เข้าสู่ระบบFaya terpaksa menerima ide gila Alex untuk hamil dengan lelaki lain bernama Revan, sebab suaminya itu dinyatakan mandul total. Faya tak punya pilihan, kecuali menuruti perintah Alex, demi menyelamatkan pernikahan mereka yang di ujung tanduk. Namun Faya sama sekali tidak mengira jika nafkah batin yang dia terima dari Revan justru mampu menyentuh bagian dirinya yang sudah lama hancur. Sentuhan demi sentuhan yang Revan berikan membuka kesadaran Faya bahwa dia layak dicintai dengan rasa hormat. Lalu, apa yang harus Faya lakukan? Cepat hamil dan kembali pada Alex, atau menunda kehamilannya agar dia bisa terus bersama Revan?
ดูเพิ่มเติม“Istriku sedang di masa subur. Jadi kalau kamu bisa langsung menghamili istriku, aku tidak segan-segan memberimu bonus tambahan.” Suara tinggi Alex di luar, terdengar nyaring dan jernih sekali.
Terlalu jernih. Hati Faya sampai bergetar mendengar kalimat dari mulut suaminya itu.
“Masuklah. Istriku sudah menunggumu di dalam.” Suara Alex terdengar lagi.
Faya menelan ludah. Kini bukan hanya hati, tubuhnya bahkan mulai bergetar. Sama sekali tidak menyangka, Alex benar-benar membayar pria asing untuk menidurinya demi mendapatkan keturunan.
Pernikahan mereka sudah berjalan delapan tahun, dan selama itu pula Faya menutup rapat rahasia kelam bahwa sang suami menderita azoospermia, sebuah kelainan genetik yang membuat seorang pria tidak dapat menghasilkan sperma.
Ya, Alex yang hebat di ranjang, ternyata hanya bisa menyemburkan air mani tanpa sperma sedikit pun ketika mereka bercinta.
“Aku akan mencari pria yang sedikit mirip denganku,” kata Alex bulan lalu. “Kamu tidurlah bersamanya sampai hamil.”
Faya membeku tak percaya. “T-tapi —”
“Tidak ada tapi, Fay. Aku mulai pusing dengan tuntutan Mama dan Papa soal bayi. Hitung-hitung kamu membalas semua kemewahan yang selama ini aku berikan kepadamu. Jadi aku tidak ingin dibantah!”
Klek.
Perempuan berambut panjang itu terkesiap saat mendengar pintu dibuka. Lalu kembali menelan ludah, melihat sosok pria yang tampak lebih muda darinya, berdiri di sana. Tinggi, putih ….
“Oh, Tuhan,” desis Faya tanpa sadar. Dia buru-buru membuang pandangan dengan gugup.
“Tutup pintu, dan kerjakan tugasmu sekarang, Revan!” seru Alex dengan nada lebih tinggi.
Tanpa menyahut, lelaki yang dipanggil Revan itu menutup pintu.
Faya menahan napas. Terlebih setelah mendengar langkah kaki mendekat pada ranjang yang dia duduki. Dadanya yang sudah bergemuruh, serasa meledak ketika lelaki itu mengambil duduk di sebelahnya persis.
“Saya Revan,” kata dia dalam nada rendah. Suaranya terdengar bergetar.
Faya diam. Tetap menunduk. Tangannya mencengkeram pinggiran kasur erat-erat, sementara kedua kakinya sudah terasa lemas.
Hening.
Revan terbatuk. Sepertinya batuk yang sengaja dihadirkan. “Bu, eh, Nyonya—”
“Panggil Faya saja,” tukas Faya cepat. Dia reflek menoleh.
Deg.
Jantung perempuan itu melorot saat melihat hidung mancung dan bibir tipis milik Revan. Mata Faya menjadi terkunci. Kenapa orang ini mirip dengan Alex? Mempunyai bentuk rahang jelas, dengan bulu-bulu halus. Juga sepasang alis yang melengkung ….
Faya terkesiap ketika mendengar Revan berdehem. Gegas dia menunduk lagi.
“Faya ….” Revan terdengar mengambil napas panjang. “Apa kamu tidak nyaman dengan saya?”
Spontan Faya tertawa hambar beberapa detik. “Menurutmu?”
