"Kamu mau jadi office girl disini, tugasnya membersihkan seluruh kantor dan menjaga agar kantor ini selalu dalam keadaan bersih disetiap sudut ruangan," jelas Desi.
"Office girl? Saya mau Bu, mau banget!" jawab Lea penuh antusias. Ini lah yang ia mau sejak awal mendapatkan pekerjaan. Apapun pekerjaannya akan ia lakukan.Ia pikir akan ditolak mentah-mentah tapi ternyata ia akan diterima disini. Senangnya."Kamu yakin?" tanya Desi memastikan."Iya Bu, saya yakin seratus persen," jawab Lea penuh semangat."Baiklah kalau begitu, besok kamu bisa mulai kerja. Dan besok akan saya jelaskan tentang peraturan dan sistem kerja di kantor ini,""Iya Bu, sekali lagi terimakasih banyak atas bantuan dan kesempatannya saya janji akan bekerja sungguh-sungguh," Lea meraih tangan Desi menggenggamnya dengan penuh keyakinan.Lea keluar setelahnya, dilihat dari raut wajahnya tanpa bertanya Kana bisa tahu jika Lea mendapatkan apa yang dia mau."Selamat Lea,""Makasih kak, ini semua berkat bantuan Kak Kana. Aku janji nggak akan mengecewakan Kak Kana," Kana membalasnya dengan tersenyum.Saat dia melihat orang lain tersenyum, hatinya ikut merasakan kebahagiaan. Dari sekian banyak pengalaman mencarikan pekerjaan untuk orang lain entah kenapa ia merasa yakin jika Lea tak seperti yang lain.Mereka yang sudah mendapat pekerjaan berkat Kana justru banyak yang berlaku seenaknya bahkan jasa yang Kana lakukan dilupakan begitu saja, tapi dengan Lea ia percaya jika Lea adalah anak yang sungguh-sungguh dan baik hatinya."Kalau gitu, sekarang aku ajak kamu jalan-jalan keliling Jakarta. Sekalian kamu bisa mengenal beberapa daerah yang terkenal di kota ini,""Tapi Kak Kana nggak kerja?""Udah nggak usah pikirin itu, ayo," tak hanya Kana yang merasa antusias dan semangat Lea pun juga merasakan hal yang sama.Siapa sangka jika perjalanan pertamanya ke kota membuahkan hasil yang sangat baik hanya dalam semalam, apakah ini sebuh takdir yang Tuhan kirim untuk Lea?Akan ia nikmati segala proses yang ada sekarang, mau terpaan badai seperti apapun ia pasti bisa.Kana menghentikan laju mobilnya pada sebuah taman yang tak jauh dari kantor.Ia bahkan membeli dua ice cream untuk menemani obrolan mereka."Gimana rasanya dapat pekerjaan Lea?""Seneng banget kak, aku nggak nyangka kalau akan secepat ini dapet kerjaan dan semua dipermudah," jawaban Lea begitu berbeda dari yang sebelumnya dimana dia merasa gelisah tapi sekarang sebuah kelegaan terpancar dari wajahnya."Aku ikut seneng kalau kamu seneng Lea," berbeda dengan Lea, kini justru Kana lah yang terlihat sedih."Kak Kana kenapa? Kok tiba-tiba sedih?""Jujur ini bukan kali pertama aku bantu orang untuk dapat pekerjaan, dan hampir semuanya mengecewakan dimana mereka berlaku seenaknya sendiri sama aku. Bahkan rasa terimakasih yang mereka ucapkan saat dapat pekerjaan pun terasa tak tulus, dan melupakan jasa yang sudah aku lakukan untuk mereka," Kana menjeda kalimatnya sejenak mengambil nafas sedalam mungkin.Agar hatinya tenang, "Aku nggak mengharap lebih dari mereka, setidaknya sebagai sesama manusia bisa untuk menghargai satu sama lain dalam hal sekecil apapun. Aku nggak butuh sepeserpun uang dari mereka aku hanya butuh kata terimakasih ya tulus dan juga pembuktian yang sungguh-sungguh," Kana mengerling pada Lea sejenak kemudian membuang wajahnya.Ia menunduk