Share

Bertemu

Cowok ini duduk di sebelahku, aku dan Jihyo memandangi cowok ini. Cowok ini adalah teman lama di sekolahku, anak baru di sekolah ini. Dia tersenyum padaku dan Jihyo. Jihyo mengacuhkan keberadaan cowok ini.

"Na."

"Iya."

"Nanti kamu ada waktu gak?"

Aku pikirkan dulu ada atau tidak, ternyata ada aku harus menemani Doyoung bertemu Papanya di kantor hari ini.

"Aku ada perlu sama orang, maaf ya."

"Gak apa-apa, aku ngerti kok."

Aku tersenyum kecil ke dia, Nayeon sudah selesai membeli makanan. Nayeon terlihat senang ketika ada cowok ini di sini.

"Halo yeosang, apa kabar?"

"Baik."

Cowok ini bernama yeosang, terlihat bagus namanya.

"Kamu ada di kelas mana?"

"B."

Jihyo terkejut, aku meliriknya dan Nayeon juga menatapnya. Kita bertiga sangat lah kaget, Yeosang satu kelas dengan Doyoung dan kawan-kawannya kecuali Winwin.

Lalu Yeosang pesan makanan nya, dia menunggu makanannya. Kami bertiga langsung makan, Yeosang memandang kita bertiga. Saat melihatku, dia tersenyum. Aku hanya melirik jadi ragu-ragu untuk memakannya.

Jaehyun datang menghampiri Jihyo, Jihyo tersenyum ke Jaehyun. Tapi Jaehyun malah menghadapku Yeosang.

"Kamu anak baru kan?"

Yeosang langsung mengalihkan pandangannya ke Jaehyun.

"Iya, kamu Jaehyun bukan?"

"Iya, kamu disini ngapain?"

"Makan bareng mereka."

"Kamu kenal sama mereka bertiga?"

Yeosang menunjukku dan Nayeon. Jaehyun hanya mengangguk kan kepalanya. Lalu Jaehyun menatap Jihyo, dia melihat makanan yang dimakan Jihyo.

"Kamu pesan mie lagi sih? Kemarin kan udah."

"Enggak apa-apa kok, aku udah janji sama Sana hari ini makan mie." Melihatku dan tersenyum.

Aku membalas senyum Jihyo, dan anggukan mengerti. Makanan Yeosang datang, kami lanjut makan.

Setelah selesai makan Jaehyun mengajak Jihyo untuk pergi berdua.

"Kita pergi duluan ya." 

"Iya."

"Aku duluan gak apa-apa kan?"

"Gak apa-apa Jihyo."

Jihyo melambaikan tangan ke aku dan Nayeon, jangan lupakan Yeosang juga. Kita bertiga cuma diam aja, dan tiba-tiba ada yang mengeser dudukku. Itu Doyoung, dia memperhatikan Yeosang. Yeosang tersenyum ke Doyoung, Doyoung membalas senyumnya dengan senyuman juga.

"Kamu hari ini bisa gak?"

Aku hanya memperhatikan Doyoung, melirik Yeosang. Aku lupa kalau belum jawab ajakan Doyoung kemarin. Ku jawab dengan anggukan, Doyoung tersenyum.

"Terima kasih." Senyum lagi.

"Kita di kacangin atau jadi obat nyamuk nih."

Aku tersenyum kecil ke Yeosang dan Nayeon.

"Maaf, aku cuma mastiin jawaban Sana kok."

"Oke. Masih mau bicara lagi gak?"

"Emang kenapa?"

"Kamu itu ganggu momen Sana dan Yeosang tau."

Doyoung memperhatikan ku dan Yeosang. Semoga Doyoung gak berfikiran yang aneh-aneh. Doyoung langsung pergi tanpa bicara apapun sama kita. Ku perhatikan langkahnya.

"Kamu pacaran dengan Doyoung?" Tanya Yeosang.

Aku langsung memperhatikan Yeosang, menggelengkan kepala. Kualihkan pandanganku ke tempat lain.

Lalu Nayeon mengajakku ke kelas sebentar lagi bel masuk. Kita berdua pamit ke Yeosang untuk duluan ke kelas. Tapi Yeosang menahanku, aku menatapnya.

"Kalau hari ini gak bisa pergi sama aku, gimana kalau besok?"

"Akan ku jawab besok."