Revan ikut tertawa.
“Apa kamu mengira saya akan buru-buru membuka baju di depan kamu?” Faya memberanikan diri menatap Revan. Dan dia langsung membeku ketika melihat bibir tipis Revan mengguratkan garis yang sama dengan garis senyum Alex.
“K-kamu sebenarnya siapa?” Perempuan yang sudah delapan tahun menjadi istri Alex itu mengernyit.
Revan terlihat menunduk. Tersenyum getir. “Saya? Hm … pemuda miskin yang membutuhkan uang cepat untuk masa depan.”
“M-maksudku, kamu ada hubungan apa dengan suami saya? Di mana kalian bertemu?” Faya tidak dapat menahan rasa penasaran. Meskipun Alex sudah memberitahunya bahwa lelaki yang sudah dia pilih sebagai ayah biologis calon bayi mereka adalah salah satu pegawai Alex di kantornya.
“Apa Pak Alex tidak cerita?” Revan memandang Faya.
Perempuan dengan bibir sensual itu memilih untuk berbohong. Dia pun menggeleng. Tiba-tiba timbul keinginan untuk mencocokkan ucapan sang suami dengan lelaki ini. Apakah sama, atau ada fakta yang berbeda?
Revan terlihat menghela napas. “Saya pegawai baru di kantor Pak Alex.”
“Kantor yang mana?” Faya menatap Revan. Entah mengapa, perlahan rasa canggungnya menipis. Dia justru menikmati mimik yang ditampilkan lelaki di sebelahnya ini, yang dalam pandangannya seperti melihat diri Alex sepuluh tahun yang lalu. Saat pertama kali mereka berkencan dulu.
“Kantor Pak Alex banyak ya?” Revan mencipta tawa. Wajahnya terlihat lebih rileks.
Faya mengangguk seraya menikmati cara Revan tertawa. Tanpa sadar Faya mendesah. Dulu Alex juga tertawa seperti ini. Terutama setelah lelaki itu mencoba melawak, lawakan yang sebenarnya garing, tetapi Faya sangat menikmati momen setiap Alex mentertawakan lawakannya sendiri.
Revan masih tertawa. Menggaruk kepalanya. “Saya di PT Chandra Nusantara.”
“Oh.” Faya memberi respon asal saja. Seluruh fokusnya masih lekat pada wajah yang terlihat sebagai Alex-nya yang dia rindui. Yang sudah hilang entah sejak kapan. Dia bahkan baru menyadarinya sekarang.
Mata Faya terus menatap. Seperti tak kuasa untuk lepas dari wajah lelaki itu.
Beberapa detik tetap begitu. Dan entah di detik ke berapa, tangan Faya bergerak. Menyentuh pipi Revan. Lembut, perlahan. Lalu bergerak pelan ke arah bibir. Jari jemarinya kembali bergerak di sana. Halus … menyapu bibir tipis lelaki itu. Merasai rambut yang mungkin tumbuh sebentar lagi di atasnya.
“Alex …,” desis Faya.
Dia diam saja saat bibir Revan membuka, kemudian menutup perlahan. Membiarkan pria itu mengulum satu jarinya.
Faya terus terpaku. Hanya bola matanya yang bergerak. Memindai alis, hidung, bibir …. Perempuan itu terpejam otomatis sewaktu merasa sebuah tangan menyentuh pinggangnya. Lalu merayap perlahan di tubuh bagian belakang miliknya.
“Alex ….” Faya mendesah lagi. Dalam keadaan mata masih terpejam.
Tangan yang dia yakini milik Alex itu sudah sampai di punggungnya, dekat pangkal leher. Usapan lembut dengan gerakan memutar yang terasa begitu nyata.
Darah Faya berdesir-desir. Terlebih saat dia merasakan jarinya, yang masih berada di dalam mulut lelaki itu, mulai disentuh lidah. Hangat, basah ….
