Pernikahan kontrak itu disepakati berlangsung selama lima tahun. Meskipun mengetahui bahwa Steven memiliki kekasih cantik di luar sana, Vanesa tetap memilih untuk menahannya. Hingga Vanesa menemukan bahwa putra yang sudah dia anggap seperti anak kandung ternyata adalah anak Steven dengan kekasihnya. Baru pada saat itu Vanesa sadar. Ternyata pernikahan ini sejak awal adalah sebuah penipuan. Sang kekasih yang menganggap dirinya sebagai istri sah, membawa surat cerai yang disusun Steven untuk menemui Vanesa. Hari itu, Vanesa mengetahui bahwa dirinya hamil. Vanesa merasa tidak perlu mempertahankan seorang pria bajingan. Karena anak itu dari kekasih Steven, Vanesa akan mengembalikannya pada mereka. Vanesa yang sudah memutuskan cinta dan perasaan, mulai menunjukkan kemampuannya. Dia hidup mandiri, berhasil meraih kekayaan. Keluarga yang dulu menindas serta menghina dirinya merasa menyesal. Mereka bergegas datang untuk menyanjungnya. Para anak orang kaya yang dulu mengejek Vanesa, mengatakan bahwa dia naik pangkat karena mengandalkan pria, juga merasa menyesal. Mereka berlomba-lomba menawarkan cinta serta uang. Anak yang pernah dihasut oleh wanita lain juga merasa menyesal, menangis sambil memanggilnya Ibu. … Saat tengah malam, Vanesa menerima telepon dari nomor asing. Suara Steven yang mabuk berat terdengar dari ujung lain telepon, "Vanesa, kamu nggak boleh menerima lamarannya. Aku nggak menandatangani surat cerainya."
View MoreVanesa mencengkeram ponselnya erat-erat. "Aku tahu. Aku nggak percaya Felix bisa begitu kebetulan menyelamatkan Stella. Menurut yang dikatakan Dokter Alex dan yang lain, malam saat Stella menghilang, dia sedang demam tinggi. Dia jelas-jelas dibawa pergi orang lain. Mungkin justru Felix yang menyuruh orang membawa Stella pergi!"Jake merasa semua itu masuk akal. Jadi, dia menyalakan kembali mobilnya, lalu berkata, "Ayo kita pergi ke kantor polisi sekarang."Tok, tok.Kaca jendela kursi penumpang diketuk.Begitu Vanesa menoleh, dia langsung melihat Steven melalui kaca jendela mobil.Steven memberi isyarat padanya agar turun dari mobil.Setelah ragu sejenak, Vanesa menurunkan kaca jendela, lalu berkata, "Kalau ada yang ingin disampaikan, langsung katakan saja.""Ini tentang Stella," ujar Steven.Ketika mendengar itu, Vanesa terkejut."Hujan mulai turun. Bagaimana kalau kita masuk ke kafe untuk berbicara?" kata Steven.Karena ini menyangkut Stella, Vanesa tidak berani menunda.Dia membuka
Kabar baik?Setiap kali Felix menghubunginya, dia selalu memiliki tujuan yang sangat jelas.Vanesa tidak berharap apa-apa pada "kabar baik" yang dimaksud Felix.Suara Vanesa terdengar dingin, "Kalau ada yang ingin kamu katakan, langsung saja.""Bu Stella ada di tempatku," ujar Felix.Napas Vanesa tercekat. "Felix, kamu sebaiknya nggak bercanda tentang hal seperti ini.""Apa aku terlihat seperti orang yang akan bercanda tentang sesuatu yang mengancam nyawa seperti ini?" balas Felix.Felix menghela napas, lalu melanjutkan, "Sepertinya Nona Vanesa sudah salah paham padaku!"Jantung Vanesa berdetak cepat, tangannya yang memegang ponsel mengerat. "Apa Stella benar-benar ada di tempatmu?""Aku nggak perlu berbohong padamu," kata Felix.Mata Vanesa memanas, suaranya bergetar, "Dia …. Apa dia baik-baik saja?""Dia nggak akan mati untuk saat ini." Felix berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Tapi kalau dalam seminggu nggak dilakukan operasi kraniotomi, dia mungkin akan tidur selamanya.""Operasi
