“Hei, bocah! Apa kau mendengarku?”Hening. Saat Halbert mencoba untuk memanggilnya, Noah sama sekali tidak menjawab. “Ada seseorang?” Tapi setelah berlangsung cukup lama, akhirnya Noah mulai sadar akan keberadaan Halbert secara samar-samar. Kelihatannya tidak ada gunanya berbicara pada orang yang tidak bisa mendengar apalagi melihat untuk saat ini. Halbert mendesah lelah, lantas beralih pada raja yang sudah kehilangan akal di sini. “Raja sudah tamat. Aku harus bagaimana ini? Apakah peperangan ini sengaja dilakukan untuknya bersenang-senang?” pikir Halbert. Tapi setelah dipikir lagi, itu kurang masuk akal. Halbert merasa bahwa tujuan Gaston di baik tindakan besarnya ini pun sama besarnya. Tapi apa? Apa itu? Halbert tidak bisa menduga sembarangan. “Tumbal. Hanya kata ini yang bisa aku pikirkan. Aku merasa aneh dengan kata yang digunakan oleh mereka. Untuk apa?”Di samping kedua belah pihak sama merugi, keberadaan Gaston seolah sejak awal memang tidak ada di sini. Pria itu menghilan
Untuk apa Gaston tertawa? Sepertinya ia terlalu percaya diri. Karena orang yang ingin dibunuhnya justru masih selamat sentosa. Meski sempat terbakar punggungnya, Noah masih terbilang sehat. Ia bahkan memiliki kemampuan pemulihan yang cukup agar tidak terjadi pendarahan berlebih. Sayang sekali bagi lelaki itu. Tergetnya ternyata tidak benar-benar sudah mati. Bersama bangsawan, Noah diselamatkan oleh Halbert dengan nekat melompat dari jendela dan begitu sigapnya ia berlari menjauh dari sana. “Sepertinya aku hampir hangus. Ternyata ini alasanmu menggendong diriku ya? Aku tentu sangat berterima kasih padamu Tuan Pembunuh.” Noah berucap. Bangsawan di sebelahnya mengangguk dengan cepat. “Bukan urusanku.” Halbert begitu mudah lepas tangan, ia segera meninggalkan mereka yang ada di kandang kuda. Meski bangsawan itu terpaksa, karena memang tidak ada pilihan lain. Terdengar suara ringikan kuda, Noah yang perlahan mendengar suara itu secara samar lantas bertanya pada Halbert, “Tuan, apa ka
Malam pada rembulan mulai membulat di bagian timur. Sedikit kabut berawan menutupinya, tanda akan menjelang tengah malam. Saat itu, Halbert telah berada di posisinya, ia berniat mengincar satu dari mereka. “Karena kau tak muncul, maka seharusnya kau mulai tahu peringatan ini untuk siapa.” Selagi ia menggumam lirih, Halbert perlahan mengendap-endap tuk mengikuti langkah Penyihir api itu. Setidaknya seperti sebelumnya, semua anggota Pedang Raja benar-benar tidak diremehkan oleh Halbert Stanley. Sebagai kesatria, kaki dan tangan Yang Mulia Raja Eadric, Halbert adalah orang yang memperhitungkan segalanya. Namun jika ia mengedepankan emosi, maka semua logika akan hancur seolah tak berguna. Ini adalah kelemahan Halbert yang paling jelas. Korban pertama, kalah Richardson. Seorang Ahli Pemanah dan cukup ahli sebagai Ahli Pedang, ia yang selalu menjaga barisan belakang, tentunya tidak bisa dilawan terang-terangan. Jarak jauh dan jarak dekat, meski tidak maksimal, Richardson tetap sang
“Kenapa? Anda masih hidup?”Pertanyaan yang sama seperti saat berhadapan dengan Richardson. Kali ini Farel Branson juga mengatakannya, namun ia juga menganggap Halbert sebagai hantu sebab dirinya memilih untuk menyangkal keberadaannya.“Jawablah, di mana Gaston?”“Tidak tahu! Aku sudah bilang bahwa aku tidak tahu!”Di dalam lingkaran api yang kian merajalela, keduanya masih berbincang, atau lebih tepatnya Halbert yang mendesak Farel berbicara tentang sesuatu.“Aku sudah bilang, bahwa aku tidak tahu. Apa kau masih tidak mengerti juga?”“Maaf, ya. Aku bertanya terlalu keras. Baiklah jika kau tidak tahu.”Untuk sesaat Farel merasa senang, mungkin ia mengira bahwa lelaki yang ada di hadapannya saat ini akan melepaskannya begitu tahu bahwa ia tidak tahu apa-apa.“Tapi!” teriak Halbert serayw mengacungkan pedang ke arahnya. “Jawab pertanyaanku, apa peperangan ini karena ulah kalian?!”Farel bergidik merinding. Nampaknya ia kesulitan menjawab sebab jawaban itu tentu pasti ada di tangannya.
