“Randy!” panggil Adnan setengah berteriak saat melihat putra semata wayangnya mengabaikan dirinya.Seolah menulikan telinganya, Randy terus melangkah menuju ke mobilnya yang terparkir di halaman kantor polisi. Marah dan kecewa menjadi satu saat Adnan juga membebaskan Tegar yang telah dianggap sebagai seterunya. Bahkan Adnan mengatakan kepada polisi jika perkelahian antara Tegar dan Randy hanya sebuah kesalahpahaman yang akan diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Sebagai seorang anak, tentu Randy bukan hanya menginginkan perhatian dari Adnan, tetapi juga ingin menjadi prioritas, apalagi saat ini sang mama telah tiada.Masih lekat dalam ingatan Randy, penderitaan sang mama yang hidup dalam bayang-bayang perselingkuhan yang telah dilakukan oleh Adnan. Meskipun tidak pernah mengakui jika dirinya telah melakukan sebuah perselingkuhan, tetapi Adnan sering secara diam-diam mendatangi panti asuhan untuk memberi hadiah dan memenuhi segala kebutuhan Tegar. Dan semua itu tidak luput dari pantau
Tanggal muda masih beberapa hari lagi, Cinta menghitung lembaran uang yang saat ini di dalam dompetnya, berharap untuk bulan ini dia tidak harus menggesek tabungannya lagi. Cinta mengambil satu lembar uang berwarna biru untuk membeli sarapan dan camilan untuk Utari. Selama sang ibu sakit, pengeluaran Cinta menjadi semakin membengkak. Bukan hanya biaya periksa ke dokter dan menebus obat, tetapi karena Cinta yang tidak bisa memasak membuatnya harus membeli makanan sehingga menjadi lebih boros.Melangkah keluar dari kamarnya, telinga Cinta menangkap suara yang khas di dapur, suara wajan yang beradu dengan sudip. Cinta pun menuju ke sumber suara, dilihatnya sang ibu sedang menumis bumbu untuk sayur sop, tampak di meja makan sudah terhidang tempe goreng, yang selama ini menjadi menu wajib di keluarga mereka. Tidak ketinggalan sambal tomat sebagai pelengkap hidangan pagi ini.“Ibu memasak?” tanya Cinta sambil menghampiri sang ibu.“Iya,” jawab singkat Utari sambil melemparkan senyum ke arah
Penasaran? Sudah tentu, sangat besar rasa ingin tahu Cinta mengenai apa yang akan dilakukan oleh Tegar di Sanjaya Furniture hari ini, apalagi pria dari Solo itu datang bersama dengan Adnan. Adakah masalah hukum yang akan mereka bicarakan? Apakah itu berhubungan dengan kehamilan Aura? Atau …? Entahlah, ada banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncuk dan mengganggu pikiran Cinta sejak melihat kedatangan Tegar. Tidak ingin terus dihantui oleh rasa penasaran, diam-diam Cinta melangkahkan kaki menuju ke ruang kerja Damar dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui apa yang terjadi di sana. Rasa ragu menghinggapi Cinta kala melihat pintu ruangan yang tertutup rapat, dia mencoba untuk menemukan cara agar bisa mengetahui apa yang sedang dibicarakan di dalam ruang tersebut. Cinta sadar jika dirinya tidak mungkin menguping pembicaraan mereka di depan pintu, sudah pasti akan ketahuan oleh rekan kerjanya yang mungkin saja sewaktu-waktu melintas di depan ruang kerja Damar. Saat putus asa hampir menye
Cinta menyesal tidak menghabiskan makan paginya, gadis itu merasa telah kualat karena membuang makanannya tadi pagi. Kini dia harus menahan lapar karena di jam makan siangnya, Damar melakukan rapat secara mendadak. Siang ini Damar mengumpulkan beberapa kepala bagian di ruang rapat. Seperti biasa, untuk bagian desain meskipun bukan kepala bagian tetapi Cinta tetap ikut untuk rapat.Cinta menyibukkan diri dengan kertas yang ada di depannya dengan coretan-coretan yang random dan tidak jelas. Sungguh tidak nyaman harus terjebak dalam situasi yang mengingatkan pada masa lalu saat masih bersama dengan Damar. Berulang kali Cinta harus menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya saat tanpa sengaja harus saling menatap dengan Damar.Belum lagi saat Cinta harus beradu pandang dengan Tegar, pria dari Solo itu sedari tadi menatap ke arah Cinta. Bukan tatapan meremehkan, tetapi dari tatapan mata itu ada kesan jika Tegar ingin mengungkapkan jika Cinta tidak akan bisa menghalangi apa yang m
