Home / Thriller / Langkah Dewi : Warisan Rahasia / Bab 58 – Penjara Data

Share

Bab 58 – Penjara Data

Author: T.Y.LOVIRA
last update Last Updated: 2025-10-27 07:43:37

“Turunkan dia ke bawah.”

Perintah Mediator terdengar dingin, dan sebelum Dewi sempat melawan, lantai di bawah kakinya terbuka. Udara hisap kembali menyeret tubuhnya. Ia berteriak, mencoba meraih pegangan, tapi kali ini tidak ada panel darurat. Tubuhnya jatuh bebas ke dalam kegelapan.

Benturan keras menghantam punggungnya. Ia terguling, nafasnya terhenti sesaat. Saat matanya terbuka, yang dilihatnya adalah barisan layar kaca menyala biru, membentuk lorong panjang tak berujung. Suhu ruang itu dingin menusuk tulang, berbau logam dan ozon terbakar.

Dewi berusaha bangkit. Langkahnya goyah, tapi pandangannya fokus pada layar-layar itu. Semuanya menampilkan wajah orang-orang: aktivis, pejabat kecil, jurnalis—mereka yang menghilang misterius bertahun-tahun.

“Ini… bukan mungkin,” bisik Dewi.

Suara lirih tiba-tiba terdengar dari salah satu layar. “Tolong… siapapun… keluarkan aku…” Wajah seorang pria paruh baya menatapnya, matanya penuh ketakutan.

Dewi mendekat, menempelkan tangannya pada
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   Bab 59 – Delta-Negara

    Cahaya biru Delta-33 berubah menjadi keemasan. Kapsul itu bergetar pelan, seperti sedang membuka lapisan memori yang selama ini dikunci sejarah. Dewi menatapnya lekat—di antara riuh alarm dan suara Mediator yang bergaung, ia menyadari: apapun yang terkandung di dalamnya bukan hanya data… tapi kebenaran yang disembunyikan dari seluruh dunia.Ia menekan tombol akses.Sekejap, udara di ruang bawah tanah itu berhenti bergerak.Layar-layar di sekelilingnya hidup bersamaan. Gambar-gambar beralih cepat: dokumen kontrak migas, surat diplomatik, laporan intelijen, hingga… rekaman khutbah.Suara seorang ulama tua menggema, serak tapi berwibawa:“Ma‘âsyiral Muslimîn rahimakumullâh… Dalam dinamika hubungan internasional modern, pendidikan sering dijadikan instrumen diplomasi…”Dewi menatap layar itu. Logo resmi Kemenag dan lambang Kedutaan AS muncul bersamaan.Ia membisiki dirinya sendiri, “Mereka bahkan menjadikan agama sebagai alat ekspor ideologi.”Rekaman berlanjut:“…Program beasiswa, pelati

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   Bab 58 – Penjara Data

    “Turunkan dia ke bawah.” Perintah Mediator terdengar dingin, dan sebelum Dewi sempat melawan, lantai di bawah kakinya terbuka. Udara hisap kembali menyeret tubuhnya. Ia berteriak, mencoba meraih pegangan, tapi kali ini tidak ada panel darurat. Tubuhnya jatuh bebas ke dalam kegelapan. Benturan keras menghantam punggungnya. Ia terguling, nafasnya terhenti sesaat. Saat matanya terbuka, yang dilihatnya adalah barisan layar kaca menyala biru, membentuk lorong panjang tak berujung. Suhu ruang itu dingin menusuk tulang, berbau logam dan ozon terbakar. Dewi berusaha bangkit. Langkahnya goyah, tapi pandangannya fokus pada layar-layar itu. Semuanya menampilkan wajah orang-orang: aktivis, pejabat kecil, jurnalis—mereka yang menghilang misterius bertahun-tahun. “Ini… bukan mungkin,” bisik Dewi. Suara lirih tiba-tiba terdengar dari salah satu layar. “Tolong… siapapun… keluarkan aku…” Wajah seorang pria paruh baya menatapnya, matanya penuh ketakutan. Dewi mendekat, menempelkan tangannya pada