Yeosang menganggukkan dan melepaskan genggamannya. Aku menyusul Nayeon yang sudah duluan jalan. Sampai di kelas, aku melihat ada Doyoung disana sama temennya. Aku masuk ajakan, gak usah takut Sana dia gak bakal ngapa-ngapain kamu kok. Kursi yang biasa ku duduki sudah diduduki oleh Jaehyun. Aku hanya celingak-celinguk kesana kesini.

Lalu Yuta menghampiriku, menatapku aneh. Aku hanya memperhatikan Yuta, bingung kenapa dia melihatku seperti itu. Temen-temennya juga memperkenalkan ku, ada yang salah sama aku.

"Kamu punya pacar Na?"

"Enggak."

"Yeosang siapa?"

Aku mengalihkan pandanganku ke Doyoung. Doyoung hanya memperhatikan ku, sedikit sedihlah. Kembali ke Yuta, kenapa mau jujur aja sudah sih.

"Yeosang temennya Sana." Sahut Jihyo.

"Kamu kenapa menjawabnya Jihyo?"

"Emang Sana sama Yeosang temenan kok."

Jaehyun memutar bola matanya, kembali ke Yuta dan Sana. Yuta hanya menatapku tajam, dan tiba-tiba merangkulku. Doyoung dan Winwin berdiri karena melihat kelakuan Yuta. Gengnya Doyoung memperhatikan Doyoung dan Winwin yang tiba-tiba berdiri.

"Duduk disini." Menarik ku ke kursi dekat sama temen-temen nya.

Winwin dan Doyoung sudah duduk kembali. Di sini aku cuma duduk dan mendengarkan mereka bicara. Kenapa aku hanya diam saja ya? Pergi ke atau gak pamit kemana gitu, tapi gak bisa. Bel masuk berbunyi, semua anak mulai masuk kelas. Teman-teman Doyoung juga keluar dan aku kembali ke tempat dudukku.

Aku di kelas malah melamun, takut mereka bakal ngapa-ngapain si Yeosang. Jihyo yang melihatku langsung menyadarkan ku dari lamunanku. Aku melihat kesana kemari.

"Kamu kenapa Na?" Berbisik.

"Gak kenapa-napa kok."

"Jangan bilang kamu mikirin Doyoung dan temen-temen nya bakal ngerusuhin Yeosang."

Tepat sekali perkataan Jihyo ini, kenapa bisa tau yang ada di pikiranku. Aku diam aja tanpa bilang apapun ke Jihyo, dan Jihyo kembali fokus kepada pelajarannya.

Bel berbunyi waktunya pulang, anak-anak mulai membereskan barang-barangnya. Aku pun membereskan bukuku juga, Jihyo sudah selesai membereskan buku nya. Jihyo menatapku,

"Hari ini kamu di jemput adek kamu gak?"

"Belum tau. Aku coba tanya dia dulu."

Jihyo menganggukan jawabanku, lalu ku buka hpku untuk mengchatting Jungwoo.

Sana : 

"Kamu hari mau jemput aku tau enggak?"

Jungwoo : 

"Enggak kak, aku ada urusan sama temen-temen, maaf kak. Kakak pulang naik bis aja."

Sana : 

"Ya udah, hati-hati dijalan ya."

Pesanku di read sama Jungwoo, aku memandangi Jihyo.

"Adekku gak jemput hari ini."

"Bareng Doyoung aja Na."

Aku menatap Jihyo bingung, pulang bareng Doyoung? Apa dia mau nganterin aku? Dia mungkin lagi marah kan sama aku.

"Udah gak apa-apa Na, ayo nanti keburu siang lagi."

Aku menganggukan kelapaku dan mengikut Jihyo ke tempat parkir. Di parkiran sudah ada gengnya si Doyoung. Aku enggak berani menatap mereka, kalau kayak gini mereka mengerikan. Jihyo malah memberanikan diri menyapa mereka.

"Hai."

Mereka membalasnya dengan senyuman mempesona mereka. Lalu Jihyo menarikku dan mendekatkan aku dengan Doyoung. Aku hanya melirik Doyoung, Doyoung duduk di motornya diam saja. Setelah beberapa menit kita semua diam aja, Haechan memulai pembicaraan.

"Kita mau sampai kapan di sini?" Melihat kita semua.

"Ya udah ayo pulang, keburu laper nih perutku." Sahut Yuta.