Durjana.Hanya sebutan itu yang terlintas di pikiran Cinta untuk menggambarkan sosok Tegar. Memang apa yang baru saja terjadi tidak luput dari tindakan Cinta yang terlalu sembrono hingga membuat dirinya terjebak berada di dalam toilet bersama Tegar. Cinta merutuk dirinya yang terlalu naif menilai Tegar, seolah melupakan apa yang telah terjadi antara Tegar dengan Aura, hingga adiknya itu mengandung.Cinta hanya bisa mengumpat dalam hati sambil melangkah meninggalkan Tegar. Beruntung Bella datang tepat waktu menyelematkan Cinta, hingga akhirnya bisa terbebas dari Tegar.“Itu karyawan baru?” tanya Bella sambil berbisik.“Ya,” jawab Cinta dengan singkat karena masih tertekan oleh perbuatan Tegar.“Cakep,” ucap Bella sambil menoleh ke belakang untuk melihat Tegar yang masih berdiri di depan pintu.Cinta hanya menggelengkan kepalanya mendengar sahabatnya yang sepertinya tertarik kepada Tegar. Seandainya Bella mengetahui siapa Tegar yang sebenarnya, mungkin dia akan merasakan jijik dan muak
Tatapan mata Damar seakan tidak sudi untuk berpindah, dilihatnya dengan saksama inchi demi inchi wajah Cinta. Jika dahulu bersama dengan Cinta adalah suatu hal yang biasa terjadi, tetapi untuk saat ini hal itu adalah seuah kesempatan yang sangat langka bagi Damar. Dan untuk saat ini Damar tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Suara Cinta yang sedang memberikan penjelasan kepada Tegar terdengar mendayu-dayu layaknya lagu nina bobo yang merdu.“Sanjaya juga menerima proyek untuk desain interior?” tanya Tegar saat melihat desain untuk sebuah kafe.“Ya, selain memproduksi masal beberapa desain unggulan, kita juga melayani customer yang memesan desain khusus. Biasanya itu kafe, resto, kantor, ada juga rumah pribadi. Dan itu adalah salah satu keahlian Cinta, karena dia lulusan desain interior,” terang Damar, sambil menyisipkan pujian untuk mantan kekasih yang berstatus sebagai kakak ipar.“Untuk bahan baku, kita memang menyesuaikan dengan target pasar dan permintaan customer. Untu
@Cinta[Pulang terlambat, masih ada urusan pekerjaan. Ibu makan dulu saja.]Cinta mengirim pesan kepada Utari agar tidak cemas menunggu kedatangannya. Menjaga suasana hati sang ibu agar selalu tenang dan bahagia adalah salah satu cara yang Cinta yakini bisa membuat ibunya tetap sehat dan bisa bertahan hidup lebih lama.Jika dibilang terpaksa, sebenarnya tidak ada yang memaksa Cinta untuk turut serta ke rumah Keluarga Sanjaya. Tetapi Cinta memaksa dirinya sendiri untuk tetap bersama dengan dua pria yang telah menjalin hubungan dengan adiknya. Cinta hanya ingin menepati janjinya kepada sang ibu untuk selalu menjaga Aura, dia hanya ingin memastikan jika Aura dalam keadaan yang baik-baik saja setelah bertemu dengan Tegar.Selama perjalanan menuju ke rumah Keluarga Sanjaya, terdengar obrolan ringan antara Tegar dan Damar. Di seat depan tampak Damar yang sedang mengemudi mobil dan Tegar duduk di sampingnya. Seolah tiada habis bahan yang mereka perbincangkan meskipun random dan berganti-gant
“Kau ….” Hesti menggantungkan ucapannya, amarah jelas terlihat saat melihat Tegar berdiri di hadapannya. “Bagaimana dia bisa ada di sini?” tanya Hesti dengan sorot mata tajam yang membidik ke arah Tegar.“Saya yang mengajaknya ke sini, Ma!” jawab Damar dengan jujur, karena merasa tidak ada yang perlu untuk ditutupi lagi.“Siapa yang menyuruhmu membawa anak haram itu datang ke rumah kita?” tanya Hesti sambil berteriak hingga memperlihatkan urat-urat lehernya.“Ma!” sergah Damar sambil mengalihkan pandangan ke arah Cinta, seolah memberi kode kepada Hesti jika ada orang lain yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka saat ini.“Siapa yang menyuruhmu membawa anak haram itu datang ke rumah kita?” Seolah tidak mempedulikan kode dari Damar, Hesti justru mengulangi lagi pertanyaannya.“Tidak ada, Ma! Itu murni inisiatif saya sendiri, karena saya membutuhkan bantuannya di Sanjaya.”Damar sudah menduga jika kehadiran Tegar akan mendapat penolakan dari Hesti, sehingga sejak awal dia sudah mempe