Author tim bubur nggak diaduk. Nggak pakai emping dan nggak pakai kecap manis. Sambalnya satu sendok aja :)
Akira melihat wajah Giselle yang mudah sekali merona jika ada pujian, atau ketika gadis itu marah. Dirinya hanya spontan mengutarakan apa yang ada di dalam pikirannya. Hari ini Giselle begitu luar biasa cantik dengan power suit yang dia kenakan, walau demikian kesan feminin dan elegan tetap melekat kuat dalam citra perempuan tersebut.Rasa-rasanya Akira tak akan terbiasa ketika memandangi perempuan cantik yang kini semakin dekat dengannya.Meskipun Akira telah menyatakan perasaannya kemarin malam, mengatakan kalau dia siap untuk melangkah lebih jauh lagi, tapi Giselle mengatakan kalau dia masih ragu.Sekarang bola berada di tangan Giselle. Perempuan itulah yang akan menentukan ke mana mereka akan berlabuh. Walaup
Giselle tak menyangka jika Akira berani menciumnya di lift basement seperti ini!Awalnya Giselle begitu kaget sampai tak bisa berkata apapun. Tapi tak lama dia pun ikut terhanyut dalam permainan Akira hingga dia tak memikirkan waktu dan tempat.Sedetik, semenit, atau satu jam… waktu rasanya tak relevan ketika dia berada di dalam pelukan Akira.“Ah, shoot! Aku minta maaf Giselle,” Akira dengan cepat pula melonggarkan pelukannya dan menghentikan sesi spontan ciuman mereka.Akira membentangkan jarak di antara mereka, menengadahkan kepalanya sejenak dan melihat kamera
Giselle mengirimkan pesan singkat mengenai jadwal meeting mereka dengan Diraja Sudibyo. Dia berpikir jika perempuan itu akan menghubunginya lewat intercom, tapi ternyata dia harus menelan pil pahit dan merasa jika Giselle menghindarinya. Salahkan dirinya yang tak bisa mengontrol gairahnya dengan baik, sehingga dia melakukan tindakan spontan di lift tadi. Dia pun harus merelakan sejenak dan memberikan Giselle waktu serta jarak yang gadis itu butuhkan untuk berpikir ulang mengenai hubungan mereka. Apakah Giselle puas dengan hubungan tanpa status ini?Yang pasti Akira tidak akan menyukainya. Gelar partner termuda yang tersemat dalam dirinya bukanlah tanpa sebab. Akira selalu bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan kali ini, dia menginginkan Giselle untuk menjadi miliknya. Akira bisa bersabar dan mengulur waktu demi menyusun strategi dan mendapatkan tujuannya. Termasuk sekarang. Tak masalah baginya. Asalkan dia mendapatkan keinginannya. Kesabaran dan kegigihan. Itu adalah senja
Giselle dan Akira tersenyum mendengarnya. “Bagaimana dengan talent untuk promosinya?” “Saya memberikan tiga pilihan untuk Anda periksa, Pak Diraja. Tapi saya merekomendasikan aktris dan influencer Layla Narantika Kamil. Kekuatan dan social presence-nya di berbagai platform begitu tinggi dan banyak yang antusias memilihnya untuk menjadi brand ambassador produk-produk bergengsi.” jawab Giselle penuh semangat. “Sounds good, mungkin kamu bisa berhubungan dengan tim PR kita, dan cari cara untuk mendekati dan menawarkan kerja sama dengan Layla ini. Susun jadwal meeting dengan dia jika dia setuju dengan proposal ini.” Begitu perintah Diraja yang terdengar positif. Giselle merasa senang jika ide dan kerja kerasnya diapresiasi oleh pemilik proyek ini. “Oke, ada lagi yang perlu dibicarakan? Saya harus pamit karena ada meeting selanjutnya.” Diraja mengecek jam tangannya yang telah menunjukkan pukul 12.15 siang. Akira berdiri dan menjabat tangan Diraja. Mengungkapkan terima kasih dan berj
