Sekarang mereka sudah berada di Harrods, salah satu mall elite yang sudah melegenda di London. Morin menautkan jemarinya dengan jemari Darius yang membuat pria itu berhenti berjalan dan mengernyit tidak suka melihat jemari mereka yang bertautan. Namun suara Morin terlebih dahulu menghentikan segala protes yang akan keluar dari bibir pria itu.
“Om sudah janji kemarin, jadi tidak boleh komplain” kata Morin.
“Janji apa?” kerutan di kening pria itu semakin dalam.
“Om akan jadi sugar daddyku selama kita disini” jawab Morin dengan senyum liciknya. Morin tidak pernah menyembunyikan sifat aslinya dari keluarganya. Seperti sekarang, dia tahu kalau omnya pasti sudah menyadari kalau dirinya sudah diperdaya. Jadi untuk apa dia berpura pura lagi? toh omnya sudah menyetujui permintaannya.
“Kau sudah merencanakan ini ya?” kata Darius. Sekarang matanya menatap Morin curiga. Ini adalah perkataan semua orang yang telah dimani
“Kamu!” Darius terperangah. Dia masuk jebakan gadis nakal itu lagi!“Kan janjinya hanya aku tidak akan membeli pakaian semacam itu seumur hidup, berarti aku bisa memakainya asal bukan aku yang beli” Morin memamerkan deretan gigi putihnya tanpa rasa bersalah.Yang ada di pikiran Darius saat ini adalah apakah dia boleh mengubur keponakannya ini hidup hidup? Atau menenggelamkannya di sungai thames? Dia bisa dengan mudah menyeret gadis nakal ini ke sungai thames. Atau mungkin melempar gadis ini dari atap mall ini lebih memuaskan.“Om tidak akan tega padaku” kata Morin menghentikan kesenangan Darius memikirkan apa yang bisa dia perbuat pada gadis licik di depannya ini.“Apa?” jawab Darius ketus.“Aku sudah sering melihat tatapan haus darah itu dan aku tahu om sedang membayangkan cara untuk menyiksa atau membunuhku. Lupakan itu karena om tidak akan tega” kata Morin masih dengan senyum geli
Morin sudah bangun dari jam enam, tidurnya sangat nyenyak semalam. Jam tujuh dia keluar kamarnya dan agak bingung karena tidak menemukan om tercintanya. Biasanya pria itu sudah keluar dari kamarnya dan akan berangkat jam setengah delapan. Morin mengangkat bahunya tidak peduli dan mulai bersenandung kembali. Moodnya masih sangat bagus karena kencan semalam. Paling sebentar lagi omnya keluar dari kamarnya, pikirnya. Dia mulai membuat cokelat panas untuknya dan kopi untuk omnya. Dia mulai membuat sarapan ala kadarnya ala Morin, roti panggang dan telur ceplok. Satu satunya kelemahan Morin sebagai wanita adalah dia tidak bisa memasak. Dia hanya bisa membuat makanan seadanya, mie instant, nasi goreng rasa standar, telur ceplok. Dalam kamusnya tidak ada kata bergantung pada orang lain, jadi setidaknya dia harus bisa buat telur ceplok dan masak nasi. Jadi dalam kondisi darurat, dia masih bisa makan walau hanya dengan telur ceplok dan kecap manis. Dulu dia pernah mencoba belajar membuat pisa
Darius gelisah sejak tadi pagi. Dia tidak konsen mengerjakan pekerjaannya. Di kepalanya selalu berputar wajah sedih Morin dengan mata bengkak akibat bentakannya. Akhirnya dia mengambil ponselnya dan menghubungi Diego. “Hallo Pak Darius. Ada yang bisa saya bantu?” tanya suara ceria dari ujung sana. “Diego, bagaimana cara membuat wanita memaafkan kita?” tanya Darius serius. Hening… Setelah menunggu beberapa saat yang tidak ada suara, Darius melihat ponselnya untuk mengecek apakah sambungannya terputus? tapi ternyata tidak. Dan diseberang telepon sana, Diego juga sedang melihat nama di ponselnya ‘Darius Hartadi’ dan berpikir apakah ada Darius Hartadi lain yang dia kenal? Karena yang dia kenal dekat itu tidak akan bertanya hal seperti tadi! “Diego?” panggil Darius lagi. “I-iya. Ini Darius Hartadi yang mana ya?” tanya Diego yang membuat alis Darius berkerut. “Kau tahu aku tidak suka bercanda Diego” sahut Darius kesal. Dia pikir Diego sedang mengajaknya bercanda. “Aku serius. Dari
