MasukPernikahan kontrak itu disepakati berlangsung selama lima tahun. Meskipun mengetahui bahwa Steven memiliki kekasih cantik di luar sana, Vanesa tetap memilih untuk menahannya. Hingga Vanesa menemukan bahwa putra yang sudah dia anggap seperti anak kandung ternyata adalah anak Steven dengan kekasihnya. Baru pada saat itu Vanesa sadar. Ternyata pernikahan ini sejak awal adalah sebuah penipuan. Sang kekasih yang menganggap dirinya sebagai istri sah, membawa surat cerai yang disusun Steven untuk menemui Vanesa. Hari itu, Vanesa mengetahui bahwa dirinya hamil. Vanesa merasa tidak perlu mempertahankan seorang pria bajingan. Karena anak itu dari kekasih Steven, Vanesa akan mengembalikannya pada mereka. Vanesa yang sudah memutuskan cinta dan perasaan, mulai menunjukkan kemampuannya. Dia hidup mandiri, berhasil meraih kekayaan. Keluarga yang dulu menindas serta menghina dirinya merasa menyesal. Mereka bergegas datang untuk menyanjungnya. Para anak orang kaya yang dulu mengejek Vanesa, mengatakan bahwa dia naik pangkat karena mengandalkan pria, juga merasa menyesal. Mereka berlomba-lomba menawarkan cinta serta uang. Anak yang pernah dihasut oleh wanita lain juga merasa menyesal, menangis sambil memanggilnya Ibu. … Saat tengah malam, Vanesa menerima telepon dari nomor asing. Suara Steven yang mabuk berat terdengar dari ujung lain telepon, "Vanesa, kamu nggak boleh menerima lamarannya. Aku nggak menandatangani surat cerainya."
Lihat lebih banyakTiga hari kemudian.Di Penginapan Findala yang terletak di Kota Guwan, Kota Yasar.Di halaman yang ditanami berbagai tanaman hijau dan bunga, Goldan berbaring di tanah dengan lidahnya menjulur. Bella memegang kotak rias anak-anak di tangan kirinya dan bedak tabur kecil di tangan kanannya. Dia sedang merias wajah Goldan dengan sangat profesional.Alfredo duduk di kursi kayu di samping dengan kepala tertunduk sambil memainkan kubus rubiknya dengan serius.Bau nasi tercium dari dapur.Jake sedang memasak.Risa mendorong pintu kayu halaman dari luar, lalu berbalik menutup pintu dan mengunci baut kayu.Alfredo mendengar suara itu dan mendongak.Risa mendekat dan mengusap kepalanya. "Main kubus lagi?""Iya!" Alfredo menatap Risa, matanya berbinar. "Aku bisa menyelesaikan keenam sisinya paling cepat dalam tiga menit."Kubus rubik itu dibeli oleh Steven.Steven jugalah yang mengajari Alfredo bermain."Hebat!" kata Risa, "Kalau ayahmu tahu kamu sepintar ini, dia pasti akan merasa sangat senang.
Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan.Davina membantu Jerry melepaskan jasnya, lalu berbalik dan berjalan ke rak pakaian. Dia menggantungkan jas Jerry di sana dan berkata, "Kak Vanesa telah berjasa padaku, Jerry, aku nggak tega melihatmu menyiksanya habis-habisan.""Kamu nggak takut aku marah?"Suara Jerry terdengar dingin, dia menatap Davina dengan sorot datar seolah-olah mereka sama sekali tidak memiliki hubungan apa pun.Padahal, jelas-jelas Davina sedang hamil anak Jerry!"Aku takut kamu marah, tapi Jerry, aku lebih takut lagi kamu akan menyesalinya. Kak Vanesa nggak selembut kelihatannya. Dia sebenarnya sangat keras kepala. Dia nggak mau tinggal bersamamu. Kamu sudah menggunakan segala cara untuk memaksanya, jadi dia hanya akan mencari kematian untuk melarikan diri!"Davina berbalik dan menatap Jerry. "Aku mencintaimu. Sekalipun aku tahu kamu hanya menggunakanku sebagai alat penghasil anak, aku nggak menyesal. Jerry, apa yang kamu takutkan? Kamu masih punya anak ini! Ini ana
