jadi korban si resek itu,"Rendra memutar bola matanya malas, "Oke, tapi aku nggak janji.""Ya okelah, terserah" Kana menepuk pundak Rendra lalu pergi meninggalkan pria itu disana.Ia menghampiri Lea, merangkulnya dan membawanya pergi dari sana."Itu siapa Kak?""Ah itu temen kok, oh ya nanti pas kamu kerja mungkin akan ketemu sama dia,""Dia juga kerja di kantor itu?"Kana hanya mengangguk, tersenyum manis pada Lea. 'Jadi pengen punya adek cewek, pasti lucu'***Hari ini akan jadi hari yang tak pernah Lea lupakan dalam hidupnya, "Semangat Lea, hari pertama kerja," gumamnya tersenyum.Ia sudah menandatangani kontrak kerja dan juga mendapat bimbingan, "Perkenalkan dia Lea, office girl baru disini. Kalian bimbing dia, mengerti?" ucap Bu Desi."Baik Bu," jawab mereka kompak.Desi meninggalkan Lea bersama rekan-rekannya. "Perkenalkan saya Siti, saya yang bertanggung jawab untuk office girl di kantor ini. Saya harap kamu tidak membuat kesalahan selama kerja disini,""Baik Bu, mohon bimbingannya,"Lea dengan senang hati melakukan apapun yang diperintahkan padanya hari ini, mulai dari menyapu, mengepel, membuatkan minum dan masih banyak lagi. Ia bahkan diajak berkeliling untuk mengetahui seluk beluk kantor ini disela-sela tugasnya.Kantor ini jauh lebih besar dari bayangannya, "Kamu kok bisa kerja disini? Dapet info dari mana?" tanya Ola salah satu karyawan juga disini.Seketika Lea mengingat perkataan Kana pagi ini, 'Kamu jangan pernah bilang kalau aku yang bantu kamu dapet kerja, kalau ditanya jawab aja dari orang lain yang kebetulan ketemu sama kamu. Ngerti Lea?'"Oh aku dapet info dari orang, waktu itu aku nggak sengaja denger kalo disini buka lowongan jadi aku coba buat daftar," jawab Lea bohong.Ola hanya mengangguk saja, "Aku pikir berkat bantuan Bu Kana,""Dia itu terkenal suka bantu orang yang lagi cari kerjaan, termasuk aku" tambah Ola.Lea belum lama kenal Kana, tapi ia tau jika Kana itu orang baik. Buktinya dia juga membantu Ola untuk mendapatkan kerja.Hari pertama bagi Lea berjalan begitu lancar tapi sebelum pulang mereka semua dikumpulkan karena akan ada pengumuman penting dari Bu Siti."Selamat sore semua, sebelum kalian pulang saya ingin memberitahukan jika dalam waktu dekat pimpinan kantor ini akan datang. Kita tidak tau pasti itu kapan tapi saya harap kalian selalu waspada, sebagian dari kalian sudah mendengar bagaimana sifat pimpinan disini. Itu saja yang ingin saya sampaikan, kalian bisa pulang.""Emang pimpinan disini tuh yang mana sih? Bukannya Tuan Karel ya,""Bukan, pimpinan resmi disini tuh anaknya. Setahuku gitu,""Yang dari Amerika itu?""Iya dia," desis an mereka membuat Lea juga penasaran. "Ola, kamu pernah tau pimpinan disini?" tanya Lea."Pernah tapi cuma sekali kalo nggak salah waktu itu pas ulangtahun kantor, setelah itu nggak pernah liat lagi. Katanya dia di Amerika sekarang, dan memang dia akan pulang ke Indonesia,""Oh gitu, dia galak ya?""Emh, nantikan kamu tau sendiri. Aku juga belum tau pasti cuma denger-denger aja,"Lea hanya mengangguk, perkataan Kana tempo hari kembali berputar di otaknya. 'Biarlah toh orangnya juga belum disini' batin Lea.***Kana hari ini datang ke rumah orang tuanya untuk memastikan apa Kakaknya sudah datang, "Tumben kesini, katanya kamu udah ada temen ya di Apartemen," ujar Thea sang Mama."Oh iya Ma, Kakak udah pulang?" Kana bertanya dengan hati-hati."Belum, kita belum dapet kabar yang pasti dalam waktu dekat. Kenapa?""Nggak apa-apa sih Ma, oh ya aku belum cerita ya ke Mama," Kana mendekati Ibunya yang sedang duduk di sebuah sofa di ruang keluarga."Cerita apa?""Jadi temen yang tinggal di Apartemen aku itu dia dateng dari kampung, terus dia sekarang kerja di kantornya Papa," ucap Kana dengan meringis menunjukkan barisan giginya yang putih."Kenapa kamu taruh sana?""Habisnya di kantor Mama lowongannya udah penuh. Aku nggak bisa maksain