Share

Bab 4 : Rendra

"Kamu mau jadi office girl disini, tugasnya membersihkan seluruh kantor dan menjaga agar kantor ini selalu dalam keadaan bersih disetiap sudut ruangan," jelas Desi.

"Office girl? Saya mau Bu, mau banget!" jawab Lea penuh antusias. Ini lah yang ia mau sejak awal mendapatkan pekerjaan. Apapun pekerjaannya akan ia lakukan.

Ia pikir akan ditolak mentah-mentah tapi ternyata ia akan diterima disini. Senangnya.

"Kamu yakin?" tanya Desi memastikan.

"Iya Bu, saya yakin seratus persen," jawab Lea penuh semangat.

"Baiklah kalau begitu, besok kamu bisa mulai kerja. Dan besok akan saya jelaskan tentang peraturan dan sistem kerja di kantor ini,"

"Iya Bu, sekali lagi terimakasih banyak atas bantuan dan kesempatannya saya janji akan bekerja sungguh-sungguh," Lea meraih tangan Desi menggenggamnya dengan penuh keyakinan.

Lea keluar setelahnya, dilihat dari raut wajahnya tanpa bertanya Kana bisa tahu jika Lea mendapatkan apa yang dia mau.

"Selamat Lea,"

"Makasih kak, ini semua berkat bantuan Kak Kana. Aku janji nggak akan mengecewakan Kak Kana," Kana membalasnya dengan tersenyum.

Saat dia melihat orang lain tersenyum, hatinya ikut merasakan kebahagiaan. Dari sekian banyak pengalaman mencarikan pekerjaan untuk orang lain entah kenapa ia merasa yakin jika Lea tak seperti yang lain.

Mereka yang sudah mendapat pekerjaan berkat Kana justru banyak yang berlaku seenaknya bahkan jasa yang Kana lakukan dilupakan begitu saja, tapi dengan Lea ia percaya jika Lea adalah anak yang sungguh-sungguh dan baik hatinya.

"Kalau gitu, sekarang aku ajak kamu jalan-jalan keliling Jakarta. Sekalian kamu bisa mengenal beberapa daerah yang terkenal di kota ini,"

"Tapi Kak Kana nggak kerja?"

"Udah nggak usah pikirin itu, ayo," tak hanya Kana yang merasa antusias dan semangat Lea pun juga merasakan hal yang sama.

Siapa sangka jika perjalanan pertamanya ke kota membuahkan hasil yang sangat baik hanya dalam semalam, apakah ini sebuh takdir yang Tuhan kirim untuk Lea?

Akan ia nikmati segala proses yang ada sekarang, mau terpaan badai seperti apapun ia pasti bisa.

Kana menghentikan laju mobilnya pada sebuah taman yang tak jauh dari kantor.

Ia bahkan membeli dua ice cream untuk menemani obrolan mereka.

"Gimana rasanya dapat pekerjaan Lea?"

"Seneng banget kak, aku nggak nyangka kalau akan secepat ini dapet kerjaan dan semua dipermudah," jawaban Lea begitu berbeda dari yang sebelumnya dimana dia merasa gelisah tapi sekarang sebuah kelegaan terpancar dari wajahnya.

"Aku ikut seneng kalau kamu seneng Lea," berbeda dengan Lea, kini justru Kana lah yang terlihat sedih.

"Kak Kana kenapa? Kok tiba-tiba sedih?"

"Jujur ini bukan kali pertama aku bantu orang untuk dapat pekerjaan, dan hampir semuanya mengecewakan dimana mereka berlaku seenaknya sendiri sama aku. Bahkan rasa terimakasih yang mereka ucapkan saat dapat pekerjaan pun terasa tak tulus, dan melupakan jasa yang sudah aku lakukan untuk mereka," Kana menjeda kalimatnya sejenak mengambil nafas sedalam mungkin.

Agar hatinya tenang, "Aku nggak mengharap lebih dari mereka, setidaknya sebagai sesama manusia bisa untuk menghargai satu sama lain dalam hal sekecil apapun. Aku nggak butuh sepeserpun uang dari mereka aku hanya butuh kata terimakasih ya tulus dan juga pembuktian yang sungguh-sungguh," Kana mengerling pada Lea sejenak kemudian membuang wajahnya.

Ia menunduk memperhatikan ice cream yang sudah mulai mencair, meneteskan air ke tanah.

"Kalau boleh tau apa alasan Kak Kana berbuat baik seperti itu?"

"Alasannya simpel, karena aku mau mereka yang kesusahan memiliki masa yang lebih indah saat aku membantu, aku juga mau mereka memiliki mimpi dan juga masa depan yang jelas,"

Lea bisa mendengar suara Kana saat menjawab yang terdengar sedikit bergetar, pasti sakit yang ia rasakan saat apa yang dia lakukan tidak dihargai dengan baik.

Lea lebih dekat pada Kana mengusap lengan Kana, memberikan sedikit ketenangan dan energi agar Kana tak merasa sedih lagi.

"Kamu nggak perlu merasa kasihan loh sama aku, aku baik-baik aja kok," ucapnya sembari tersenyum kembali.

"Kak Kana cantik kalau senyum," puji Lea.

"Kalau aku cemberut atau sedih nggak cantik dong?"

"Tetep cantik kok," mereka berdua terkekeh.

Kana seperti merasa kembali ke masa dia memiliki orang berharga, tapi sayang kini mereka semua sedang sibuk dengan dunianya sendiri membuat Kana merasa kesepian.