Namun, Rina yang sangat terpukul saat ini masih tetap terpengaruh.Dia menarik kembali tangan yang digenggam Vanesa, membalikkan badan, lalu berbaring. Dia menarik selimut, suaranya yang serak karena menangis terdengar lelah, "Vanesa, kamu pulang dulu saja."Vanesa terdiam sejenak, mengatupkan bibir, lalu menatap telapak tangannya yang kosong. Dia diam-diam menarik tangannya.Vanesa bangkit berdiri, lalu berkata dengan suara pelan, "Bibi, kalau begitu aku akan pulang dulu. Bibi harus menjaga kesehatan."Setelah berkata demikian, Vanesa berbalik untuk menatap Fandy.Fandy mendesah. "Bibimu sekarang emosinya sedang nggak stabil, jangan diambil hati."Vanesa mengangguk. "Paman Fandy, Paman juga harus menjaga kesehatan.""Pulanglah." Fandy mengangguk. "Kamu juga harus menjaga diri baik-baik."Vanesa menanggapi, lalu berbalik keluar dari kamar.Fandy memperhatikan mereka hingga masuk lift, baru kemudian menutup pintu ruang perawatan.Dalam perjalanan pulang, Vanesa terus terdiam.Jake beber
Vanesa menggenggam tangan Rina, sementara air mata membasahi pipinya.Jake berdiri di samping, menyaksikan semuanya dengan wajah serius."Ini semua salahku. Waktu itu dia mengeluh padaku nggak ingin ikut acara klinik gratis kali ini, tapi aku malah menasihatinya dengan berbagai alasan." Fandy melepaskan kacamatanya, mengusap matanya yang basah. "Kalau dia nggak mengikuti acara kali ini, hal seperti ini nggak akan terjadi ....""Haih! Ternyata Stella yang mengalami kecelakaan!"Suara Lora tiba-tiba terdengar dari pintu ruang perawatan.Beberapa orang itu langsung menoleh.Lora menyingkirkan tangan putrinya yang menarik dirinya, lalu berjalan masuk dengan angkuh.Chika merasa malu, jadi dia melepaskan tangan ibunya, lalu mundur sedikit ke luar.Ketika melihat Lora, tangisan Rina berhenti. Kemudian, dia bangkit dengan bersandar di tempat tidur, menatap tajam Lora dengan wajah dingin, lalu berujar, "Lora, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu nggak diterima di sini, pergi!"Lora, Rina, serta
Setelah tiga hari berturut-turut, operasi pencarian dan penyelamatan tidak membuahkan hasil.Tim SAR dan polisi sudah melakukan semua yang bisa mereka lakukan."Di gunung, hutan, hilir sungai, semua tempat yang bisa kami cari sudah kami cari."Di pos komando SAR, kapten tim sedang melaporkan situasi kepada Alex dengan wajah serius.Victor sudah membawa tim medis lainnya kembali ke rumah sakit sore tadi.Alex bersikeras untuk tidak menyerah pada operasi pencarian.Kapten tampak kesulitan. "Berdasarkan pengalaman kami selama bertahun-tahun, kalau orangnya nggak ditemukan di hilir, kemungkinan besar dia sudah tertimbun longsoran lumpur.""Nggak mungkin ...." Alex menggelengkan kepala, menolak menerima kesimpulan itu."Ada kemungkinan lain," kata kapten. "Orang tersebut terseret ke hilir, lalu sudah diselamatkan sebelum kami melakukan pencarian."Wajah Alex terlihat sangat muram. Dia sudah tiga hari tiga malam tidak memejamkan mata."Kalau begitu, perluas area pencarian di sepanjang hilir
Sinyal di sana memang buruk. Situasi seperti ini juga pernah terjadi sebelumnya.Namun, Vanesa merasa hatinya tidak tenang.Dia menelepon Stella lagi.Masih tidak tersambung!Kelopak mata Vanesa mulai berkedut tanpa sebab.Pada saat itu, ponselnya bergetar.Alex yang menelepon.Perasaan tidak tenang di hati Vanesa menjadi makin kuat.Seakan merasakan sesuatu, Vanesa menekan tombol jawab dengan sedikit kaku, "Dokter Alex."Di ujung lain telepon, suara Alex terdengar serak, "Terjadi sesuatu pada Bu Stella."Napas Vanesa tercekat, ponselnya langsung terjatuh ke lantai ....…Steven sedang melakukan syuting program ketika ponselnya bergetar. Ternyata Noel yang menelepon.Noel paling mengetahui jadwal Steven. Jika bukan situasi yang sangat mendesak, dia tidak akan menelepon Steven.Steven menghentikan syuting, lalu mengangkat teleponnya."Pak Steven, terjadi sesuatu pada Bu Stella!" ujar Noel.Steven terkejut, lalu bertanya dengan suara berat, "Apa yang terjadi?""Sebaiknya kamu menanyakan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments