Universitas Esa Unggul
Marcel saat ini sedang berada diparkiran kampus. Dia sengaja menunggu Mikaela disini karena masih ingin meminta kesempatan pada wanita itu. Marcel tidak akan pernah menyerah sebelum dia menyelesaikan semuanya. Itu adalah prinsip hidupnya. Tak lama, dia melihat Mikaela keluar dari kampus dan dengan cepat dia menghampiri wanita itu.
“Mikaela!” panggilnya. Tentu saja, wanita itu terbelalak melihat kehadirannya saat ini. Tapi wanita itu malah buang muka dan terus berjalan menghindarinya.
“Maafkan aku, Mikaela! Jangan seperti ini terus! Selena akan menjadi korban.” ujarnya lagi sambil mengejar wanita itu. Tapi Mikaela masih diam tidak mengacuhkannya.
“Mikaela!” Marcel terpaksa menarik pergelangan tangan istrinya itu. Karena emosi, Mikaela langsung memutar dan memblok gerakan Marcel. Pria itu diam saja. Sebenarnya, dia bisa membalas karena serangan Mikaela bukan apa-ap
Aku akan selalu menyesali perbuatanku padamu. Tapi aku tidak mau terus hidup dalam penyesalan! Karena aku akan melakukan apapun untuk menebus kesalahanku - Marcel Arya Buana
Apartemen, Podomoro City Mikaela POV Aku sangat kesal dengan sikap ayah yang menuduhku sepihak dan seakan-akan berpikir Marcel yang selama ini sabar menghadapiku. Aku yakin 100% kalau Marcel tidak akan pernah membuka kebusukannya didepan Papa. Dia berusaha sebaik mungkin membelaku tapi tanpa menyudutkan dirinya sendiri. “Huh, licik sekali!’ tentu saja aku kesal. Sekarang aku tinggal mencari nomer apartemen Willy yang ada di lantai 25. Aku agak terkejut akan satu hal. Ternyata, saat ini kami adalah tetangga, karena kami berada di gedung yang berbeda. Aku tidak tahu apa yang ingin kulakuan saat ini, tapi yang pasti aku ingin bertemu dengan Willy. Hanya dialah yang mengerti diriku. Sesampainya didepan apartemennya, aku langsung menekan belnya. Tak butuh waktu lama menunggunya keluar dari dalam. “Cassie? Kamu sudah
UNIVERSITAS ESA UNGGUL Marcel kini berada di halaman parkiran kampus. Dia ingin masuk, tapi semua pintu masuk sudah ditutup. Tadi untuk masuk ke sini saja dia harus menyogok satpam. Bahkan dari luar terlihat tidak ada ruangan yang lampunya menyala. “Mikaela, kamu sebenarnya ada dimana? Tidak mungkin kamu disini! Apa saat ini kamu ada bersama… William?” gumam Marcel langsung tertuju pada Willy. Tapi sialnya, dia sama sekali tidak memiliki kontak Willy. “Akhh! Sial! Mikaela, apa kamu baik-baik saja saat ini? Aku sangat khawatir padamu!” Marcel merasa benar-benar khawatir akan keadaan Mikaela. Dia tentu saja merasa sangat berdosa pada wanita itu. Akhirnya, Marcel menghela napas lelah. “Mungkin kamu perlu menenangkan diriku dulu. Semoga kamu baik-baik saja Mikaela.” Marcel akhirnya memilih kembali ke apartemennya setelah berusaha mencari sang istri, ya walaupun tidak berhasil. Mans
Marcel sudah kehabisan kesabaran karena Mikaela kunjung tak mau mengacuhkannya. Dia sengaja datang lagi ke kampus untuk menemui Mikaela. Mereka harus bicara karena dia tidak mau masalah ini terus menerus menghantui mereka. “Mikaela! Akhirnya kamu keluar juga! Kita harus bicara! Kamu kemana saja dari semalam?” ujar Marcel saat melihat Mikaela sudah keluar dari ruangannya. “Kenapa kau kemari? Kita tidak punya urusan apapun untuk dibicarakan, dan saya sibuk!” Mikaela lagi-lagi menghindari dirinya. Marcel langsung menahan dan membawa Mikaela ke dalam ruang kerja wanita itu supaya tidak ada yang mendengar perdebatan mereka. “Mikaela! Papa sangat berharap kita bisa bertahan demi Selena. Kamu jangan egois seperti ini. Saya merasa bersalah padamu! Jangan memikirkan dirimu sendiri sekarang!” ujar Marcel kesal dengan tingkah Mikaela saat ini. “Cukup ya, Marcel! Aku tidak mau menjadi aksesoris berjalan untuk memperbaiki pamormu. Kau takut disebut pria brengsek?