Saat kita semua akan pulang, tiba-tiba ada Yeji dan Tzuyu datang. Yeji menghampiri Doyoung dan Tzuyu menghampiri Yuta.

"Mau pulang sekarang?" Tanya Tzuyu.

Dijawab Johnny, "iya udah mau pulang, kenapa?"

"Aku bareng ya sayang." Kata Yeji.

Doyoung bingung lah, dia mau ngajak Sana ketemu Papa nya malah ada Yeji yang mau dianterin.

"Kamu hari ini pulang sendiri ya."

"Kenapa?" Menatap Sana, "kamu mau nganterin Sana?" Sambil menunjuk Sana.

"Iya, aku udah janji sama Sana mau nganterin dia."

Yeji kesal, terlihat dari raut wajahnya. Memalingkan pandangannya lalu melihatku.

"Kamu mau coba-coba merebut Doyoung dari aku?"

"Enggak." Menggeleng.

"Aku yang mau nganterin Sana bukan Sana yang minta." Sahut Doyoung.

Yeji bertambah kesal, dengan jawab Doyoung. Yeji pun pergi dari situ, mereka semua memperhatikan aku dan Doyoung. Doyoung yang tiba-tiba merasa lemas turun dari motor dan duduk di kursi sebelah. Aku harus berbuat apa, dan Taeyong menghampiri Doyoung.

"Bisa-bisanya kamu bilang seperti itu sama Yeji, katanya kamu sayang sama Yeji kok malah kamu usir sih."

Kenapa aku jadi merasa bersalah ya, temennya mendekati Doyoung. Jihyo mendekati ku, kita berdua hanya memperhatikan mereka. Doyoung marah-marah sendiri karena dia mengacuhkan Yeji cewek yang dia sayang.

"Mau gimana Young? Gimana kalau dia malah benci sama kamu? Harus kamu tadi jangan bilang gitu, kamu prioritas in Yeji bukan Sana." Omel Johnny.

Aku menundukkan kepalaku, aku merasa bersalah ada disini. Aku bingung harus berbuat apa. Jihyo menepuk bahu ku, dan menatapnya.

"Bukan salah kamu Na, ini tiba-tiba aja terjadi. Jangan salahin diri kamu sendiri oke."

"Tadi harusnya aku gak usah disini Yo."

"Aku udah bilang ini bukan salahmu Na."

Aku diam aja, dan melihat Doyoung yang terlihat menyesali perbuatannya tadi. Aku harus minta maaf dengan Yeji, aku gak mau dia salah paham. Lalu aku pergi dari situ, dan diikuti Jihyo. Mereka juga memperhatikan aku dan Jihyo yang berjalan menjauhi mereka

"Mau kemana?"

"Minta maaf sama Yeji."

"Jangan Na, nanti memperburuk keadaan udah disini aja sama aku."

Aku menuruti perkataan Jihyo, dan kembali ke tempat tadi. Doyoung pun beranjak dari duduknya dan kembali ke motornya. Kita semua memperhatikan gerak gerik Doyoung. Lalu Doyoung menatap kita semua.

"Gak mau pulang?"

Semua anak langsung kemotor masing-masing, aku dan Jihyo masih diam aja di tempat. Jaehyun pun memanggil Jihyo.

"Jihyo, masih mau di situ?"

Jihyo langsung menghampiri Jaehyun, dan aku masih disini. Doyoung menoleh ke belakang, dan mengajakku untuk pulang.

"Na mau pulang atau enggak?"

Aku melihat ke arah Doyoung, dan mengangguk. Doyoung menyuruhku untuk naik ke motornya. Aku berjalan menuju Doyoung, dia menyuruhku langsung naik. Aku ikuti apa yang dia tunjuk. Kita semua pulang, kecuali Tzuyu dan Yuta.

"Kamu mau pulang bareng aku?"

"Iya." Mengangguk.

"Tapi aku hari ini gak lagi mau nebengin orang. Maaf aku pergi duluan ya." Menyalakan motor dan meninggalkan Tzuyu sendirian.

Saat dijalan, Doyoung melihatku dari sepion aku juga lagi memperhatikan dia. Tapi malah kita berpandangan cuma sebentar karena Doyoung harus fokus dengan jalanan.

Kita semua berpencar ke jalan masing-masing, Doyoung mengantarku ke rumah. Sudah sampai di rumah, aku turun dan Doyoung menungguku.