Matahari telah meninggi hingga ke atas kepala, teriknya yang panas mengengat tubuh mati miliknya. Kesendirian yang membuat ia semakin jenuh, namun langkahnya tetap tak bisa berhenti bila merasa urusan itu belumlah selesai. Setidaknya uruslah sebagian kecil urusan itu sebelum masuk neraka atau surga, kelak kedamaian hati 'kan menanti jiwanya tenang.Saat itu, tiba-tiba saja Halbert ambruk saat hendak mengejar seorang wanita yang merupakan targetnya juga. Sebab setengah tubuhnya terbakar, entah seberapa besar dampak yang pasti. Namun ini bisa jadi adalah kelemahan undead. Jika kebanyakan undead tak berakal hanya bisa merangkak setelah dibakar, maka ini adalah keajaiban karena Halbert masih memiliki akalnya dan itu membuatnya bisa berlari cepat.“Salamander, aku tertidur sampai kapan?”“Kau tertidur sampai satu hari satu malam. Yah, hampir mendekati dua harian, karena sekarang sudah siang.”“Oh, begitu.”“Apa kau tidak apa, bocah? Begitu terbangun kau langsung berlari.”“Aku tidak meras
Kejadian ini bermula, saat setelah Halbert meninggalkan wilayah kerajaan demi mengejar asas balas dendamnya terhadap Anggota Pedang Raja. Saat itu, Raja tak merasa ada keberadaan orang lain selain Halbert yang barusan pergi ataupun dirinya sendiri yang ada di dalam kamar itu. Namun dalam sekejap, orang itu langsung muncul di belakang sang raja serta menodongkan senjata bilah pedang tersebut tanpa ragu sedikitpun. Entah apa yang mereka bicarakan saat hanya berduaan saja. Ditambah lagi, keesokan harinya, Komandan Earl dan semua prajuritnya baru saja terbangun. Setelah merasakan adanya kejanggalan, ia pun merasa bahwa ini ulah seseorang yang ia kenal dengan baik. Akan tetapi, masa perang yang seakan tak menentu ini membuat semua orang lengah. Yang sebelumnya dikira perang telah berakhir, tapi ternyata belum sama sekali. Sekumpulan undead bersenjata bangkit dari area gudang makanan, berdekatan dengan barak militer bagian belakang. Hampir sebagian prajurit yang barusan terbangun itu la
Hari itu adalah hari yang terasa begitu panjang. Namun sebenarnya hanya berlalu sekitar 2-3 hari saja. Peperangan ini ada, karena bermula suatu insiden kecil dari hilangnya seorang wanita yang kemudian berlanjut anak-anak. Tidak lama insiden itu menjadi besar, dari yang sebelumnya penculikan berubah menjadi insiden pembunuhan. Hal tersebut memicu amarah para penduduk yang bertempat tinggal di wilayah awal sana, yang berpikir bahwa kejadian-kejadian tersebut terjadi karena kerajaan tetangga. Orang yang memprovokasi mereka adalah Richardson—salah satu anggota Pedang Raja. Lalu, tiba-tiba kerajaan Lidah Buaya, dikenal dengan raja yang cinta damai justru mendeklarasikan perang terhadap musuh yang sama. Sedari awal Halbert mengetahuinya, bahwa itu semua mustahil terjadi. Karena ia tahu betul sifat Yang Mulia Raja. Namun pemicu hingga berakhirnya perang tak terelakkan. Sulit menghindarinya dan juga sulit menekan peperangan itu sendiri. Bahkan Komandan Earl menjadi lengah, ia sepenuhny
Setelah menghabiskan banyak waktu untuk mencari keberadaannya, Gaston Bruke justru muncul di tempat tak terduga. Alih-alih mengancam nyawa Yang Mulia Raja Eadric, namun Halbert merasa bahwa tujuannya adalah dirinya sendiri. Seolah Raja hanya umpan, dan Halbert yang kembali berhadapan sudah berada dalam tangkapannya. “Sihir itu, teleportasi? Yah, itu wajar. Di memiliki sihir gelap sekarang. Sementara sihir semacam itu adalah sihir yang memotong ruang dan waktu, sihir terlarang.”Dalam perjalanan, pergi dari wilayah kota kerajaan, Halbert kembali menyamar dengan mengenakan pakaian desa yang kebetulan tergantung di sudut kotak dalam gang kecil di dekat sana. Entah milik siapa namun mungkin pakaian itu baru saja dibuang. Dengan pakaian semacam ini, Halbert takkan mudah dicurigai. Membaur di antara penduduk desa adalah perkara mudah guna menyelesaikan urusannya. “Karena dia punya sihir semacam itu, berarti mudah baginya untuk berpindah tempat dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Inila