"Oh ya Lea, kamu mungkin belum dikasih tau sama Bu Desi. Aku cuma mau kasih info kalau Bos kamu itu sekarang ada diluar negeri dan kabarnya sebentar lagi dia akan kembali ke Indonesia dan dia overprotektif kalo sama kerjaan. Jadi usahakan kamu kerjanya yang bener ya sebisa mungkin enggak melakukan kesalahan,"

"Iya kak, makasih udah kasih tau,"

Ada banyak hal yang membuat Lea penasaran dengan Kana, terutama dia yang dengan mudah membawa dirinya pergi dari satu kantor ke kantor lain. Kalau dia tanya apa itu etis?

'Nggak usah aja deh, nggak enak. Bukan hakku juga untuk tau,' batinnya.

Puas duduk dan bercerita di taman Kana mengajak Lea untuk pergi ke mall. Ia ingin membelikan sesuatu untuk Lea sebagai hadiah karena dia sudah mendapatkan pekerjaan.

Anggap ini sebagai tanda agar Lea semakin bersemangat

"Kita kenapa ke mall kak?"

"Jalan-jalan,"

Harus berapa kali lagi Lea tercengang dengan setiap hal yang ada di kota. Satu tempat dengan yang lainnya pasti mampu membuat Lea merasa kagum.

"Kamu pilih satu baju yang kamu suka Lea,"

Lea bingung, "Kenapa gitu kak?"

"Sebagai hadiah buat kamu dan penyemangat, buruan pilih mana yang kamu suka aku yang bayar,"

"Tapi kak -," Kana menyentuh bibir Lea dengan telunjuknya agar Lea berhenti bicara.

"Udah nggak usah banyak tapi, hm?"

Mau tak mau Lea menurut satu persatu baju yang tersusun rapi disini ia liat dan perhatikan baik-baik bahkan sampai harganya, "Yaampun mahal banget, nggak ada yang murah disini?" gumamnya.

Ia tak percaya jika satu baju saja hampir berharga lima ratus ribu, itu baru yang tampilan sederhana gimana kalau yang sedikit lebih wah.

"Permisi mba, apa disini ada baju yang paling murah?" tanya Lea pada salah satu pegawai.

"Tunggu sebentar ya," pegawai itu mencarikan baju yang Lea mau diantara baju-baju yang terpajang dalam satu stand hanger.

"Ini Kak bajunya," ucap pegawai itu sembari menunjukkan satu baju yang terlihat sederhana seperti tadi tapi tidak dengan harganya yang masih terbilang mahal dimata Lea.

Sebuah midi dress berlengan pendek berwarna cornflower dengan aksen pita warna hitam pada bagian pinggang dan juga terdapat kerah pada bagian lehernya. Baju ini sangat cantik dan mungkin cocok untuk Lea.

"Ini masih aja tetep mahal, nggak mungkin aku pake ini," Lea mengembalikan baju itu pada tempatnya.

Ia bilang saja tak ada yang cocok dengan dirinya disini, "Udah pilih Lea?" Kana datang tiba-tiba dari belakang membuat Lea terperenjat.

"Nggak ada yang cocok kak sama aku,"

"Masa sih? Tadi kamu pegang yang ini, kamu suka kan ... Mba saya ambil yang ini," Kana langsung mengambil baju yang tadi dan menyerahkan pada pegawai disana.

"Loh kak jangan itu mahal," ucapnya sedikit berbisik.

"Nggak mahal kok, kan ini hadiah jadi kamu harus terima apapun hadiah itu," ucap Kana mengedipkan sebelah matanya.

Lea menghela nafas dengan sangat berat, "Itu harganya tiga ratus ribu kalau untuk makan bisa buat berapa hari?" Lea bergumam sendiri merasa sayang dengan harga baju itu.

Mereka berjalan-jalan mengelilingi mall, dan Kana dengan senang hati memperkenalkan satu persatu hal yang mungkin Lea tak tau.

"Eh ada Kana disini," ucap seorang wanita dengan pakaian yang ketat dan juga terbuka bersama dengan beberapa temannya yang tak jauh berbeda.

Kana memutar bola matanya malas menghadapi perempuan yang sedari dulu selalu membuatnya kesal, tak hanya itu dia bahkan suka menindas orang yang ia anggap rendah. Seperti Kana.

"Mau apa?" Kana bertanya baik-baik.

"Nggak ada, ngapain Lo ada disini. Nggak pantes tau," ujar Jessica, itu namanya.

Lea hanya memperhatikan Kana dan perempuan itu, bahkan Kana mendorong dirinya untuk mundur beberapa langkah.

"Nggak ada aturan yang menyatakan kalau gue nggak pantes ada disini," ucap Kana menekan setiap kata yang ia ucapkan.

Jesicca maju lebih dekat pada Kana, menunjuk bahu Kana dengan sedikit mendorongnya. Kana hanya diam dia benar-benar malas.

"Lo itu sampah Kana, orang kayak Lo nggak pantes dateng ke tempat bagus. Pantes nya di kolong jembatan, ngerti?" ujar Jessica dengan berbisik tepat ditelinga Kana.

Kana menepis tangan Jessica, ia ikut maju selangkah menatap Jessica dari atas sampai bawah. Mungkin dulu ia bisa ditindas dengan mudah tapi tidak untuk sekarang.

"Norak," satu kata keluar dari mulut Kana berhasil membuat Jessica tersulut. Wajahnya langsung mengeras begitupun tangannya yang terkepal.

Siap untuk menghajar Kana, dia tersenyum menyeringai. Wajahnya langsung berubah seketika menjadi seperti monster. Pandangan itu membuat Lea takut dan mundur beberapa langkah.

"Lo mulai berani ya Na, cewek miskin aja belagu," Jessica siap mendaratkan tangannya di wajah Kana tapi sayang tangannya lebih dulu dicekal oleh seseorang saat masih ada di udara.

"Rendra?"

"Siapa dia?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status