"Kenapa masih disini?"

"Lupa atau pura-pura lupa?"

Aku mengingat-ingat, sekarang baru inget. Aku udah janji ke Doyoung mau menemani nya bertemu Papanya.

"Iya, ayo masuk dulu."

Kita berdua masuk bersama, tapi dirumah gak ada siapa-siapa. Aku menyuruh Doyoung duduk dulu, aku pergi ke dapur melihat ada bibi atau tidak. Ternyata ada bibi dirumah, lalu ku hampiri bibi.

"Bi dirumah gak ada siapa-siapa?"

"Iya, belum ada yang pulang non."

"Bi aku mau pergi dulu sama temen Sana, nanti bibi bilang Sana pergi dengan temanny."

"Perempuan atau laki-laki non?"

"Laki-laki bi."

Bibi malah senyum-senyum, ada yang salah ya. Apa bibi tau kalau itu Doyoung.

"Laki-laki yang waktu ya non?"

Aku mengangguk dan menutup mukaku karena malu bibi udah tau.

"Kenapa non?"

"Gak apa-apa bi, Sana siap-siap dulu."

Bibi mengangguk, aku ke kamar untuk mengganti seragamku. Setelah selesai aku kembali ke ruang tamu. Melihat ada Doyoung disana, semoga ini tidak terlalu terbuka. Aku menghampiri nya, Doyoung memperhatikanku dari atas sampai bawah dan tersenyum. Ada apa aku salah memilih pakaian?

"Ada apa? Kenapa senyum ada yang aneh?"

"Enggak apa-apa, yuk berangkat nanti malah Papa sibuk."

Aku dan Doyoung segera pergi ke kantor Papanya, karena ini sudah mulai panas. Sampai nya di kantor, Doyoung mengparkirkan motornya. Aku dari luar melihat kedalam, di sana ada 2 perempuan memperhatikan aku dan Doyoung. Doyoung menepuk bahu ku, dan aku tersadar dari lamunan ku.

Doyoung mengajakku masuk ke kantor, Sampai didalam semua pegawai memberi hormat dengan menundukkan kepalanya. Semua memperhatikan aku, kulihat-lihat saja disekitar kantor. Doyoung berhenti karena tau aku ada di belakangnya, Doyoung menengok ke belakang.

"Kenapa berhenti?"

"Enggak apa-apa."

Aku dan Doyoung berjalan lagi ke kantor Papanya. Setelah sampai kami berdua bertemu sekertaris Papanya, aku senyum kepada sekertaris itu.

"Ada yang bisa saya bantu Doyoung?"

"Papa ada di kantor?"

"Beliau sedang ada rapat, kalau ada yang mau di bicarakan nanti saya sampaikan."

"Aku mau bertemu langsung dengan Papa."

"Iya, silahkan tunggu di kursi tunggu, rapat pak Chanyeol tidak lama kok."

Aku dan Doyoung langsung duduk di ruang tunggu. Sekertaris itu memberi kita minuman, aku menunduk dan tersenyum tanda terima kasih, sekertaris itu juga membalas senyumku. Doyoung hanya diam aja, tidak berterima kasih juga kebiasaan. Sekertaris itu pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Beberapa menit kemudian, Pak Chanyeol sudah datang. Aku langsung berdiri diikuti Doyoung yang ada di sampingku. Aku dan Doyoung menghampiri Pak Chanyeol dan memberi salam.

"Selamat siang Pak Chanyeol." Mengulurkan tanganku.

"Siang nak." Membalas jabatan tanganku.

"Ada apa kesini Doyoung?" Melepas tanganku.

Tiba-tiba Doyoung menggandeng tangan ku, aku melihatnya. Doyoung memperhatikan ku, lalu kembali memperhatikan Papanya. Pak Chanyeol melihatnya dan diam saja.

"Kata Papa aku harus membawa anak perempuan ke hadapan Papa."

"Ternyata ini kamu kesini. Papa kira kamu akan melupakan ini." Pak Chanyeol tersenyum senang. "Ayo masuk dulu."

Aku dan Doyoung mengikuti Pak Chanyeol ke dalam ruangan beliau. Semua pegawai yang ada disitu memperhatikan kita berdua. Saat sudah sampai kita berdua di persilahkan duduk oleh Pak Chanyeol.

"Nak siapa nama kamu?"

"Sana Pak."

