author-banner
T.Y.LOVIRA
T.Y.LOVIRA
Author

Novels by T.Y.LOVIRA

Warisan Terlarang: Kontrak Darah 90 Hari

Warisan Terlarang: Kontrak Darah 90 Hari

Warisan Terlarang: Kontrak Darah 90 Hari   Naira hanya ingin bertahan hidup. Tapi ketika tawaran 90 hari itu datang, ia tak tahu bahwa yang ia jual bukan sekadar waktunya — melainkan dirinya.   Revan Malik, pria misterius dengan kerajaan yang dibangun dari darah dan rahasia, membeli kontrak hidupnya. Namun di balik pintu penthouse mewah, Naira menemukan warisan yang jauh lebih tua dari uang, hutang, dan dosa: ia adalah simpul terakhir dari para penjaga gerbang dunia bawah.   Setiap malam, suara-suara memanggil. Bayangan orang-orang yang ia cintai datang dengan wajah yang bukan milik mereka. Dan keris berkarat warisan kakeknya… mulai hidup.   90 hari untuk membayar. 90 hari untuk memilih. Apakah Naira akan menutup gerbang… atau membuka semua jalan menuju neraka?
Read
Chapter: Bab 200 – “Akhir dari Dua Dunia”
“Kadang akhir bukanlah penutupan—melainkan pintu yang akhirnya memilih untuk tetap terbuka.” Cahaya emas yang memancar dari dalam ruang kebenaran hampir membutakan segalanya. Naira mengangkat tangan, menahan silau yang terasa menusuk sampai tulang. Ketika cahaya itu mereda— sosok Lira berdiri di tengah lingkaran batu. Tapi bukan Lira yang Naira kenal. Rambutnya tersapu angin yang tak ada, melambai seperti serpihan cahaya. Urat-urat emas berpendar lembut di sepanjang kulitnya, dan matanya… matanya bukan lagi mata manusia biasa. Itu adalah mata seseorang yang telah melihat segala kebenaran dunia. Naira nyaris tidak bernafas. “Lira…?” Sosok di hadapannya tidak berkedip. Tidak bergerak. Tidak tersenyum. “Halo… Naira.” Suaranya lembut—tapi terlalu jernih, terlalu tenang, seolah ia berbicara dari dua dunia sekaligus. Bayangan Naira berdiri di sisi kanan, memandangi Lira baru dengan tatapan campuran kagum dan resah. “Well,” gumam nya rendah, “dia memilih menjadi bukan kau,
Last Updated: 2025-11-24
Chapter: Bab 199 – “Kebenaran yang Tidak Bisa Ditutup Kembali”
“Kebenaran bukanlah cahaya. Ia adalah pisau: ia menyinari sambil membelah.” Saat gempa itu mengguncang udara, Naira menempelkan telapak tangannya pada pintu batu yang baru saja menelan Lira. Dinginnya bukan dingin biasa—dingin itu seperti menusuk sampai tulang, seperti ingin menandai dirinya. “Lira…” bisiknya, nyaris tidak terdengar. Bayangan Naira berdiri beberapa langkah di belakang, memperhatikan dengan sorot mata penuh rasa puas bercampur ancaman. “Kau tahu,” katanya pelan, “begitu dia masuk, ruang itu akan memotong setiap lapisan realitas. Tidak ada rahasia yang bisa disembunyikan.” Naira menoleh cepat. “Kalau kau tahu apa yang ada di balik pintu itu, kenapa kau biarkan dia masuk?” Bayangannya tersenyum tipis. “Kau benar-benar lupa siapa aku.” Ia mendekat, suaranya berubah menjadi bisikan yang merayap. “Aku bukan penjaga. Aku bukan saksi. Aku adalah kau… tanpa rasa kasihan.” Naira mencengkeram keris, siap menyerang. Tapi tiba-tiba— PINTU BERGETAR. Retakan emas menye