memperhatikan ice cream yang sudah mulai mencair, meneteskan air ke tanah."Kalau boleh tau apa alasan Kak Kana berbuat baik seperti itu?""Alasannya simpel, karena aku mau mereka yang kesusahan memiliki masa yang lebih indah saat aku membantu, aku juga mau mereka memiliki mimpi dan juga masa depan yang jelas,"Lea bisa mendengar suara Kana saat menjawab yang terdengar sedikit bergetar, pasti sakit yang ia rasakan saat apa yang dia lakukan tidak dihargai dengan baik.Lea lebih dekat pada Kana mengusap lengan Kana, memberikan sedikit ketenangan dan energi agar Kana tak merasa sedih lagi."Kamu nggak perlu merasa kasihan loh sama aku, aku baik-baik aja kok," ucapnya sembari tersenyum kembali."Kak Kana cantik kalau senyum," puji Lea."Kalau aku cemberut atau sedih nggak cantik dong?""Tetep cantik kok," mereka berdua terkekeh.Kana seperti merasa kembali ke masa dia memiliki orang berharga, tapi sayang kini mereka semua sedang sibuk dengan dunianya sendiri membuat Kana merasa kesepian."Oh ya Lea, kamu mungkin belum dikasih tau sama Bu Desi. Aku cuma mau kasih info kalau Bos kamu itu sekarang ada diluar negeri dan kabarnya sebentar lagi dia akan kembali ke Indonesia dan dia overprotektif kalo sama kerjaan. Jadi usahakan kamu kerjanya yang bener ya sebisa mungkin enggak melakukan kesalahan,""Iya kak, makasih udah kasih tau,"Ada banyak hal yang membuat Lea penasaran dengan Kana, terutama dia yang dengan mudah membawa dirinya pergi dari satu kantor ke kantor lain. Kalau dia tanya apa itu etis?'Nggak usah aja deh, nggak enak. Bukan hakku juga untuk tau,' batinnya.Puas duduk dan bercerita di taman Kana mengajak Lea untuk pergi ke mall. Ia ingin membelikan sesuatu untuk Lea sebagai hadiah karena dia sudah mendapatkan pekerjaan.Anggap ini sebagai tanda agar Lea semakin bersemangat"Kita kenapa ke mall kak?""Jalan-jalan,"Harus berapa kali lagi Lea tercengang dengan setiap hal yang ada di kota. Satu tempat dengan yang lainnya pasti mampu membuat Lea merasa kagum."Kamu pilih satu baju yang kamu suka Lea,"Lea bingung, "Kenapa gitu kak?""Sebagai hadiah buat kamu dan penyemangat, buruan pilih mana yang kamu suka aku yang bayar,""Tapi kak -," Kana menyentuh bibir Lea dengan telunjuknya agar Lea berhenti bicara."Udah nggak usah banyak tapi, hm?"Mau tak mau Lea menurut satu persatu baju yang tersusun rapi disini ia liat dan perhatikan baik-baik bahkan sampai harganya, "Yaampun mahal banget, nggak ada yang murah disini?" gumamnya.Ia tak percaya jika satu baju saja hampir berharga lima ratus ribu, itu baru yang tampilan sederhana gimana kalau yang sedikit lebih wah."Permisi mba, apa disini ada baju yang paling murah?" tanya Lea pada salah satu pegawai."Tunggu sebentar ya," pegawai itu mencarikan baju yang Lea mau diantara baju-baju yang terpajang dalam satu stand hanger."Ini Kak bajunya," ucap pegawai itu sembari menunjukkan satu baju yang terlihat sederhana seperti tadi tapi tidak dengan harganya yang masih terbilang mahal dimata Lea.Sebuah midi dress berlengan pendek berwarna cornflower dengan aksen pita warna hitam pada bagian pinggang dan juga terdapat kerah pada bagian lehernya. Baju ini sangat cantik dan mungkin cocok untuk Lea."Ini masih aja tetep mahal, nggak mungkin aku pake ini," Lea mengembalikan baju itu pada tempatnya.Ia bilang saja tak ada yang