"Gak usah panggil Pak, panggil saja om ya."

"Iya om."

Om lalu memperhatikan Doyoung, Doyoung juga memperhatikan Papanya. Kenapa terasa canggung ya, mereka kalau ketemu selalu seperti ini ya. Dingin sekali, pantas saja Doyoung dingin karena Papanya juga begitu.

"Kemana pacar kamu itu Doyoung."

"Ada di rumah."

"Kenapa kamu gak aja dia?"

Doyoung sudah mulai kesal dengan Papanya, terlihat dari raut wajahnya. Tapi om malah tersenyum melihat Doyoung seperti itu. Aku diam aja daripada memperburuk keadaan.

"Kenapa Papa peduli sama Yeji?"

"Biasanya kamu sama dia kan, kenapa hari ini kamu sama Sana."

"Papa ini mau bikin aku emosi."

"Enggak, Papa cuma tanya aja. Seharusnya kamu dari dulu pilih Sana bukan Yeji. Sana lebih sopan dari Yeji."

Doyoung berdiri dan menarikku keluar, tapi om Chanyeol menghalangi kita. Mereka saling tatap-tatapan, seperti ingin berkelahi. Tapi mereka gak berkelahi, mereka hanya tatap menatap. Aku hanya bisa diam saja tanpa berkata apapun. Lama sekali mereka saling pandang, kita bertiga hanya berdiri di depan pintu.

"Om." Memberanikan diri untuk mulai pembicaraan.

Om Chanyeol menghadap ke arahku, Doyoung juga menghadap ke arahku. 

"Kita berdua mau pulang om, takut ke sorean soalnya kita ada pekerjaan rumah." Tersenyum lebar.

"Iya kalau gitu kalian pulang dulu, nanti Papa mau bicara dengan kamu Doyoung."

Doyoung mengacuhkan perkataan Papanya dan menarikku keluar. Sebelum pergi aku menunduk ke om Chanyeol dan pergi. Kita berdua keluar dari ruangan om semua pegawai disana memperhatikan aku dan Doyoung, tapi Doyoung terus menarikku.

"Sepertinya Doyoung sedang ada masalah dengan Pak Chanyeol."

"Iya, kelihatan dari raut wajah Doyoung seperti akan meledak."

"Udah gak usah ngomongin orang lain di belakang apa lagi anak bos kita."

Kita berdua sudah sampai di lantai bawah, dan berjalan dengan cepat. Lagi-lagi di perhatikan oleh pegawai yang tadi memperhatikan kita. Saat sampai di parkiran Doyoung melepas genggamannya, dan menghadap ke arahku.

"Maafin Papa ku ya, dia emang kayak gitu. Kamu udah liat kan kalau Papa ku gak suka sama Yeji."

"Iya aku tau, Papa kamu emang gak setuju dengan hubungan kamu dengan Yeji."

"Tapi aku akan berusaha untuk meyakinkan Papa kalau Yeji pantas buat aku."

Aku menganggukan kelapaku, dan Doyoung mengambil motornya. Doyoung menyuruhku naik ke motornya, dan mengantarku pulang. Diperjalanan Doyoung diam aja, dia terlihat murung. Apa dia butuh teman curhat? Kalau iya kenapa gak cari teman curhat sih malah di pendam sendiri.

Sampai di depan rumahku, lalu aku turun dan membalikan badanku tersenyum ke Doyoung. Dia membalas senyuman ku, dia pamit untuk pulang. Doyoung menghilang begitu saja dari pandanganku. Aku segera masuk ke rumah, dirumah masih aja sepi pada kemana sih. Laluku hampiri bibi yang ada di dapur.

"Bi Papa Mama dan Jungwoo masih belum pulang?"

"Belum non, katanya nanti sore."

"Jungwoo juga?"

"Den Jungwoo ikut nonya sama bapak non."

Aku mengangguk dan pergi ke kamar untuk mandi dan beristirahat. Ku baringkan tubuh ini ke kasur ternyamanku. Saat mata sudah mulai mengantuk hpku berbunyi, ada yang telfon Jungwoo yang telfon.

"Ada apa?"

"Kakak dirumah kan?"

"Iya."

"Papa tanya kakak ada di rumah atau enggak."

"Cuma itu?"

"Iya."

"Emang pergi kemana sih?"

"Urusan kerjaan Papa kak."

"Kamu ngapain ikut?"

