"Violet! Kamu datang untuk mengadu pada Kakak tentangku, 'kan?"Nicholas memasuki ruangan Nathan.Eddie sama sekali tidak bisa menangkap kedua kelinci itu. Dia berdiri di depan pintu dan berkata dengan rasa bersalah, "Tuan, saya benar-benar nggak bisa menahan mereka.""Kak, jangan dengarkan omong kosong Violet! Violet ketiduran di halaman belakang!"Nicholas berkata pada Violet, "Violet, kamu bilang sendiri. Kamu ketiduran dan menunda segalanya, 'kan?"Karena Nicholas langsung memberi tahu Nathan tentang dia ketiduran, Violet pun segera menatap Nathan dengan ekspresi memelas dan berkata, "Kak, aku mengantuk, jadi ....""Jadi, kamu ketiduran." Nicholas melipat kedua lengannya di depan dada dengan bangga, lalu berkata, "Hebat kamu, Violet. Aku sedang bersusah payah merencanakan pesta ulang tahunmu, memilih kuemu dan mengawasi dapur. Tapi, kamu malah berlari ke halaman dan bermalas-malasan! Apa kamu tahu berapa banyak orang yang akan datang ke Kediaman Edris? Kamu akan mati kali ini! Kaka
"Ini, ini."Ayahnya Violet menggelengkan kepala sambil tertawa. Dia heran kenapa dia bisa memiliki anak yang serakah.Saat ini Nicholas telah turun dari atas. Dia berpura-pura kesal pada orang tua Violet dan berkata, "Paman, Tante, aku mau mengadu! Sore ini Violet bermalas-malasan. Dia barusan bangun tidur!"Ketika Violet mendengar itu, dia mendelik Nicholas. "Nicholas! Kamu bela siapa, sih?""Pokoknya itu bukan kamu.""Kamu!"Ibunya Nicholas berkata dengan lembut, "Sudah, sudah. Kalian sudah besar, tapi masih bertengkar? Nggak apa-apa kalau kalian masih anak-anak, tapi sekarang kalian sudah dewasa, loh.""Itu karena dia bodoh. Paman dan Tante begitu pintar, tapi dia nggak memiliki gen itu sedikit pun.""Apaan, sih? Kamu yang bodoh!""Yang kumaksud itu kamu!""Kamu! Kamu yang bodoh!""Kamu yang bodoh!""Kamu yang bodoh!"...Melihat Nicholas dan Violet tidak mau berhenti bertengkar, keempat orang tua itu hanya bisa menggelengkan kepala dan tertawa.Kedua orang ini pasti musuh di kehidu
"Ya. Dengan William Airlangga. Kamu pernah bertemu dengannya."Gwen menyebut sebuah nama dengan santai."William Airlangga?"Violet bergumam, "William Airlangga? Sepertinya aku pernah mendengarnya.""Dia adalah tuan muda Keluarga Airlangga. Saat masih kecil, dia pernah datang ke sini beberapa kali sebelum dia berhenti.""Oh, ya?"Violet mengambil sebuah gaun, lalu berkaca. Gwen di sebelah akan berkomentar."Kak Gwen, apa aku memakai ini lebih cantik?"Violet memilih sebuah gaun berwarna merah cerah.Gwen mengusap bibirnya sebelum berkata, "Cantik. Tapi, kamu sudah mempunyai banyak gaun merah.""Tapi, aku memang suka warna merah."Cerah dan mencolok, sama seperti bunga merah di halaman belakang rumah Kakak."Ini saja. Ini cantik."Gwen memilih sebuah gaun putih polos.Saat Violet melihat itu, dia langsung berkata, "Aku benci yang ini.""Ha? Bukankah sebelumnya kamu juga punya beberapa model gaun yang seperti ini? Warna putih cantik dan membuat kulitmu terlihat lebih cerah."Violet meman
Violet membuka matanya dengan linglung. Ini adalah sore hari di musim kemarau.Ini adalah ... rumah Kakak?Violet tiba-tiba bangun dari kursi goyang. Dia melihat ayunan tidak jauh darinya dan melamun untuk waktu yang lama.Sepertinya ... dia telah bermimpi."Nona Violet, Tuan tanya kenapa Anda belum pergi ganti baju. Hari ini adalah ulang tahun ke-18 Anda. Anda jangan meremehkannya."Suara Eddie datang dari sebelah.Saat Violet mendengar itu, dia mengingat sesuatu dan berkata dengan gelisah, "Gawat, gawat! Aku ketiduran! Aduh, nanti Kakak mengomeli aku lagi!"Violet berlari dengan panik. Ketika Eddie melihat itu, dia buru-buru berkata, "Nona Violet, pelan-pelan! Atau nanti kamu terjatuh!""Ya!"Violet mengangkat roknya, kemudian menyelinap kembali melalui pintu belakang ketika tidak ada orang di sekitar.Para pembantu Kediaman Edris langsung tercengang saat melihat Violet.Violet segera meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya, kemudian dia menangkupkan kedua tangannya sambil berbisi
Setelah mendengar apa yang dikatakan Violet, senyuman di wajah Sherman perlahan-lahan menghilang dan ekspresinya menjadi menyeramkan."Kamu kira aku nggak berani membunuhmu?"Sherman menggerakkan pisaunya yang tertancap di bahu Violet. Dahi Violet sudah berkeringat dingin dan wajahnya telah berangsur-angsur memucat. Namun, dia tidak tampak ingin mundur sedikit pun.Ketika Nicholas melihat itu, dia langsung menahan rasa sakitnya dan mendekat. Sherman mengernyit. Dia melepaskan pisaunya, lalu menendang dada Nicholas. Nicholas merasa dirinya seolah-olah ditabrak truk. Rasanya sangat sakit, tapi dia melihat Violet sudah hampir kehilangan kesadaran.Nicholas lanjut bangkit dan menyerang.Kalau ini terus berlanjut, mereka semua akan mati!Saat ini, darah Violet sudah mengalir dari bahunya ke lengan, lalu menetes ke permata di telapak tangannya.Permata itu sepertinya terpengaruh oleh sesuatu. Cahaya putih yang awalnya redup berangsur-angsur berubah menjadi merah."Lihat! Lihat!"Saat ini Edw