dong Ma,"Thea menghela nafasnya dengan berat, ia tau betul perangai anak lelakinya itu. Dulu sewaktu dia mampir ke Indonesia selama beberapa Minggu saja banyak karyawan yang mengundurkan diri karena tak betah dengan sifatnya yang terlalu perfeksionis tak hanya itu dia pun juga keras kepala.Apalagi dengan karyawan dari golongan bawah jika ia memberi perintah selalu tak kira-kira."Ma, mama kenapa bengong?" Kana menggoyangkan lengan Thea. Membuat Ibunya kembali tersadar dari lamunannya."Nggak, cuma kepikiran aja. Semoga nggak banyak yang keluar kali ini kasihan Papa,""Ah aku juga mikirnya gitu, emh Ma ada makanan nggak yang bisa aku bawa ke apartemen. Ini udah jam pulang kerja, Lea pasti udah dijalan,""Ada, bentar Mama taruh di Tupperware, kapan-kapan kamu ajaklah ke sini. Atau Mama yang main kesana,""Boleh sih, tapi aku belum sepenuhnya cerita ke dia tentang siapa aku. Aku cuma nggak mau buat dia minder Ma,""Yaudah kalo itu terserah kamu, tapi Mama pengen ketemu sama Lea,""Nanti Mama ikut aja,""Malam ini nggak bisa sayang, Mama nanti mau nemenin Papa kamu ketemu client,""Yaudah kalo gitu,"Kana pergi dari sana setelah mendapatkan bekal dan sedikit banyak ia menceritakan hari-hari yang ia lalui.***Lea baru saja mendapat pesan dari Kana yang tiba-tiba tidak bisa pulang malam ini dan ia menitipkan makanan pada security.Alhasil dia harus turun ke bawah untuk mengambil makanan itu, usai mengambil. Ia kembali ke atas.Anehnya saat sudah berada didepan pintu apartemen Kana, pintu ini sedikit terbuka."Perasaan tadi udah aku tutup deh kok bisa kebuka, jangan-jangan ada maling," gumam Lea. Ia perlahan-lahan masuk ke dalam, mengendap-endap seperti maling malahan.Ia lihat disekelilingnya sepi tak ada orang, bahkan semua barang terlihat masih utuh dan pada tempatnya."Aneh kok sepi, terus kok bisa pintunya kebuka," Lea terus bergumam. Bertanya pada dirinya sendiri.Ia meletakkan paper bag diatas meja, ia tak bisa makan dengan tenang jika belum menemukan titik terang kenapa pintu itu bisa terbuka dengan sendirinya.Dilantai atas aman, kosong. Di dapur, kamar mandi, gudang juga aman."Masa iya malingnya ada di kamar aku?" ucapnya saat melihat pintu kamarnya. Mustahil, tapi mari kita coba lihat.Lea berjalan sangat pelan bahkan hampir tidak menimbulkan suara apapun. Saat ia membuka pintu kamar perlahan degup jantungnya berdetak tak karuan. Ia takut jika didalam sini ada maling. Dia bahkan di rumah sendirian saat ini tak ada Kana."Huft! Tenang Lea,"Pintu terbuka sedikit demi sedikit sampai ia melihat seseorang tertidur diatas ranjangnya dengan tengkurap. "Ini dia malingnya,"Lea mundur untuk mengambil senjata, yang ia temui hanya sebuah sapu di dekatnya saat ini.Ia mengangkat tinggi-tinggi sapu itu, tanpa pikir panjang Lea memukul-mukul orang itu hingga tersadar dan meronta-ronta."Aduh! Sakit!""Maling! Maling! Dasar Maling!""Woi stop! Gue bukan maling. Sial!"Maling!"Biasanya saat malam mulai datang dan waktu semakin mengarah ke tengah malam, Ken dan para karyawannya sudah ada dibawah alam mimpi.Namun kali ini berbeda karena mereka harus bekerja. “Cepat! Cepat sebentar lagi mereka datang!” seru Rendra memberi semangat pada semuanya.Ia baru saja mendapat kabar jika Sheila bersedia untuk menjadi model namun jadwal yang ia punya hanya di malam hari lebih tepatnya tengah malam.Karena waktu semakin mepet dan juga tidak bisa mengajukan jam lain jadi mereka setuju jika malam ini mereka akan lembur yang terpenting perusahaan tidak rugi dan mereka tetap masih bisa bekerja.Lantas apa jawaban Ken iya?---“Gimana setuju atau enggak? Waktuku nggak banyak.” Sheila mendesak Ken saat ini karena Ken tak kunjung menjawab pertanyaannya.“Boleh saya tau apa alasan kamu meminta syarat seperti itu?”“Simpel aja, saya suka sama bapak dan saya mau bapak jadi milik saya.”“Apa nggak terlalu mendadak dan juga ini pertemuan pertama kita setelah yang terakhir itu. Kamu