"Disuruh sama Papa, katanya sih biar aku bisa mengerjakan pekerjaan kantor kak."

"Oh, ya udah hati-hati ya, kakak mau istirahat dulu." Ku tutup telfonnya, dan melanjutkan tidur.

Aku bangun dan jam menunjukan pukul 4 sore. Kenapa udah sore sih, mereka sudah pulang atau belum ya? Aku masuk ke kamar mandi, selesai aku bertujuan untuk turun ke bawah memastikan apa mereka udah pulang atau belum.

Ku buka pintu kamarku, kudapatkan sesosok Jungwoo yang sedang berjalan dari bawah ke atas. Jungwoo sampai di anak tangga paling atas, dan melihatku. Jungwoo menghampiriku, saat sampai di depanku dia hanya menatapku.

"Kakak tadi pergi sama siapa?"

"Ha? Kamu tau darimana?"

"Dari Papa, Papa dari bibi. Katanya bibi kak Doy."

Aku tersenyum kecil, Jungwoo malah mengodaku. Dia kelihatan senang banget kalau tentang mengodaku.

"Apa kakak pacaran sama kak Doy?"

"Enggak. Kakak cuma temenan biasa aja kok."

"Oh gitu ya, temenan biasa."

"Kamu kenapa sih?"

"Gak kenapa-napa, nanti katanya makan malam di luar kak, jadi bibi gak masak."

"Kenapa makan di luar?"

"Gak tau, kakak tanya aja sendiri. Papa ada di ruang tengah tuh."

Aku langsung menuju ruang tengah untuk bertemu dengan Papa. Papa dengan Mama di ruang tamu, dan aku menemui mereka.

"Papa Mama."

Mereka langsung menoleh ke arahku dan tersenyum. Aku di suruh duduk sama Mama.

"Ada apa Sana?"

"Kenapa nanti kita makan di luar Pa?"

"Kamu gak mau Na?"

"Mau kok Pa, tapi kenapa tiba-tiba biasanya juga enggak kan."

"Hari ini Papa dapat klaien di kantor, itu alasan Papa ngajak kita semua untuk makan malam di luar."

Aku mengangguk artinya mengerti, Papa dan Mama tersenyum melihatku. Aku melihat ke arah Papa dan Mama lalu ikut tersenyum. 

"Na, kamu tadi pergi kemana sih sama Doyoung?"

"Pergi ke kantor Papanya Doyoung."

"Ngapain?"

"Gak tau, tadi cuma diajak aja sih Pa." Ku berpikir, "Pa kalau aku pacaran sama orang yang aku sayang, Papa akan setuju gak?"

"Pasti Papa setuju, kenapa tanya kayak gitu?"

"Kalau kamu ada apa-apa cerita sama Mama atau Papa." Sahut Mama.

"Bukan Sana Ma, tapi Doyoung."

"Kenapa?"

"Dia punya pacar Papanya Doyoung udah tau kalau Doyoung punya pacar, tapi papanya Doyoung gak setuju dengan hubungan mereka. Tadi mereka berantem Pa karena masalah itu."

"Kok bisa gitu?"

"Sana juga gak tau Pa, tadi mereka dingin banget satu sama lain. Sampai Doyoung marah sama Papanya. Karena itu sana tanya sama Papa."

"Itu urusan mereka, kamu gak usah ikut campur ya. Setiap orang tua beda-beda Na, Papa sih gak ngelarang kamu sama siapa aja tapi kalau itu jadi perbuatan tidak baik buat kamu, Papa gak setuju. Jadi mungkin Papa nya Doyoung tau tentang pacar anaknya."

"Oh gitu Pa, tapi kan gak baik dong kalau orang tua seperti itu, menasehati anaknya dengan kasar, lantang, apa itu bagus Pa? Nanti kalau Doyoung depresi gimana?"

"Kamu kok bilang gitu gak boleh, harus berfikiran positif."

"Iya Pa, maaf."

Papa mengelus rambutku dan memelukku. Mungkin emang setiap orang tua berbeda, ada yang tau apa yang dilakukan anaknya dan ada yang tidak tau apa dilakukan anaknya. Aku harap Doyoung dapat jalan yang baik lah, jangan sampai Papanya memakai kekerasan nya. Jadi jangan melupakan nasehat orang tua, karena orang tua kita akan tau mana baik dan mana buruk.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status