cocok dengan dirinya disini, "Udah pilih Lea?" Kana datang tiba-tiba dari belakang membuat Lea terperenjat."Nggak ada yang cocok kak sama aku,""Masa sih? Tadi kamu pegang yang ini, kamu suka kan ... Mba saya ambil yang ini," Kana langsung mengambil baju yang tadi dan menyerahkan pada pegawai disana."Loh kak jangan itu mahal," ucapnya sedikit berbisik."Nggak mahal kok, kan ini hadiah jadi kamu harus terima apapun hadiah itu," ucap Kana mengedipkan sebelah matanya.Lea menghela nafas dengan sangat berat, "Itu harganya tiga ratus ribu kalau untuk makan bisa buat berapa hari?" Lea bergumam sendiri merasa sayang dengan harga baju itu.Mereka berjalan-jalan mengelilingi mall, dan Kana dengan senang hati memperkenalkan satu persatu hal yang mungkin Lea tak tau."Eh ada Kana disini," ucap seorang wanita dengan pakaian yang ketat dan juga terbuka bersama dengan beberapa temannya yang tak jauh berbeda.Kana memutar bola matanya malas menghadapi perempuan yang sedari dulu selalu membuatnya kesal, tak hanya itu dia bahkan suka menindas orang yang ia anggap rendah. Seperti Kana."Mau apa?" Kana bertanya baik-baik."Nggak ada, ngapain Lo ada disini. Nggak pantes tau," ujar Jessica, itu namanya.Lea hanya memperhatikan Kana dan perempuan itu, bahkan Kana mendorong dirinya untuk mundur beberapa langkah."Nggak ada aturan yang menyatakan kalau gue nggak pantes ada disini," ucap Kana menekan setiap kata yang ia ucapkan.Jesicca maju lebih dekat pada Kana, menunjuk bahu Kana dengan sedikit mendorongnya. Kana hanya diam dia benar-benar malas."Lo itu sampah Kana, orang kayak Lo nggak pantes dateng ke tempat bagus. Pantes nya di kolong jembatan, ngerti?" ujar Jessica dengan berbisik tepat ditelinga Kana.Kana menepis tangan Jessica, ia ikut maju selangkah menatap Jessica dari atas sampai bawah. Mungkin dulu ia bisa ditindas dengan mudah tapi tidak untuk sekarang."Norak," satu kata keluar dari mulut Kana berhasil membuat Jessica tersulut. Wajahnya langsung mengeras begitupun tangannya yang terkepal.Siap untuk menghajar Kana, dia tersenyum menyeringai. Wajahnya langsung berubah seketika menjadi seperti monster. Pandangan itu membuat Lea takut dan mundur beberapa langkah."Lo mulai berani ya Na, cewek miskin aja belagu," Jessica siap mendaratkan tangannya di wajah Kana tapi sayang tangannya lebih dulu dicekal oleh seseorang saat masih ada di udara."Rendra?""Siapa dia?""Lepas!" Jessica berteriak, memberontak minta dilepas dari genggaman seseorang yang tak tau siapa."Sebaiknya anda pergi, sebelum saya laporkan ke security agar kalian diusir dari sini," ucap Rendra dengan sangat halus. Bahkan ia mempersilahkan Jessica pergi dengan tangan yang menunjuk ada arah pintu keluar."Akh! Sial awas aja Lo Na. Sampai kapanpun urusan kita nggak akan pernah selesai," ancam Jessica yang akhirnya pergi dari sana.Kana merasa lega ada Rendra disini. Rendra adalah salah satu orang kepercayaan keluarganya. Dia asisten pribadi Kakaknya."Ngapain disini?" tanya Kana "Saya diperintah oleh Tuan untuk menjaga anda selagi dia belum kembali," jawab Rendra dengan sangat formal.Kana melirik sekilas pada Lea, lalu menarik Rendra agar sedikit menjauh, "Kapan dia pulang?" tanyanya to the point."Minggu ini,""Minggu ini?" Kana menatap Rendra tak percaya, "Ah iya hampir lupa, cewek yang disana itu Lea. Dia akan kerja di kantornya Papa aku titip dia bisa kan?"Rendra mengernyitka