Diraja Sudibyo mengatakan pada Giselle bahwa dia akan menemuinya dalam waktu sepuluh menit lagi. Memang benar Giselle datang lebih cepat dari waktu yang ditentukan jadi Giselle pun menjawab tak masalah, just take your time. Dia tahu apa yang dilakukan untuk menghindari Akira adalah sebuah tindakan pengecut. Tapi hanya itu yang bisa Giselle pikirkan saat ini. Dia akan pulang ke rumah, lalu bertapa untuk mencari cara bagaimana mengatur hati dan pikirannya yang penuh dengan tanda tanya. Giselle saat ini berada di dalam ruangan meeting kantor Diraja. Menunggu Diraja dan juga Akira serta tim The Converge yang sudah tiba dan sedang dalam perjalanan ke atas. Ternyata yang datang terlebih dahulu adalah Akira beserta Angel dan Fany. Untung saja dia mengajak Angel dan Fany dalam pertemuan ini, agar dia memiliki buffer dan bisa menghindari konfrontasi langsung dari Akira. Benar saja, saat tatapan Akira bertubrukan dengan netra Giselle, pria itu menyeringai singkat sebelum mengubah eks
Jika suasana di dalam mobil city car Giselle tidak setegang saat ini, mungkin Giselle bisa tertawa melihat tubuh tinggi Akira yang berada di belakang kemudi mobil.Pria itu harus memundurkan kursi kemudi ke belakang sampai posisi akhir untuk mendapatkan ruang bagi kakinya yang panjang.“Ini pertama kalinya aku naik mobil mini seperti ini.” gerutu Akira dengan suara pelan.Giselle jadi keki dan membalas ucapan atasannya tersebut, “Ya makanya nggak usah naik mobil aku, seharusnya kamu balik bareng Fany dan Angel aja!” ujarnya.Akira justru terkekeh mendengar omelan Giselle dan memilih menghiraukannya.
Mata Akira menangkap setiap gerak-gerik Giselle yang makan dengan lahap dan cepat. Mungkin selain karena makan siangnya yang begitu lezat, Akira hampir yakin kalau gadis lucu ini juga ingin cepat-cepat berbicara dan menyelesaikan semua ini dengan Akira.Akira tersenyum melihat tingkah perempuan di hadapannya. Giselle bahkan mampu menyelesaikan hidangannya terlebih dahulu dibanding Akira. Ice Americano yang dia pesan kembali diseruput setelah dia menghabiskan nasi gorengnya.Setelah yakin kalau Giselle sudah bersikap sedikit melunak dan tidak terlalu defensif, barulah Akira memulai pembicaraan yang sudah Akira rencanakan sejak tadi.“Kenapa kamu menghindariku?” tembak Akira langsung.
Perasaan Giselle berkecamuk tidak karuan siang ini saat berdebat dengan Akira tentang hubungan mereka. Ucapan gamblang Akira seakan menelanjangi perasaan dan kebingungan yang melanda hati serta pikirannya. Di satu sisi, Giselle ingin sekali menerima Akira sebagai kekasihnya. Tapi di sisi rasionalnya, dia melihat begitu banyak resiko yang mungkin akan Giselle terima konsekuensinya jika dia secara publik berhubungan dengan atasannya sendiri. Cibiran dan gosip, masih bisa Giselle terima. Toh sejauh ini dia memang tak begitu peduli dengan selentingan-selentingan miring tentang dirinya. Tapi, konsekuensi nyata yang mungkin saja dia terima kelak seperti reputasi karirnya yang akan tercemar dan para pemangku kepentingan mempertanyakan kembali kompetensinya sebagai seorang konsultan senior yang profesional. Giselle menginginkan Akira, namun dia takut akan apa yang terjadi dengan karirnya kelak. Maka dari itu, dia begitu gelisah dan kalut saat Akira dengan lugas mempertanyakan inten