Nicholas berkata dengan emosi, "Kamu membohongiku?!""Hanya anak naif yang bisa tertipu. Bisa-bisanya kamu percaya aku akan melindunginya. Bisa-bisanya Keluarga Edris memiliki orang bodoh sepertimu."Serangan Sherman kuat dan kejam. Nicholas bukan lawan Sherman.Nathan yang melihat itu memegang erat sandaran tangan.Apa yang terjadi di depannya memang melebihi prediksinya.Jelas-jelas peluang di empat permata ini sudah habis, jadi kenapa mereka masih bisa bersinar?Jangan-jangan ... masih ada peluang?Violet segera menghindar, tapi dia juga menyadari Nathan yang terasingkan.Ketika Violet ingin berlari ke arah Nathan, Edward sudah membidik Nathan dan berkata, "Aku sudah sabar sangat lama denganmu. Suruh dia serahkan permatanya atau kamu akan mati sekali lagi!""Karena aku sudah menarikmu ke sini, bagaimana mungkin aku nggak melakukan persiapan dengan lengkap?"Kemudian, Nathan tiba-tiba menekan tombol di belakang sandaran tangan. Lalu, moncong senjata yang tak terhitung jumlahnya diara
Pada saat ini, Violet tiba-tiba merasa kantongnya sedikit panas sehingga dia tidak bisa menahannya.Violet berdesis kesakitan, lalu mengeluarkan tiga permata dari kantongnya.Ketiga permata itu bersinar sedikit.Saat Nathan melihat itu, alisnya berkerut.Edward segera berjalan mendekat untuk mengambil ketiga permata itu dari tangan Violet.Tiga permata itu seperti bergema dengan permata di tangan Edward. Kemudian, keempat permata itu memancarkan cahaya redup yang sama."Berikan padaku! Berikan!"Saat Violet melihat itu, dia ingin menghindar, tapi Romeo sudah menghalangi Edward.Edward memegang kedua lengan Romeo dengan erat dan berkata, "Ambil permatanya! Cepat!"Romeo diam saja. Dia menatap Edward dengan sinis, sama sekali tidak merasa orang di depannya ini adalah ayahnya.Edward juga langsung sadar. Kemudian, Edward tiba-tiba mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya ke Violet.Romeo pun ingin merebut pistol Edward, tapi kemudian terdengar suara tembakan di dalam gua yang memekakkan
"Kenapa nggak terulang kembali?! Kenapa?!"Kedua mata Edward merah.Dia ingin tahu sekali apa alasannya."Karena kamu sudah nggak punya kesempatan."Suara Nathan mencapai telinga Edward.Romeo menoleh, lalu dia melihat Violet sedang mendorong kursi roda Nathan ke dalam.Ketika Edward melihat Nathan, dia langsung kehilangan akal sehatnya. "Kamu! Ini kerjaanmu, 'kan? Beberapa tahun ini kamu yang selalu melawanku! Orang Keluarga Edris pantas mati!"Ketika mendengar ucapan Edward, mata Violet tertuju pada Nathan.Beberapa tahun ini?Jangan-jangan Nathan sudah lama berperang dengan Edward?Nathan berkata, "Keempat permata ini memang ajaib, tapi ... empat peluangnya sudah habis. Kamu kira dengan menemukan tempat ini dapat membantumu mengulang segalanya kembali, tapi itu ide yang konyol.""Kenapa? Apa maksudmu empat peluangnya sudah habis?"Violet sedikit bingung.Empat peluang?Dia sekali, Edward dua kali, lalu satu lagi ....Violet menatap Nathan, lalu sebuah pikiran melintas di kepalanya.
Edward mendorong Romeo, kemudian mendorong dinding itu.Dinding itu tiba-tiba bergetar, kemudian ia tenggelam. Sebuah pintu besar lift terbuka dan menunjukkan lift tua di dalam.Saat Edward melihat lift tua itu, matanya bersinar sedikit. Dia berkata pada Romeo, "Ini jalan rahasia! Jalan rahasia!"Edward segera masuk. Awalnya Nicholas mau ikut, tapi Romeo meliriknya dan berkata, "Kamu di sini saja. Jaga di luar."Meskipun Nicholas tidak senang, agar Edward tidak menyadari apa-apa saat ini, Nicholas hanya bisa tinggal.Setelah Romeo dan Edward memasuki lift itu, Edward sama sekali tidak terlihat takut dengan apa yang akan terjadi nanti. Dia terus menatap Romeo dan berkata, "Aku sudah mencari begitu lama, juga sudah berusaha keras selama bertahun-tahun. Dan sekarang akhirnya aku menemukannya .... Romeo, sebentar lagi keluarga kita bisa bersatu untuk selamanya. Ke depannya keluarga kita nggak akan terpisah lagi!"Romeo tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia menganggap apa yang dikatakan E