Last Updated: 2025-11-24
Chapter: Bab 198 – “Ketika Dunia Mendengar Jawabannya”
“Jawaban paling sunyi bisa mengguncang dunia lebih keras daripada teriakan.” Kata itu—kata yang Lira pilih—tidak pernah benar-benar terdengar oleh telinga manusia. Tapi dunia mendengarnya. Dan dunia bereaksi. Dalam sekejap, hutan tinta mati yang tadinya membeku langsung meledak dalam badai tinta. Pohon-pohon hitam melengkung ke belakang, seolah ditiup angin dari mimpi buruk. Tanah bergetar seperti ada makhluk raksasa bangun di bawah sana. Naira mencengkeram lengan Lira, menariknya mundur dari semburan tinta yang tiba-tiba menyambar dari segala arah. “LIRA! Apa yang kau katakan barusan!?” Lira terengah, tubuhnya melemah. “Aku… aku tidak tahu. Aku… hanya mengatakannya dengan hati.” Naira Gelap tertawa keras—tawa yang terdengar seperti kaca pecah. “Kalau begitu… dunia sudah memilih.” Naira menatap langit, berharap ia salah. Tapi huruf merah yang semula mencoba menulis: ”Naira Gel—” Kini terpecah. Benar-benar terpecah. Huruf-huruf itu berjatuhan seperti pecahan cermin, l
Last Updated: 2025-11-24
Chapter: Bab 197 – “Pilihan yang Tidak Bisa Ditarik Kembali”
“Sebuah pilihan tidak menunggu kesiapan. Ia menagih konsekuensinya, bahkan sebelum kita sempat memahami apa yang kita lakukan.” Kata itu keluar dari mulut Lira begitu pelan, begitu patah, hingga Naira nyaris tidak mendengarnya. Namun dunia mendengar. Seluruh hutan tinta mati mendengarnya. Tanah langsung bergemuruh, seperti ratusan makhluk di bawah permukaan bangun bersamaan. Pohon-pohon tinta bersandar ke arah Lira—bukan jatuh, tapi membungkuk, seperti menyambut penguasa baru. Naira membeku. “Lira… apa yang kau katakan barusan?” Lira memegang dadanya, wajahnya bingung dan ketakutan. “Aku… aku tidak tahu. Kata itu keluar begitu saja…” Naira Gelap tersenyum lebar, senyum yang mengiris udara. “Karena dunia hanya butuh kehendak. Dan kehendakmu adalah undangan.” Naira menghunus keris, menyingkirkan tinta yang mulai merayap ke kaki Lira. “Jangan sentuh dia lagi!” bentaknya. Bayangan itu mengangkat tangan seolah tak peduli pada ancaman. “Dia tidak menolak. Itu sudah cukup unt
Last Updated: 2025-11-24
Chapter: Bab 196 – “Rahasia yang Tidak Boleh Diketahui”
“Beberapa kebenaran tidak membebaskan. Ia menghancurkan, lalu memaksa manusia memilih serpihan mana yang ingin ia simpan.” Hutan tinta mati terasa lebih sunyi daripada kuburan. Setiap pohon seakan mencondongkan tubuhnya, menunggu kata pertama dari pertarungan dua Naira. Aroma besi dan tinta menguasai udara, bercampur dengan ketegangan yang menekan dada. Naira memegang kerisnya erat, tapi jarinya bergetar halus—gerakan yang nyaris tidak