Tak pernah ada yang mau hal buruk terjadi pada diri kita bukan?Suara Sheila yang mengganggu Ken itu bukan dari arwah Sheila yang sengaja mengganggu tapi karena isi pikiran Ken yang saat itu belum bisa menerima kenyataan jika Sheila sudah tidak ada.Beruntunglah Ken saat itu ada orang yang langsung menelepon ambulance hingga ia berhasil dibawa ke rumah sakit tepat waktu, disusul Rendra dan keluarganya yang shock mendengar kondisi Ken yang kritis.Dalam situasi ini tak ada yang bisa disalahkan dan saling menyalahkan.Ken dalam keadaan kritis dan harus di rawat di ruang ICU, ia mengalami koma selama kurang lebih tiga bulan. Saat ia membuka mata ia malah tidak mengenali anggota keluarganya dan juga Rendra.Hati keluarganya sangat terpukul kala itu, dokter menjelaskan jika sebelum kecelakaan Ken sempat mengalami shock berat dan juga pikirannya tidak stabil membuat kondisi kepalanya menjadi trauma yang mengakibatkan dia amnesia.Ini h
“Tapi yang mau saya bahas disini bukan tentang kebodohan pasien saya melainkan kondisi mentalnya. Kenapa saya bilang begitu? Penyakit mental itu datang dengan sendirinya kita nggak minta tapi dia datang tiba-tiba buat kita stress bahkan menghasut kita buat melakukan hal negatif. Bener kan?”“Iya!”“Mungkin jawaban dari audiens tadi benar, normalnya orang saat mendengar kabar duka tentang orang terdekat adalah menangis, tertunduk diam dan merenung. Tapi pernah nggak kalian melihat dari beberapa hari sebelum hari kejadian itu? Bagaimana hubungan orang itu dengan orang yang sudah meninggal, apa komunikasinya baik atau justru ada cekcok dan lain sebagainya.”Ken dan Rendra benar-benar menyimak setiap kata yang dokter Robert katakan.“Kalau kita cari tau pasti kita akan tau sedikit alasan kenapa orang melakukan kesalahan seperti pasien saya. Kunci dari tindakan bodoh manusia itu pada dasarnya ada dipikiran dan kondisi mentalnya.Nggak semua orang p
Salah satu keputusan yang diharapkan membuahkan hasil seperti yang diinginkan.“Udah siap Ken?” tanya Rendra yang datang ke kamar Ken.“Bentar lagi selesai,” jawab Ken yang sedang merapikan pakaiannya.Sembari menunggu Ken, Rendra melihat-lihat kamar Ken sebelum mereka benar-benar pergi untuk waktu yang masih belum diketahui dan tak ada yang bisa memprediksi apakah ingatan Ken akan kembali atau tidak.Usai berkemas, mereka memasukkan barang-barang ke bagasi. Hari ini mereka akan diantar oleh Karel, Thea dan juga Kana pastinya.“Harusnya kalian dirumah aja, nggak perlu repot-repot nganter.” Ken tak suka jika merepotkan keluarganya, apalagi hanya dengan mengantar ke bandara.“Biarin lah kak, biar mama tuh bisa memastikan kalo lo tuh sampe bandara aman. Tau nggak?”“Iya-iya bawel lu, awas aja kalo sampe lo bandel disini. Pulang-pulang gue cincang lo!”“Dipikir gue daging kali ah.”Padahal mereka akan berpi
“Mau minum apa Ken?” tawar Rendra saat mereka baru saja tiba di apartemen Rendra.“Soda.”Rendra mengambil dua minuman kaleng bersoda untuk menemani malam mereka yang terlihat sedikit berbeda dengan sebelumnya. Antara tegang dan juga penasaran.“Kata dokter ingatan gue itu bisa kembali nggak?”“Ada kemungkinan bisa kembali kalo lo pengen bisa konsultasi sama dokter Robert, dulu gue sempet tanya-tanya sama dia soal pengobatan lo dan kalau lo mau lo bisa dateng kesana.”“Kerjaan di kantor masih banyak Ndra?”“Sejauh ini sih enggak paling cuma ngontrol proyek yang sama Niko itu aja sih, selebihnya nggak ada.”“Jadi bisa dong gue tinggal untuk berobat sebentar.”“Maksud lo, mau cuti?”Ken menganggukkan kepalanya, lalu menenggak minumannya. Memejamkan matanya sejenak, ia ingin ini segera berakhir.“Lo yakin Ken?”“Yakin, gue nggak mau dihantui terus kayak ini. Capek Ndra.”“Kalau i