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   Bab 57 – Wajah Lama

    “Sudah lama aku menunggu momen ini, Dewi.” Suara pria itu dalam, penuh wibawa yang dulu sering terdengar di televisi saat ia masih menjabat. Sosoknya berjas abu-abu dengan dasi merah, rambutnya sudah memutih tapi sorot matanya tetap tajam, licin seperti ular. Dewi menggertakkan gigi. “Kau… Menteri Mulyono.” Ruangan sunyi seketika, lalu beberapa eksekutif tersenyum kecil, seolah menyaksikan reuni yang menarik. Mulyono mencondongkan tubuh, jarinya menyentuh meja marmer. “Ayahmu pernah duduk di kursi ini bersamaku. Dia bilang ingin menyusup, ingin mengungkap jaringan. Tapi katakan padaku, Dewi… bukankah kenyataan lebih sederhana? Dia menandatangani kontrak, dan kita semua makmur karenanya.” Dewi merasa darahnya mendidih. “Makmur untuk siapa? Rakyat? Petani di kampungku yang tanahnya digusur tambang? Atau anak-anak yang harus putus sekolah karena harga sembako naik?” Tawa rendah menggema. Seorang eksekutif asing menambahkan, “Itu harga kecil untuk modernisasi. Mereka lapar, tapi neg

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   Bab 56 – Ruang Sunyi

    “Dengarkan baik-baik. UU ini bukan tentang rakyat. UU ini tentang kelangsungan kerajaan kita.” Suara berat itu menggema di ruang konferensi bawah tanah. Puluhan pria berjas dan wanita bergaun mahal duduk melingkar, wajah mereka samar tertutup bayangan lampu kristal. Di meja panjang berlapis marmer hitam, dokumen-dokumen berstempel negara berkembang berserakan, bersama grafik migas, peta tambang, dan kontrak utang. Dewi berdiri di balik dinding kaca satu arah, napasnya nyaris tak terdengar. Mikrofon mikro-sensor di telinganya merekam setiap kata. Di layar kecil di tangannya, wajah Damar muncul dari markas persembunyian. “Kau yakin aman?” bisik Damar. “Kalau mereka tahu kau di situ—” “Sudah terlambat untuk mundur,” potong Dewi pelan. Matanya tak berkedip, menatap para penguasa itu. “Kita akhirnya lihat wajah asli dalangnya.” Seorang pria berkacamata emas—CEO PetroCore—mengangkat dokumen. “Indonesia akan segera meloloskan UU migas ini. Pasal 33 mereka? Kertas usang. Dengan UU b

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   Bab 55 – “Titian Terakhir”

    Malam itu menyeret bayangan panjang ke wajah Dewi. Ia berdiri di tepi jurang yang tak hanya mengancam nyawanya, tapi juga masa depan bangsa yang telah ia perjuangkan sejak lama. Suara deru angin menyapu sepi, seolah memberikan isyarat bahwa perjalanan panjang mereka sudah sampai pada titik kritis. “Ini bukan tentang siapa yang akan menang atau kalah,” bisik Dewi pada dirinya sendiri, “Ini soal menegakkan keadilan meskipun dunia berusaha membungkamnya.” Setiap langkahnya kini penuh kehati-hatian, namun tekadnya tetap membara seperti api yang enggan padam. Damar dan Rani berdiri di sampingnya, mata mereka tajam menatap ke depan, siap menghadapi apa pun yang menghadang. “Kita sudah melewati begitu banyak pengkhianatan dan jebakan,” kata Damar, “Tapi kali ini, kita harus benar-benar bersiap menghadapi gelombang terakhir.” Rani mengangguk, “Tidak ada ruang untuk kesalahan. Semua yang kita perjuangkan ada di ujung benang ini.” Tiba-tiba, suara notifikasi masuk di ponsel Dewi. Pesan itu

  • Langkah Dewi : Warisan Rahasia   Bab 54-bayang Pengkhianatan

    “Jangan pernah percaya sepenuhnya pada siapa pun, bahkan pada bayanganmu sendiri.” Dewi mengucapkan kalimat itu dengan suara berat, seolah ungkapan itu menjadi mantra untuk mengendalikan kegelisahan yang mengoyak hatinya. Lampu ruang komando berpendar merah, memperlihatkan wajah-wajah lelah namun penuh tekad di sekelilingnya. Bunyi alarm yang baru saja padam menyisakan getaran tegang di udara, menandakan bahwa bahaya masih mengintai dari segala arah. Di sudut ruangan, Rizal mengutak-atik perangkat hologram, mencoba mengekstrak data dari dokumen yang belum mereka selesaikan. Wajahnya menegang, matanya terpaku pada grafik kompleks yang berputar di depan layar. “Ini bukan hanya soal pengkhianatan kecil atau kesalahan operasional,” katanya pelan, “ini perang skala besar—serangan yang datang dari dalam dan luar, semua terkoordinasi dengan rapi.” Damar berjalan mondar-mandir, suaranya serak namun penuh urgensi. “Kalau ada pengkhianat, kita tidak bisa membiarkannya berjalan begitu saja. K

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status