terlihat, kecuali bagi orang yang mengenalnya. Lira menyadarinya. “Naira… apa pun yang dia katakan, jangan—” “Diam,” Naira memotong cepat. Ia tidak bermaksud membentak. Tapi suaranya mengandung ketakutan yang nyata. Bayangannya—Naira Gelap—mengamati dengan mata berkilat puas. “Lihat? Satu kalimat dariku saja sudah membuat tanganmu gemetar. Kau tahu kenapa?” Ia mendekat beberapa langkah, gerak tubuhnya lentur namun berbahaya. Naira mencoba meraih kendali dirinya. “Karena kau berbohong. Kau hanya ingin membuatku goyah sebelum bertarung.” Na
Last Updated: 2025-11-24
Chapter: Bab 195 – “Bayangan yang Ingin Hidup”
“Bayangan menjadi berbahaya ketika ia mulai percaya bahwa ia adalah yang asli.” Begitu kaki Naira dan Lira menjejak hutan tinta mati, dunia terasa berubah seketika—seperti masuk ke perut makhluk raksasa yang sedang tidur. Aroma logam bercampur tinta kental memenuhi udara. Pohon-pohon hitam menjulang seperti tulang patah, dan tanah berdenyut pelan, seolah punya nadi sendiri. Lira tersentak saat pijakannya menekan sesuatu yang licin. Ia menunduk. Tinta hitam. “Naira… tempat ini seperti—seperti dunia yang membusuk.” Naira memeriksa keris leluhur di tangannya. Cahaya putihnya meredup, tercekik oleh pekatnya kegelapan. “Ini bukan dunia yang membusuk…” Ia menatap sekeliling tajam. “Ini dunia yang menunggu untuk hidup kembali.” Dan sesuatu yang menunggu hidup kembali biasanya memiliki kehendaknya sendiri. Termasuk bayangannya. Angin bertiup dari arah timur, membawa suara lembut yang terdengar sangat familiar—terlalu familiar. “Kau datang juga…” Lira langsung merinding dari uj
Last Updated: 2025-11-23
Langkah Dewi : Warisan Rahasia

Langkah Dewi : Warisan Rahasia

Dewi selalu percaya Ayahnya sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan. Namun sebuah busur panah tua yang diwariskan membuka rahasia lain—pesan tersembunyi, kode-kode aneh, dan bisikan: “Ayahmu tidak hilang. Dia disembunyikan.” Sejak hari itu, hidup Dewi berubah. Dari pasar Belilas hingga jalanan Pekanbaru, bayangan selalu memburu. Dua pria asing, pesan misterius di ponselnya, hingga wajah Ayah yang muncul sekilas hanya untuk menghilang lagi—semua menggiringnya pada satu kebenaran: Rizal Rahman bukan sekadar seorang ayah, tapi agen yang membawa rahasia besar. Setiap langkah membawa Dewi ke dalam pusaran konspirasi—antara proyek pembangunan negara, oligarki yang rakus, dan jaringan intelijen bawah tanah. Ia dipaksa menjadi pion, lalu perlahan sadar: dirinya adalah kunci. Di tengah pelarian bersama ibunya, Dewi harus belajar membedakan siapa kawan dan siapa lawan. Sebab musuhnya tidak selalu datang dengan senjata; kadang mereka berdiri tepat di depannya, tersenyum seolah sahabat. Apakah Dewi akan berhasil menemukan Ayahnya—atau justru terjebak dalam permainan yang dirancang untuk menghancurkan keluarganya sejak awal?