Pagi-pagi sudah dihebohkan dengan kabar jika Ken dan Rendra tak ada dirumah. Mereka menghilang, tanpa kabar dan tanpa jejak, satu yang mereka tau jika keduanya pergi bersama dengan mobil Rendra karena mobil itu tidak ada halaman depan.“Mereka kemana mas?” tanya Thea khawatir. Walaupun hal ini sudah sering terjadi tapi tetap saja menghilang tanpa kabar itu membuat khawatir.Karel mencoba untuk menghubungi keduanya namun tak ada satu pun yang menjawab.“Kamu yang tenang ya sayang, mereka pasti baik-baik aja. Nanti juga ngabarin, kita sarapan dulu ya.” Karel mencoba menenangkan istrinya yang selalu khawatir tentang anaknya.Ibu mana yang bisa tenang saat anaknya tak ada didepan matanya, tanpa kabar pula. Sementara dalam hati Kana sedang mengumpati Ken dan Rendra yang seenaknya pergi begitu saja.Lea pun juga bertanya-tanya kemana mereka pergi. Semoga saja mereka tidak dalam keadaan buruk, hanya itu harapan mereka saat ini.***
Lingkaran dengan angka yang memutar mengelilinginya beserta jarum yang terus berputar masih menunjukkan pada angka dua.Dimana langit masih gelap dan semua orang sedang tertidur dengan nyenyak, namun Ken ia terbangun. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, lalu menilik pada jendela yang terasa sunyi. Seharusnya ia tidak bangun sekarang.Ia melihat pada ponselnya yang baru saja menyala, ada sebuah pesan singkat dari Niko.‘Gue kemarin ngasih Rendra sesuatu, entah lo udah baca atau belum yang pasti itu mungkin bisa ngebantu lo. Gue kayak gini bukan karena gue baik tapi karena ada maunya lo tau itu.’‘Jangan percaya sama gue seratus persen, lo harus percaya sama diri lo sendiri. Satu lagi gue yakin lo udah tau Sheina kan, cewek yang lo temuin di kantor waktu itu dia mirip kan sama Sheila. Gue yakin lo penasaran sama dia, entah mereka ada hubungan apa. Bener kan Ken?’‘Well, selamat berjuang untuk mencari kebenaran itu. Satu pesen gue saat lo menggali ini lebih dalam akan semakin banyak ancam
Setidaknya kalian harus sedikit tau tentang keluarganya Ken, karena bentukan antara luar dan dalam itu berbeda. Jika diluar sangat memikat hati siapapun yang melihat tapi dari dalam belum tentu kalian akan terpesona.Mereka berlibur disalah satu pedesaan didaerah Bandung, dengan view pemandangan yang sangat menyegarkan jiwa dan raga. Alasan kenapa Lea diajak? Ya, pengen aja ngajak Lea. Mungkin sekaligus sebagai ajang untuk bisa saling mengenal.Jangan lupakan Rendra yang selalu jadi ekornya Ken, dia baru saja tiba. Sebuah villa dengan desain minimalis terpampang nyata didepan mata Lea. Ia sungguh tak habis pikir dengan keluarga ini, sebenarnya aset yang dimiliki itu berapa banyak sih.“Lea bantu tante masukin ini kedalam ya,” ujar Thea sembari menjinjing plastik.“Iya tan.”Mereka sedang sibuk memindahkan barang.---Dibelakang villa terdapat sebuah pekarangan kecil dan ada ring basketnya, ya berhubung Karel dan anak-anaknya hobi main basket jadi dimana pun pasti ada ring basket.Rendr
***Lea perlahan membuka matanya, samar-samar ia melihat seseorang sedang menatapnya. Apa dia sedang bermimpi, ia juga samar mendengar orang itu memanggil namanya.Ia mengucek matanya, saat ia tau bahwa itu adalah Ken sontak Lea mendorong Ken hingga ia jatuh ke lantai.“Akh!” rintih Ken.“Pak Ken ngapain disini!” Lea berteriak dan langsung menutupi dadanya dengan kedua tangan yang menyilang. Wajah Lea panik, ia takut Ken berbuat yang tidak-tidak padanya.“Lo kira-kira dong kalo mau dorong, udah tidur sembarangan dipindahin ke kamar bukannya makasih malah didorong. Kalo lo masih tidur di kolam, jadi makanan nyamuk lo.” Ken mencerca Lea dengan segala perkataan yang membuat Lea sadar jika ia ternyata tertidur setelah bercerita dengan Thea tadi.Matanya menjelajah kamar ini, yang memang bukan kamarnya. Lea terunduk malu, karena dia salah. “Maaf pak, nggak sengaja. Saya pikir bapak macem-macem sama saya, lagian bapak kenapa ngeliatin saya kayak gitu? Kan saya kaget.”“Gue mau makan lo karen