LOGINKata Dwi Toro, kepada ajudannya, lalu melihat Gerry, "Baiklah, Gerry, siapkan pasukanmu sekarang. Aku sudah memilih Dodi dulu untuk melawan pertama kali,” kata Dwi Toro sambil berjalan menuju salah satu sofa yang sudah disiapkan lebih dulu, sedangkan Ragma dan Dodi mengikuti dan kembali berdiri tegak di belakang laki-laki itu.“Baiklah, kalian siapkan 5 orang untuk melawan ajudan pribadi Tuan Dwi Toro. Kalian tentu mengerti apa yang harus dilakukan, bukan?” perintah Gerry.“Siap, mengerti Tuan,” terdengar suara bariton dari sana. Kemudian 5 orang laki-laki tiba-tiba saja maju dan berdiri tegak di hadapan semua orang. Dodi pun akhirnya maju dan kini berdiri di hadapan mereka.“D183, aku yakin kamu bisa menghadapi mereka. Selesaikan tugasmu dan tunjukkan bahwa ajudanku bukanlah orang biasa,” ujar Dwi Toro sambil memandang punggung pemuda itu.“Apakah diizinkan menggunakan senjata” Dodi balik bertanya tanpa menjawab ucapan Dwi Toro.“Tentu saja. Di sini dibebaskan menggunakan apa pun, t
Satya bertanya-tanya, dan kembali fokus dengan pekerjaannya. Sementara saat ini Zein kembali bergerak. Ia mengaktifkan alat yang terkoneksi dengan ponsel pribadinya itu, di mana di sana terlihat jelas mobil Ramona sudah bergerak. Zein pun langsung menginjak pedal gas mobilnya dan pergi meninggalkan area tersebut. Ia benar-benar mengikuti rute sesuai dengan keberadaan mobil Ramona yang sudah terlacak saat ini, sehingga setelah cukup lama akhirnya ia berhenti di sebuah tempat. Pandangan matanya memperhatikan sekitar; ternyata itu adalah tempat karaoke.“Ini tempat karaoke biasa dan umumnya hanya untuk melepas penat, tapi ada juga perjudian. Apa dia seorang LC?” gumam Zein. “Tapi kalau melihat penampilannya itu tidak mungkin, tapi bisa juga.”Zein memundurkan mobilnya dan mematikan mesin di sekitar tempat itu. Ia lalu melihat lebih dekat bagaimana Ramona keluar dari mobil dan masuk ke dalam tempat karaoke tersebut.“Tapi ini masih pagi. Tempat ini tentu masih tutup,” gumamnya. Ia juga
Zaki seketika melihat ke arah Ganang yang menatap intens dirinya.“Tadi saya melihat bibir kamu bergerak-gerak, kamu sedang mengatakan apa?” tanya Ganang. Sontak saja Zaki membelalak kaget dengan mulut yang menganga. Pemuda itu terlihat gugup, akan tetapi langsung berubah seperti biasa. “Oh itu, saya lagi menghafal jadwal Nona muda tuan besar, karena kebetulan kan ada beberapa catatan yang ditinggalkan di kamar saya, jadi saya lagi menghafal itu. Apalagi di beberapa tanggal lumayan banyak tanggal ganjilnya, kalau nggak ingat nanti takutnya terlambat bangun pagi,” jawab Zaki sambil nyengir mencari alasan.“Oh, saya pikir kamu sedang memikirkan apa. Jangan terlalu melamun. Ingat, kamu adalah seorang ajudan dan kamu mengawal Putri saya. Jaga baik-baik Revina, jangan sampai terluka. Kamu mengerti?” Ganang memberikan peringatan kepada Zaki.“Siap, tuan besar. Saya akan selalu mengingat pesan Anda.”“Ya sudah kalau begitu,” ujar Ganang pada akhirnya sambil menyelesaikan sarapan pagi itu.
“Tingkat kecurigaanku ada pada laki-laki bernama Dodi ini. Tapi tempatnya pun sudah diperiksa, tidak ada apa-apa. Memang kalau diperlihatkan dari caranya bergerak dan memperhatikan sekitar, aku tidak yakin dia itu seorang yang tidak punya keahlian. Dan aku harus menunggu laporan dari para anak buahku yang sudah berpencar,” Satya berbicara seorang diri sambil terus memperhatikan CCTV itu.Setelah cukup lama, ia pun meninggalkan ruangannya, kemudian berjalan menuju kamar pribadinya. Para ajudan sudah mulai bergantian untuk berjaga. Semua ajudan yang menjaga siang beristirahat, gantian untuk para ajudan yang berjaga malam hari ini.Suasana tenang di rumah Dwi Toro terlihat begitu jelas. Hening tanpa suara. Penjagaan ketat begitu jelas. Beberapa ajudan mulai berkeliling di rumah utama untuk memeriksa semuanya.Salah satu ajudan itu melihat ke arah kamar Dodi dan juga Ragma yang bersebelahan. Dia berjalan mendekati pintu kamar Ragma lalu mendekatkan telinganya ke balik pintu.“Kau ngapain
“Bagaimana dia mau menikah, sedangkan Dwitoro saja hingga saat ini belum meresmikan hubungannya dengan Angela,” jawab Ganang sambil menikmati minuman yang ada di depannya itu.“Ya sudahlah kalau seperti itu. Terserah ke anak-anakmu saja ya. Maksudnya kan seperti anak-anakku yang sudah berumah tangga. Usia anak kita kan tidak terpaut jauh, hanya sekitar satu atau sampai dua tahun saja hahaha.” Taufik beranjak dari tempatnya. “Kalau gitu aku harus segera pergi, tidak bisa berlama-lama lagi di sini,” ujarnya.“Sama, aku juga,” sahut yang lainnya serempak. Ganang tersenyum dan mengantarkan mereka menuju mobil mewahnya masing-masing. Semuanya pergi meninggalkan rumah itu. Masing-masing dari mereka juga membawa ajudan pribadi.“Baiklah, aku harus segera istirahat. Pertemuan dengan sahabat-sahabat lama memang sangat menyenangkan. Tapi semua itu sudah berakhir. Besok aku harus kembali pulang, apalagi Andini sudah sampai di rumah pastinya,” Ganang berbicara seorang diri lalu menuju rumah dan
Ragma menatap serius ke arah Dodi.“Pantau pergerakan teman baru kalian, kata si Zaki. Kalian punya teman baru kan di kota ini? Perlu kamu ketahui Ragma, bahwa setiap keluarga kalangan atas pasti mereka punya mata-mata, dan mereka tidak akan pernah percaya dengan ajudan-ajudan baru. Untuk membuktikan kebenaran dan juga kejujuran, ada jawaban yang pernah kita berikan saat ditanya pertama kali oleh tuan kita.” jelas Dodi Ragma mendengarkan dengan serius, seketika ia teringat akan Mona. Pemuda itu mengangguk, menatap ke arah Dodi kembali.“Kamu mengatakan kalau kamu adalah anak pertama dan kamu memiliki keluarga di Kalimantan. Percayalah, itu akan mereka telusuri.”“Begitu ya, Mas? Terima kasih sekali sudah memberikan aku peringatan seperti ini. Tiba-tiba saja aku teringat dengan teman baru kami. Semoga dia baik-baik saja, Mas.” ujar Ragma“Ya, semoga saja. Kamu tahu, sebelum aku memutuskan untuk bisa masuk menjadi ajudan di sini, beberapa kali aku juga mencari tahu semuanya. Tuan Dwito