Di tengah kegelapan malam, Hummer hitam itu melaju kencang.Sayangnya, Negara Nasar adalah negara tropis.Saat mereka hendak tiba di bandara, badai dahsyat mulai terjadi.Jarak pandang menjadi buruk, wiper mobil bergerak dengan kencang.Jantung Vanesa berdetak kencang dan tubuhnya tegang.Argo terus menghiburnya.Mobil itu melaju ke bandara.Sebuah helikopter sudah siap dan sedang menunggu mereka.Argo menghentikan mobilnya dan berkata, "Tunggu sebentar. Aku akan mengambil jas hujan dan segera kembali.""Oke!"Argo keluar dari mobil dan bergegas menerobos hujan.Ada dua pilot di dalam helikopter itu.Argo bergegas kembali dengan jas hujan dan membuka pintu di samping pengemudi.Begitu pintu mobil terbuka, badai menyerbu ke dalam mobil.Vanesa sontak bergidik.Dalam kegelapan, jas hujan disampirkan padanya, menutupi tubuhnya yang tegang dan sedikit gemetar.Argo membantu memakaikan jas hujan kepada Vanesa, lalu menggendongnya dan berbalik melangkah menuju helikopter.Seorang pilot berla
Segala sesuatu di depan Vanesa gelap, dia berjalan maju sambil dipapah oleh Davina.Vanesa tidak bisa melihat apa-apa, dia menabrak berbagai benda dari lantai dua hingga lantai satu. Vanesa bahkan hampir jatuh beberapa kali. Untungnya, Davina selalu membantunya dengan sigap.Mereka sampai di pintu samping taman belakang. Davina membuka pintu dan mendorong Vanesa ke depan.Vanesa sontak tertegun dan sebelum dia bisa bereaksi, seseorang memapahnya dari belakang.Lengan kekar seorang pria menangkap tubuh Vanesa dan sebuah suara yang familier pun terdengar. "Bu Vanesa, ini aku."Argo!Vanesa sontak terkejut. "Kok kamu bisa ada di sini?""Kak Argo, Vanesa buta," kata Davina dengan cemas. "Pasti obat itu penyebabnya. Bawalah dia pergi dulu, nanti dibicarakan lagi setelah pulang.""Oke."Argo membungkuk, lalu menggendong Vanesa ala tuan putri.Di tengah kegelapan malam, Argo menatap Davina dengan mata sipitnya. "Terima kasih, jaga dirimu.""Cepatlah pergi." Davina menatap mereka sambil menang
Vanesa refleks melangkah mundur dan ingin melarikan diri, tetapi Jerry tidak memberinya kesempatan.Dua orang tentara bayaran bergegas masuk, memegang lengan Vanesa dan menahannya agar tidak bisa bergerak.Jerry secara pribadi mencekoki Vanesa dengan semangkuk makanan obat itu.Vanesa memuntahkan sebagian besar dan Jerry melempar mangkuk itu ke atas lantai.Dia mengeluarkan sapu tangan dan menyeka tangannya. "Nggak masalah kalau terbuang sia-sia, besok masih ada lagi."Vanesa balas memelototi Jerry, tetapi tidak memaki ataupun marah.Dia hanya tersenyum dingin.Namun, senyumannya itu justru memicu reaksi Jerry.Jerry memegang dagu Vanesa dan bertanya sambil menggertakkan gigi, "Kenapa kamu tersenyum?"Vanesa tidak mengatakan apa-apa.Makin dia bersikap seperti ini, makin kesal pula Jerry!"Vanesa, apa berada di dekatku membuatmu merasa jijik?""Iya." Vanesa menjawab dengan tegas.Jerry tersenyum."Nggak apa-apa, sebentar lagi kamu nggak akan berpikir begitu."Vanesa sontak bergidik.Di
Jake terdiam sesaat dan menatap Risa dengan tajam. "Kok kamu bisa tahu?""Vanesa menghubungiku secara pribadi sebelumnya."Jake sontak terkejut. "Vanesa menghubungimu atas inisiatifnya sendiri?""Iya," jawab Risa. "Dia bilang Jerry agak gila sekarang. Dia mengalami sesuatu baru-baru ini dan merasa Jerry nggak akan melepaskannya begitu saja, jadi dia membayarku untuk kembali dan membantumu melindungi kedua anaknya.""Apa maksudmu?" tanya Jake dengan cemas. "Maksudmu, Vanesa tahu dia akan berada dalam bahaya?"Risa mengangguk. "Sejak Jerry memberinya sekantong permen itu, Vanesa selalu waspada terhadapnya. Dia tahu Jerry mungkin melampiaskan kemarahan dan kebenciannya terhadap kedua anak itu karena Steven, jadi Vanesa bersedia mengambil risiko apabila komprominya dapat menjamin keselamatan kedua anaknya.""Apa maksudmu dengan mengambil risiko?" Mata Jake menjadi memerah karena cemas. "Apa sebenarnya yang akan Vanesa lakukan?""Dia punya rencananya sendiri. Sekarang yang harus kamu lakuka






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen