Senjapun akhirnya berganti malam, sementara itu dikamar Nyai Kembangsari sendiri, terlihat sosok Nyai Kembangsari tengah memeluk dada Bintang, tubuh keduanya terlihat diselimuti oleh selimut tipis yang ada diatas peraduan itu. Keduanya terlihat sangat menikmati kebersamaan mereka, rasa lelah masih terasa disekujur tubuh keduanya setelah sejak siang tadi, keduanya tengah memadu birahi diatas peraduan yang ada dikamar Nyai Kembangsari yang entah yang keberapa kalinya menjadi saksi pergulatan birahi diantara keduanya. Begitu jelas terlihat ada sinar kebahagiaan diwajah kedua anak manusia ini. “Tok...tok....tok”. sebuah ketukan terdengar dari luar pintu kamar Nyai Kembangsari, ketukan ini tentu saja membuat perhatian Bintang dan Nyai Kembangsari berpaling kearah pintu kamar tersebut. “Biar aku yang membukanya kakang”. ucap Nyai Kembangsari lagi seraya menahan tubuh Bintang yang ingin bangkit, dan Nyai Kembangsari masih sempat-sempatnya melepaskan satu ciuman hanganyat di
Malam berjalan semakin larut, kehidupan alam terlihat begitu hening dan tenang, karena hampir sebagian mahluk penghuni muka bumi ini sudah mulai beranjak ke tempat peraduannya masing-masing untuk melepaskan rasa lelah setelah seharian bekerja. Keheningan itu pula yang saat ini terjadi di Desa Tawungsari, tempat dimana Bintang saat ini berada, hanya beberapa orang penduduk desa yang tengah meronda yang terlihat berkeliaran di jalan-jalan desa. Sementara itu ditempat kediaman Nyai Kembangsari yang megah dan indah, tepatnya didepan pintu sebuah kamar, terlihat berdiri sosok seorang pemuda berparas tampan yang tak lain adalah Bintang adanya. Entah apa yang Bintang lakukan saat itu yang hanya berdiri tanpa melakukan apa-apa ditempatnya. “Sekarang kakang boleh masuk!!”. terdengar sebuah suara halus dan lembut dari dalam kamar, dengan perasaan berdebar Bintang akhirnya membuka pintu tersebut dan segera menutupnya, sejenak Bintang mengedarkan pandangannya keseluruh isi kamar tersebut dan ;
“Kalau begitu aku akan mewujudkan impian Nyai”. ucap Bintang lagi hingga membuat Nyai Kembangsari terkejut. “Anggaplah malam ini merupakan malam pertama pernikahan kita dinda”. ucap Bintang lagi seraya menyebut Nyai Kembangsari dengan sebutan dinda. Nyai Kembangsari hanya terlihat tersenyum mendengar hal itu. Dimatanya sosok Nyai Kembangsari benar-benar sangat mempesona dirinya, hal ini pulalah yang kemudian mendorong Bintang untuk mengangkat tangannya dan membelai wajah cantik itu. Nyai Kembangsari hanya tampak memejamkan kedua matanya saat merasakan kehangatan belaian tangan Bintang pada wajahnya “Mari kita jadikan malam pertama pernikahan kita ini menjadi malam yang sangat berkesan dan takkan pernah terlupakan kakang”. ucap Nyai Kembangsari tersenyum. Bintangpun balas tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Dan kemudian Bintang kembali menundukkan wajahnya mengikuti tarikan kedua tangan Nyai Kembangsari yang saat itu telah menarik lehernya dan kembali kedua bibir itu bertemu dal
“Braakkk”. Bintang semakin dikejutkan dengan didobraknya suara pintu Nyai Kembangsari, dan ; “Ki Tayub....”. ucap Bintang mengenali sosok lelaki tua setengah baya yang terlihat masuk dengan beberapa orang pengawal rumah Nyai Kembangsari. Dan Bintang dapat melihat Ki Tayub tampak terkejut saat melihat lobang besar yang ada diatap kamar tersebut. “Kita terlambat ki....”. ucap salah satu pengawal yang masuk bersama Ki Tayub. “Ya, aku yakin ini semua adalah ulah Demang Witarna yang tidak menerima kejadian malam itu”. ucap Ki Tayub lagi terlihat menggeram kesal. “Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang ki ?”. “Kita tak mungkin bisa membebaskan Nyai Kembangsari, Demang Witarna memiliki jago-jago handal yang cukup banyak, sayang Raden Bintang tidak ada disini”. ucap Ki Tayub lagi terlihat berpikir sejenak. “Sebagian dari kalian tetap disini untuk berjaga-jaga, aku akan pergi ke hutan Rantangpuri untuk meminta bantuan Kepala Begal Sawungpati