Lea memukul orang itu tanpa henti sampai tangannya dicekal oleh Rendra yang entah sejak kapan sudah ada disana."Dia bukan maling," ucapnya lirih."Kok Om bisa disini, om juga maling ya? Maling! Maling!" Lea berteriak sekencang mungkin."Berisik!" seketika Lea terdiam saat suara orang yang tidur di ranjangnya berteriak. Lea mundur beberapa langkah ia takut. Ada dua orang asing disini sementara sang pemilik rumah sedang tak ada."Siapa sih, berisik banget ganggu orang tidur aja!" ucap orang itu dengan dingin.Lea melirik pada Rendra sekilas meminta penjelasan atas ini, hanya Rendra yang ia kenal disini."Ada apa Pak?" tanya security yang tiba-tiba sudah ada diambang pintu."Enggak apa-apa, bisa bantu saya untuk mindahin dia ke kamar sebelah," ucap Rendra memohon. Lantas kedua security itu membopong tubuh laki-laki itu keluar.Lea mengikuti juga sampai keluar, Rendra menatap Lea dari atas sampai bawah. Menyelidik pada wanita yang baru saja ia temui beberapa waktu lalu."Bersyukurlah kamu
Usai acara sambutan dan perkenalan singkat itu, masing-masing karyawan kembali pada pekerjaannya masing-masing."Rendra, tolong ambil berkas yang saya minta pada HRD tadi, sekarang!" ucap Ken saat baru saja memasuki kantornya."Baik,"Ken melihat ke sekelilingnya, kantor yang luas dan juga fasilitas yang bagus tak jauh berbeda dengan yang ada di Amerika bahkan disini lebih baik.Sebuah bingkai kecil di meja kerjanya pun masih ada disana, sebuah foto keluarga yang diambil saat terakhir Ken datang ke Indonesia waktu itu.Pintu diketuk dari luar, Rendra masuk dengan membawa berkas berisikan identitas para karyawan di kantor ini."Ini Pak," ucap Rendra. "Taruh diatas meja, kamu boleh keluar,""Sebelum saya keluar, boleh saya tanya sesuatu?" "Apa?" tanya Ken sembari ia membuka berkas itu membacanya dengan seksama. Anggap saja sebagai bentuk perkenalan yang tanpa melibatkan sentuhan ataupun obrolan."Kenapa
"Lo yang bener dong, bersihin itu sekarang!" tegasnya kemudian meninggalkan Lea begitu saja.Lea berdecak kesal, ia juga merasa beruntung karena Ken tak mengenalinya. Memang benar ya kata banyak orang jika sedang dalam keadaan mabuk dalam semalam semuanya hilang dalam ingatan yang tersisa hanyalah kepingan-kepingannya.Lea mulai membersihkan apa yang sudah ia kacau kan setelahnya ia pergi dari sana meninggalkan Bos menyebalkan itu."Bener kata Kak Kana kalo bos disini galak, udahlah nggak usah dipikir lanjut kerja aja," gumam Lea.Didalam kantor Ken sulit untuk melanjutkan pekerjaannya, ia seperti teringat sesuatu saat Lea tadi berteriak. Ia kemudian mengambil ponselnya menghubungi seseorang yang bisa memberikan jawaban tentang kejadian semalam."Pak Anton, tolong siapkan rekaman CCTV sejak kedatangan saya ke apartemen terutama lantai atas. Saya akan kesana setelah makan siang," ucap Ken to the point lalu menutup telfon itu tanpa mendenga