Read
Chapter: BAB 104 — “Jejak yang Hanya Bisa Dibaca oleh Mereka yang Pernah Hilang”
“Ada jejak yang tidak bisa ditangkap kamera, tidak bisa dicium satwa, tidak bisa ditangkap radar. Hanya manusia yang pernah hampir hilang yang bisa melihatnya.”Pintu kecil di ujung lorong itu menganga seperti mulut gua purba.Tidak ada cahaya, tidak ada suara.Hanya hembusan udara dingin—dingin yang menusuk seperti berasal dari hutan yang sudah mati.Damar maju satu langkah.Arka menahan lengannya.“Kau gila? Kita tidak tahu apa yang ada di dalam.”Damar menatap gelap itu, rahangnya mengeras.“Yang aku tahu, Dewi ada di sana.”Rin merapatkan jaketnya. “Kalau kita masuk, tidak ada jaminan kita bisa kembali.”Damar menatap mereka berdua.“Kalau Dewi tidak kembali, untuk apa kita pulang?”Keheningan menampar mereka semua.Kesetiaan memang tidak punya logika—dan malam itu, mereka tak punya apa-apa selain itu.Saat langkah Damar mendekati pintu itu, suara samar memecah kegelapan.Langkah.Pelan.Beraturan.Seperti seseorang berjalan di atas tanah basah.Arka siap menarik pistol—tapi Rin m
Last Updated: 2025-12-12
Chapter: BAB 103 — “Ketika Nama Dipanggil yang Tidak Boleh Dijawab”
“Ada nama-nama yang jika dipanggil, dunia bergetar. Dan ketika Dewi mendengarnya—ia tahu dirinya tak bisa mundur lagi.”Duum—duum—duum.Suara dentuman logam bergema dari pintu baja yang menutup otomatis.Tak ada listrik, tak ada sensor, tak ada sistem.Namun pintu itu… menutup seperti sesuatu dari luar mengunci mereka.Rin menyalakan senter kecil. Cahaya tipis itu hanya mampu membelah kegelapan beberapa langkah ke depan.“Ini gila…” gumamnya. “Itu bukan kerusakan sistem. Itu… kehendak.”Damar meraih bahu Dewi, berusaha menenangkan suaranya.“Dewi, dengarkan aku. Apa pun yang memanggilmu… jangan jawab.”Dewi menoleh perlahan.Senyumnya tipis, tidak terlalu tenang, tapi tidak sepenuhnya takut.“Masalahnya bukan aku tidak ingin menjawab.”Ia menatap kegelapan.“Masalahnya… namaku sedang ditarik.”Kata-katanya membuat seluruh ruangan membeku.Suara dari layar yang sebelumnya tak bermakna kini berubah.Bahasanya perlahan menjadi lebih… manusiawi.Seolah menyesuaikan diri.“Dewi… Dewi Rahma
Last Updated: 2025-12-10
Chapter: BAB 102 — “Yang Kembali Bukan Lagi Yang Sama”
“Ketika cahaya padam, yang tersisa bukan gelap… melainkan kebenaran yang tak pernah diizinkan muncul.” “DEWI!!” Teriakan Damar menggetarkan lorong NURANI ketika satu tubuh terjatuh dari pusaran cahaya hitam di langit atap yang sudah retak. Logam meledak, kabel terputus, percikan listrik berlari seperti ular api. Arka merayap—masih pincang—dan membantu menggeser reruntuhan. Tubuh itu tergeletak, rambut acak-acakan, pakaian setengah hangus oleh energi yang terlihat seperti bukan milik dunia ini. Rin menutup mulutnya. “Itu… itu Dewi… tapi kenapa wajahnya—” Damar mengamati lebih dekat. Detak jantungnya membeku Kelopak mata Dewi bergetar, lalu terbuka perlahan. Rin terengah. “Astaga… iris matanya berubah.” Iris itu bukan hijau seperti biasanya. Bukan cokelat. Melainkan dua lapisan, seakan-akan ada dua jiwa yang berebut tempat. Lapisan pertama: lembut, familiar—Dewi. Lapisan kedua: hitam pekat, berputar seperti pusaran mini—entitas yang bukan manusia. Arka menelan ludah. “
Last Updated: 2025-12-09
Chapter: BAB 101 — “Sosok Tanpa Bayangan”