“Serangg....!!!”. dengan satu perintah saja, maka belasan orang pengawal itu langsung menyerang kedepan dengan dahsatnya. Tapi ; “Hiyyattt......werrr....werrr.....weerr”. Bintangpun bergerak kedepan menyambut serangan para penyerangnya, jurus Tendangan Tanpa Bayanganpun segera terlihat pada serangan–serangan pertama Bintang, maka ; “Deesss...desss”. serangan Bintang yang sedemikian cepat membuat beberapa sosok pengawal Demang Witarna langsung berjatuhan ketanah, rupanya kali ini Bintang benar-benar tak memberi ampun kepada lawan-lawannya dan akibatnya sungguh mengerikan, serangan-serangan yang Bintang lancarkan membuat lawan-lawannya terkapar disana sini akibat serangan maut yang dilancarkan oleh Bintang. Dalam beberapa gebrakan saja, sudah sebagian orang dari semua pengawal Demang Witarna yang terkapar ditanah, hal ini tentu saja membuat para pengawal Demang Witarna yang lain menjadi gentar hatinya melihat kehebatan lawan yang mereka hadapi saat ini. Dan bagaimana d
“Ka....ka....kakang”. ucap Nyai Kembangsari dengan terbata-bata. “Nnn..Nyai....”. ucap Bintang pula ikut terbata-bata, Bintang tahu saat ini tidak ada yang dapat dilakukannya lagi untuk menyelamatkan nyawa Nyai Kembangsari yang sudah berada diujung tanduk. Hal inilah yang membuat deraian air mata Bintang mengalir deras tanpa terbendung. Nyai Kembangsari terlihat mengangkat tangannya dan dengan lembut diusapnya air mata tersebut dari kedua mata Bintang. “Jaa...jangan bersedih ka...kakang”. “Maa...maafkan aku Nyai, aku tidak bisa me...”. belum lagi Bintang menyelesaikan ucapannya, jari jemari Nyai Kembangsari telah menempel dibibirnya. “Ttii....tidak apa-apa ka....kang, jan....gan salahkan kakang atas semua ini.......ak...u bahagia sebelum kematianku.....aku masih dapat diberikan kee....sempatan untuk....berte...mu dengan kakang.....aakk....u baha...gia bisa mati da...lam pelu...kanmu kakang”. ucap Nyai Kembangsari lagi, dan ini semakin membuat Bi
Malam menyelimuti kepakatan malam, angin terasa berhembus kencang menyapu dataran bumi, diatas sana, rembulanpun tampak bersinar redup malam itu, tidak tampak sebuah Bintangpun yang bertaburan diangkasa sebagaimana biasanya. Sepertinya malam itu hujan akan turun. Dan tak perlu menunggu lama, segerombolan awan tebal dan hitam kelam terlihat mulai menutupi wajah sang rembulan, dan ; “Cletarrrr.....cleetarrrr”. terdengar beberapa kali suara guntur terdengar memecah kesunyian malam dan suasana yang lebih mencekam lagi lebih terasa disebuah pekuburan umum yang terdapat disebuah desa. Desa yang bernama desa Tawungsari. Malam ini malam ke-40, sejak kematian Nyai Kembangsari yang begitu membuat masyarakat Desa Tawungsari merasa amat kehilangan sosok yang begitu dermawan dan sangat ringan tangan kepada siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Untuk mengetahui tentang kematian Nyai Kembangsari baca (Prahara Cinta Nyai Kembangsari). Pemandangan yang amat mencekam dan me
Sementara itu diwaktu yang sama, tapi ditempat yang berbeda, tepatnya ditempat kediaman Nyai Kembangsari, didalam sebuah kamar, dimana terlihat sesosok tubuh yang tengah terbaring diatas pembaringan yang berada dikamar itu, terlihat disalah satu tangan sosok pemuda yang tengah berbaring itu sebuah botol arak yang tergenggam erat ditangannya. Bila melihat raut wajahnya, sosok pemuda yang sepertinya telah tenggelam dalam mabuknya itu tak lain Bintang adanya. Sejak kematian Nyai Kembangsari, Bintang benar-benar terpukul hingga Bintang hanya bisa tenggelam dalam minuman arak yang selalu setia menemaninya. Keadaan Bintang seperti sekarang ini tentu saja sangat menyedihkan bagi Ki Tayub dan Sawungpati sendiri yang dengan setia menjaga dan melayani Bintang disetiap harinya. Tapi Bintang seolah tidak perduli akan hal itu. Dan malam itu sebagaimana biasanya Bintang tertidur dalam keadaan mabuknya. “Wuuutttt”. tiba-tiba saja sebuah cahaya putih melesat masuk dari jendela kamar