Hari berganti setelah fajar menyingsing, semalam Kana tak kembali ke Apartemen ia memilih untuk menginap di rumah sekaligus mengawasi gerak gerik Ken."Selamat pagi Pak Ken," sapa para pegawai saat Ken memasuki lobi. Wajahnya terlihat tak bersahabat pagi ini.Bahkan Rendra pun hanya berbicara seperlunya saja, ia bisa membaca suasana hati Ken hanya dari wajahnya."Bawa ob yang kemarin buatin gue kopi, sekarang!" pintanya saat baru duduk di kursinya."Baik," sudah bisa Rendra duga jika Ken sudah tau siapa yang membuatnya babak belur tempo hari. Tak ada yang bisa Rendra lakukan jika begini, "Apa Kana tau?" cicitnya."Lea kamu dipanggil ke ruangan CEO sekarang," ucap Rendra pada Lea yang sepertinya baru saja tiba.Semua pegawai yang ada disana bergidik ngeri saat mendengar Lea disuruh ke ruangan paling menyeramkan itu. "Kamu ada buat masalah Lea?" tanya Ola."Hati-hati ya Lea, dulu juga ada yang di suruh ke ruang CEO tanpa t
Kana membawa mobilnya hingga sampai ke sebuah pantai, tempat yang biasa ia kunjungi saat sedang dalam mood yang buruk."Lea turun, kita hirup udara segar," ujar Kana. Ia turun lebih dulu baru disusul dengan Lea dengan langkah ragu nya. Ia masih senantiasa menunduk sedari tadi."Udaranya seger ya,""I-iya," jawabnya lirih. "Aku kenal tempat ini karena seseorang, tapi sayang kita harus berpisah entah sampai kapan."Ucapan Kana barusan membuat Lea berani mengangkat kepalanya, mengerling pada Kana yang ada disamping kanannya."Lea, aku minta maaf sama kamu Karna nggak cerita tentang siapa aku sebenernya," Kana balas mengerling pada Lea."Bukannya aku nggak mau cerita ke kamu. Hanya saja aku ingin mencari waktu yang tepat kapan aku harus bercerita ke kamu, tapi mungkin ini adalah waktu yang tepat.""Kak Kana nggak perlu minta maaf, kakak nggak salah kok itu hak kakak mau cerita ke aku atau enggak. Aku disini memang salah Karn
"Sheila? Itu bener kamu?" Ken menengok ke segala arah tanpa berkedip tapi tak ada siapapun dijalan itu selain dirinya dan lampu jalan.Ia memegang kepalanya, mencoba mengatur nafas yang sedikit memburu. Lagi-lagi ia mengalami halusinasi akan kehadiran Sheila didekatnya.Saat sedang menenangkan diri, ponselnya bergetar ada sebuah pesan masuk. Saat dilihat itu dari Rendra.'Gue dimintain tolong sama bokap Lo buat nyari Kana, dia ada hotel deket pantai yang biasa dia kunjungi. Gue ada dilobi sekarang.' tulis Rendra disana.Gegas Ken menyalakan kembali motornya, melaju sekencang mungkin agar sampai pada tempat tujuan sebelum malam semakin menghantuinya.---Lea sedari siang tadi sudah meminta Kana untuk kembali ke kantor, tapi Kana menolak permintaan itu mentah-mentah dengan alasan situasi sekarang belum aman untuk kembali.Sehingga mereka memutuskan untuk menginap disalah satu hotel dekat pantai tersebut, "Kak Kana udah iji
Sebuah bar yang ada di hotel tersebut tampak ramai malam ini. "Kasih gue wiski," ucap Ken pada bartender yang ada disana."Kasih dia beer aja," ucap Rendra tiba-tiba membuat bartender tersebut bingung."Apaan sih Lo," Ken memutar bola matanya kesal."Mas, beer dua."Bartender tersebut menurut memberikan dua gelas beer pada Ken dan Rendra."Lo kenapa?""Gue nggak suka sama cewek kampung itu, tapi Kana minta dia tetep kerja di kantor. Gila, udah dicuci kali otaknya Kana sama cewek kampungan itu.""Awas ntar Lo suka sama dia.""Najis .... Ndra, apa dimasa lalu Sheila pernah berbuat sesuatu sama Kana?" tanya Ken hati-hati.Rendra melihat Ken dengan tatapan antara bingung, takut dan terkejut. "Emang Kana ngomong apa?""Dia bilang kalo Sheila nggak sebaik yang gue kira."Rendra menelan saliva nya dengan cepat, ia tak tau harus berkata apa tapi yang pasti, "Gue nggak tau apa-apa soa