“Mikaela! Apa yang kau lakukan disini?” suara Marcel tiba-tiba mengejutkan Mikaela. Walaupun samar, Mikaela tahu dengan jelas kalau itu adalah Marcel. Tentu saja Marcel tahu posisi wanita itu karena pelacak yang dia pasang pada handphone Mikaela. Marcel langsung terbang kesini tatkala tahu Mikaela berada ditempat seperti ini. “Marcel? Kau ngapain hik!” Mikaela malah nanya balik ketika Marcel kini sudah ada dihadapannya. “Kalian jangan jadikan ini tontonan! Bawa bajingan ini ke rumah sakit! Lagipula, luka itu sama sekali tak sepadan dengan tingkah brengsekmu. Pergilah!” ucap Marcel sambil menyerahkan banyak rupiah bernilai seratus ribu kearah pria yang kurang ajar tadi. “Hahahahahaha! Kau lucu Marcel hik! Kau bilang dia brengsek, memangnya kau disebut apa hik!” tawa Mikaela saat mendengar dan melihat cara Marcel memperlakukan pria yang sudah dia lumpuhkan tadi. “Ayo pulang!” Marcel kemudian menarik tangan Mikaela. “Gak mau!! Hik! Tolong
Beberapa hari berlalu begitu saja. Tetap saja Mikaela menghindari setiap Marcel mengajaknya berbicara. Wanita itu pergi sepagi mungkin dan pulang semalam mungkin, ya kadang gak pulang. Marcel masih memberinya waktu sebelum sidang pertama gugatan perceraian Minggu depan. Marcel tidak mau mengekangnya dulu dan membiarkannya sendiri untuk sementara waktu. Marcel saat ini berada di Perusahaannya, akhir pekan terlewat begitu saja. Biasanya, mereka bersama Selena mencari waktu untuk keluarga. Tapi sayang, Adinata melarang baik Marcel atau pun Mikaela bertemu putri mereka. Adinata takut kalau mental Selena akan rusak mengetahui kenyataan kalau kedua orang tuanya ingin berpisah. Marcel kini sedang berdiskusi dengan pengacaranya untuk membahas soal mediasi.“Pak Marcel, saat mediasi nanti pastikan bapak bersikap benar-benar menyesali segala
Mansion Djuanda Mikaela datang bersama Willy ke mansion keluarganya. Dia kemudian masuk dan ternyata ayahnya sedang bermain dengan putrinya di ruang tamu. Saat melihat ibunya, Selena langsung berlari untuk memeluk Mikaela. “Mamaaa!!” teriak gadis kecil itu. Mikaela langsung berjongkok untuk menerima pelukan putrinya. Mikaela langsung memeluk erat Selena karena sudah berminggu-minggu dia tidak bertemu putri semata wayangnya itu. “Sayang… bagaimana kabarmu? Kamu makan dengan teratur? Opah, uncle dan aunty baik sama kamu?” tanya Mikaela bertubi-tubi pada Selena. “Baik kok ma! Dicini ada kak Steve dan Tasya. Celena cenang tapi lindu cama mama.” jawab Selena dibarengi kerinduan kepada sang ibu. Lalu, perhatian gadis kecil itu teralihkan kala melihat Willy yang berdiri disitu. “Om baik!” Dia melepas pelukan Mikaela dan berlari menuju Willy. Dengan senang hati, Willy langsung memeluk
Apartemen, Podomoro City Hari pun berlalu begitu saja. Hari ini, Mikaela tengah bersiap untuk menghadiri mediasi untuk mengurus perceraiannya dengan Marcel. Dia berulang kali menatap dirinya dicermin sambil menghela napasnya dalam-dalam. Dia ingin benar-benar siap menghadapi segala kenyataan yang pahit itu. Setelah itu, dia berjalan menuju ruang makan untuk sarapan bersama Willy. “Kamu sudah siap, Cassie? Bagaimana kalau aku mengantarkanmu?” tawar Willy sambil mengoleskan selai ke roti untuk Mikaela. Mikaela hanya mengangguk sebagai jawaban. ‘Ternyata dia tidak benar-benar siap. Aku tahu Cassie, ada sesuatu yang mengganjal dihatimu saat ini. Dan aku tahu, kalau sebenarnya hatimu mulai berpaling tapi kamu berusaha menyangkalnya.’ Willy membatin sambil menatap diam-diam Mikaela yang memakan sarapannya perlahan. Melihat itu, Willy memilih bersiap dan membiarkan Mikaela sendiri dulu. Setel
Sejak pertama bertemu, rasa itu muncul tapi Mikaela tidak menyadarinya. Saat Marcel menuangkan seluruh emosinya dimalam itu, meski Mikaela membencinya namun dia dapat merasakan luka yang dirasakan oleh Marcel. Saat Marcel pergi, ada setitik kekecewaan didalam hatinya. Saat mengandung Selena, dia merasakan kerinduan akan sosok pria itu dan saat pria itu kembali, entah kenapa dia tidak ingin pria itu pergi. Dia tidak cemburu pada Michelle, tapi dia tidak mau Michelle membuat pria itu meninggalkannya lagi. Dia tidak tahu dan tidak mau tahu tentang apa yang dia rasakan saat ini. Dia senang ketika Marcel memperjuangkannya. Dia senang saat Marcel begitu menghormati dan menyayanginya. Dia bahagia saat Marcel mengerti dirinya dan tidak menuntut apapun darinya. Marcel itu pria yang baik dan dilubuk hatinya terdalam dia ingin membangun hubungan baru dengan Marcel. “Tapi tidak bisa! Tidak bisa, Mikaela! Kau tidak benar-benar mencintainya, hikss!! Dia tidak layak untuk kau cinta