Sepertinya Revan sadar jika sedang diperhatikan, lelaki itu pun menoleh. Lalu terlihat mengusap kedua pipinya bergantian dengan buru-buru. Setelah itu tampak cepat membuang muka.Faya pun menunduk. Perempuan itu menghabiskan minumnya. Lalu bergerak dan duduk di sofa. Entah kenapa, dia salah tingkah sendiri.Tidak berapa lama, pintu belakang terbuka. Revan muncul di sana. Wajah putihnya menampakkan senyum, masih seperti senyum Alex, tetapi matanya kentara memerah.“Faya… sudah bangun?” tanyanya. Revan ikut duduk. Namun memilih di kursi dekat dapur. Jarak mereka sekitar empat meter.
“Eh, m-maaf.” Revan menelan ludah.Faya menutup wajah menggunakan kedua tangannya sendiri. Mencoba menghentikan suara isak yang tak kuasa dia tahan lagi. Bahu perempuan berkulit putih bersih itu berguncang, dan dadanya mendadak terasa sesak.Beberapa saat terus begitu, sampai Faya mendengar bunyi benda digeser di atas meja. Menimpa suara isak tangisnya.Spontan Faya melonggarkan jari jemari, sehingga dia bisa melihat tangan Revan yang berbulu halus sedang memindahkan mangkuk mie milik Faya. Revan menempatkan mangkuk itu berjejer dengan mangkuk miliknya. Kemudian lelaki tersebut terlihat mengelap meja di bagian yang paling dekat dengan Faya.Perlahan tangan Faya luruh. Wajahnya yang basah menatap Revan. Sedikit mengernyit.Revan yang tampak menyadari sedang dipandang, balas menatap Faya. Menyeringai seraya menunjuk meja, persis di posisi mangkuk tadi. “Mm… ini… barangkali kamu butuh meja untuk menangis.”“Hah?” Faya mengernyit. Mulutnya bahkan sampai terbuka melongo.“Gini maksudnya….”
“Kenapa kamu nggak kunci pintu?” bentak Faya. Dia kebingungan. Antara mau berbalik, tetapi merasa kencingnya sudah tidak bisa ditahan lagi. Namun jika tetap di situ, dia merasa malu dengan ketelanjangan Revan.“L-loh s-sudah tadi kok. Apa rusak—”“Pakai handuk, dan cepat kamu keluar!” pekik Faya. “Aduh… aku ngompol!”Air mengalir dari pangkal paha Faya. Turun cepat membasahi lantai.Revan yang semula panik, harus menahan tawa sembari menyambar handuk. “I-ini a-aku masih perlu keluar atau… ppfff….”“Kenapa ketawa? Ini semua salahmu!” geram Faya. Dia mundur, tetapi sial, lantai menjadi licin karena air seninya sendiri.Faya merasakan tubuhnya oleng. Matanya menangkap sosok Revan yang datang bergegas ke arahnya, mengulurkan tangan. Hap, akhirnya tangan mereka bertautan.Sayangnya, lagi-lagi sial, handuk yang melilit pinggang Revan melorot, menyebabkan kaki lelaki itu terserimpet. Mereka pun jatuh. Posisi Revan di atas, tetapi dia sigap menangkupkan tangan untuk melindungi kepala Faya.K
“Alex bilang akan membawamu ke tempat terapi sekali lagi, dan dia minta waktu enam bulan dari sekarang. Dia yakin sekali kamu bisa hamil,” kata Papa Agusto.Faya menutup wajah dengan kedua tangannya. Mata perempuan berhidung mancung itu mulai terasa panas.“Alex sangat mencintaimu, Faya.” Papa Agusto menghela napas, lebih panjang dari yang pertama. “Alex menolak untuk menikah lagi, demi kamu. Tapi keluarga ini perlu penerus… jadi Papa harap kamu ikut membujuk Alex untuk menikah lagi, jika ternyata kamu gagal hamil.”Diam. Mulut Faya terasa dikunci. Kepalanya masih penuh. Terlalu penuh.Bahkan sampai Alex datang dan membawa Faya pergi. Meninggalkan rumah mewah mereka dengan dalih pergi ke tempat terapi.“Kamu sekarang tau kenapa kamu harus cepat-cepat hamil?” Alex, yang menyupir sendiri mobilnya, berkata tanpa menoleh pada Faya.“Kenapa Pap bilang sama Papa kalau aku yang man—”“Kalau kamu nggak bisa menjalankan misi ini, mungkin Sofia bisa,” tukas Alex. Derainya menguar beberapa deti






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.