“Terkadang, bahaya terbesar bukan yang mengejarmu…tetapi yang berdiri tepat di belakangmu saat kau memilih.”Dewi membeku.Tangan dingin itu menggenggam pergelangannya—kokoh, tenang, dan terasa… nyata. Bukan seperti ilusi cahaya di ruang lingkaran. Semua suara cahaya, semua kesadaran digital, bahkan gema ayahnya—mendadak redup. Seolah sosok yang memegangnya memiliki otoritas lebih tinggi di ruang ini.Dewi berbalik perlahan.Dan nafasnya hampir patah.Seorang pria berdiri di sana. Tinggi, berwajah teduh namun misterius, tubuhnya memantulkan cahaya seolah ia bukan manusia… tapi bukan pula entitas data. Matanya hitam pekat, tanpa bayangan, seakan menelan seluruh cahaya ruang itu.Kesadaran Ayah Dewi bereaksi pertama kali.“Kau… tidak seharusnya ada di sini.”Suara Rizal retak, terdistorsi seolah ruangan menolak kehadiran pria itu.Sosok itu tidak menoleh.Ia hanya menatap Dewi.“Jika kau memilih salah satu dari tiga takdir itu… dunia akan hancur lebih cepat dari yang mereka rancang.”D
Last Updated: 2025-12-08
Chapter: BAB 100 — “Lingkaran yang Membelah Takdir”
“Setiap badai punya pusat.Dan di pusat itulah… kebenaran berhenti bersembunyi.”Cahaya hijau keemasan memeluk tubuh Dewi seperti kabut hidup saat ia melangkah ke dalam lingkaran itu. Angin berhenti. Waktu seolah terbelah. Di luar, markas NURANI seperti dunia yang terjebak dalam jeda, membeku antara teriakan dan kepanikan.Namun di dalam lingkaran itu, Dewi merasa seperti memasuki ruang yang tak tunduk pada hukum bumi.Hanya ada bisikan.Hanya ada gema masa depan.Dan suara yang sama—suara yang memanggilnya sejak badai pecah.Dewi membuka mata. Ia berdiri di sebuah ruang lingkaran luas yang tampak seperti perpustakaan hampa dengan dinding berisi aliran cahaya data. Ribuan angka berlari di udara, seolah GENESIS, BLACK LOTUS, dan seluruh jaringan bumi diperas menjadi titik tunggal informasi.Namun yang paling mencolok adalah tiga lingkaran cahaya di depannya—masing-masing menampilkan kemungkinan masa depan:🔸 Masa depan pertama:Bumi stabil, lautan tenang, Indonesia menjadi pusat energ
Last Updated: 2025-12-07
Chapter: BAB 99 — “Badai yang Memanggil Nama Dewi”
“Badai tidak tercipta untuk menghancurkan. Kadang… ia datang untuk memanggil seseorang.”Suara itu datang entah dari mana—entah dari Qadr, entah dari ingatan ayahnya, atau dari bumi yang kini bergetar tepat di bawah kaki mereka. Tapi Dewi merasakannya seperti bisikan yang menyentuh tulang belakangnya.Markas NURANI bergetar keras.Lampu-lampu berkedip, alarm melolong, dan layar utama menunjukkan spiral badai raksasa yang sedang turun dari langit seperti makhluk hidup yang marah.Rin menatap angka-angka tekanan udara yang anjlok.“Ini bukan badai biasa! Tekanannya… gila, Dewi! Ini badai kategori yang bahkan belum pernah dicatat NOAA!”Arka berdiri tak stabil, memegangi layar agar tidak jatuh.“Tidak ada model cuaca yang bisa menjelaskan ini!”Damar menarik Dewi ke belakang meja besi, matanya tegang penuh proteksi.“Dewi, katakan apa yang kau lihat. Jangan tahan lagi.”Dewi menatap langit yang retak melalui kaca markas.Retakan halus itu seperti mengintip dunia ke dunia lain—ke masa dep
Last Updated: 2025-12-05
You may also like
WARUNG TENGAH MALAM
WARUNG TENGAH MALAM
Horor · pujangga manik
677.0K views
PERSUGIHAN
PERSUGIHAN
Horor · ANGELA HIKARU
317.8K views
Bapakku Dukun
Bapakku Dukun
Horor · Nana Shamsy
73.9K views
Kafan Hitam
Kafan Hitam
Horor · Ramdani Abdul
72.7K views
SUSUK TERATAI PUTIH
SUSUK TERATAI PUTIH
Horor · UMMA LAILA
49.0K views
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status