Darius melanjutkan pekerjaannya kembali setelah mendapatkan pencerahan dari Diego. Sekarang perasaannya sudah tenang sehingga dia bisa bekerja dengan baik.Tidak lama James, salah satu asistennya datang untuk mengantar dokumen yang harus dia tanda tangani.“Apa saja jadwal saya setelah ini?” tanya Darius lagi karena sejak pagi dia kurang fokus. James sedikit terkejut karena biasanya bosnya tidak akan lupa jadwal karena dia sudah menginformasikan hal itu tadi pagi.“Jam tiga ada pertemuan dengan Emerald Co untuk membahas gedung yang akan mereka bangun. Jam empat sampai jam lima nanti ada meeting internal” jawab James. Darius tampak berpikir sebentar, lalu dia berkata.“Pesan buket bunga mawar ungu dari tempat biasa dan cokelat dari Berry n Co, praline strawberry mix dengan kotak berwarna ungu dan pita merah. Pastikan kedua barang itu sampai disini jam lima” kata Darius dengan suara datanya. Otak Darius yang memang sangat
Mereka sampai di restoran itu satu jam kemudian. Morin menyelipkan tangannya di lengan Darius saat mereka masuk ke restoran itu. Sepertinya Darius sudah terbiasa dengan hal itu hingga tidak pernah protes lagi pada Morin. Namun tanpa dia sadari, dia menjadi pusat perhatian disana. Banyak rekan bisnisnya yang juga sedang makan disana.Mereka terkejut saat melihat Darius Hartadi yang kata orang orang adalah gay dan tidak pernah dekat dengan wanita, sekarang sedang bergandengan tangan dengan seorang gadis belia bersurai ungu. Mereka lebih tampak seperti ayah dan anak daripada pasangan kekasih.Sebenarnya gosip sudah menyebar luas, Darius Hartadi yang ternyata normal dan sekarang memiliki sugar baby seorang gadis asia bersurai ungu. Namun banyak orang yang tidak mempercayai hal itu, karena selama ini juga sudah banyak gosip pria itu dekat dengan wanita, namun tidak ada yang bisa dibuktikan kebenarannya hingga yang kali ini. Mereka melihat sendiri pria itu memban
“Se-seperti a-apa?” Morin tidak pernah setakut ini pada omnya, sebuah perasaan tidak aman akan keselamatan dirinya. Otaknya mulai berpikir untuk melarikan diri dari situasi ini. Tapi bagaimana caranya jika omnya saja sekarang mengurung dirinya dengan tubuhnya? Dan dia juga tidak tega memukul omnya dengan ilmu bela dirinya.Sebuah ide akibat kepepet muncul.“Saat kau me..” kalimat Darius berhenti saat dia merasakan tangan Morin mengelus dadanya dan perlahan turun ke perut, sekarang tangan itu berada di kancing celananya. Hal itu membuat Darius langsung mundur dan menatap Morin dengan syok.“Apa yang kau..” belum selesai perkataan Darius, Morin sudah melesat keluar dari ruangan itu, berlari sekuat tenaga menuju kamarnya. Dia membanting pintu kamarnya dan langsung menguncinya.Morin bahkan sekarang berpikir barang apa yang bisa dia gunakan untuk menahan pintu itu jika omnya berniat membuka pintunya menggunakan
“Kamu memang tidak pernah salah memilih orang, bahkan untuk seorang kekasih” kata Angelina tersenyum sambil melihat Morin yang sedang masuk ke dalam aula. “Terima kasih” jawab Darius datar. Dia tidak mungkin menjelaskan hubungan antara dirinya dan Morin yang sebenarnya. “Gadis itu akan bisa menaklukan dunia jika kau menikahinya” kata Angelina lagi. “Seperti dirimu?” Darius tersenyum miring. “Mungkin lebih. Aku masih harus merangkak dari bawah dan terus mencoba peruntunganku. Sedangkan dirinya, dia lahir dengan sendok emas. Dan dengan dirimu yang membimbing di sisinya, dia tidak akan salah melangkah” jawab Angelina. Dan jawaban itu membuat Darius menegang. Bagaimana Angelina bisa mengetahui latar belakang Morin? “Sekali lihat saja saya sudah bisa mengetahui kualitas dirinya. Dia membawa kepercayaan diri dan sikap sempurna yang hanya dimiliki gadis kelas atas” kata Angelina saat menyadari perubahan ekspresi Darius. “Saya permisi sebentar
“Kamu yakin mau menjadi asisten Angelina Piter?” tanya Darius. Itu adalah kalimat pertama yang dikatakan Darius setelah dia melajukan mobilnya meninggalkan gedung pertemuan tadi. “Iya. mengapa om menanyakan sampai berkali kali? Om tidak perlu khawatir. Aku tidak akan menyusahkan tante Angelina” jawab Morin. Sekarang dia memanggil wanita itu dengan sebutan tante, karena Angelina sudah meminta dia memanggil dengan namanya dan dia menganggap kalau wanita itu tidak menginginkan hubungan yang terlalu formal. “Dia yang akan menyusahkanmu. Angelina adalah orang yang perfeksionis” kata Darius lagi. Dia khawatir Morin akan dimarahi oleh Angelina jika membuat kesalahan sekecil apapun itu. “Lebih menyusahkan daripada om?” tanya Morin sambil menoleh pada Darius. “Aku tidak menyusahkan asistenku” jawab Darius melirik Morin sebentar lalu matanya kembali melihat jalan di depannya. Asistennya sudah terbiasa dengan cara kerjanya, dan mereka jarang membuat kesala