Lin Feng menghela nafas, “Jika aku sampah, maka kalian lebih dari sampah jika tidak dapat melalui ujian di menara,” balasnya. “Berhenti beromong kosong dan cepat katakan atau kami akan membuatmu menyesal!” “Tidak ada gunanya aku membantu orang-orang seperti kalian, kecuali jika kalian memberiku seluruh harta kalian kepadaku, sekarang!” jawab Lin Feng. Perselisihan Lin Feng dengan lima peserta diperhatikan oleh peserta lain yang juga penasaran dengan rahasia Lin Feng dapat melewati kelima lantai di menara. Begitupun dengan Tetua Zhang yang mendengar dan menyaksikannya. Kelima peserta berbisik kemudian melemparkan cincin ruang dimensi mereka yang kali ini berisi penuh uang dan sumberdaya tanpa mereka sisihkan sedikitpun. Mereka telah berdiskusi dan berpikir akan kembali mengambil dengan paksa harta mereka dari Lin Feng, menyangka Lin Feng lemah. Kelima peserta melemparkan cincin ruang dimensi mereka ke arah Lin Feng. “Cepat beritahu kepada kami!” Lin Feng menangkap seluruh cincin
Keesokan harinya, 145 peserta seleksi berkumpul di kaki gunung Sekte Pedang Api. Xiao Yuli mendekat ke arah Lin Feng dan lima peserta yang mengikutinya. “Apa aku bisa bergabung dengan kalian?” Lin Feng melirik Xiao Yuli, bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang diinginkan Xiao Yuli sehingga mendekatinya. “Perkenalkan … aku Xiao Yuli.” Xiao Yuli berinisiatif memperkenalkan dirinya kepada Lin Feng. “Aku Lin Feng.” “Kakak Feng, bolehkah Li’er mendatangi Kakak Feng jika ingin berlatih? Li’er yakin Kakak Feng bisa masuk sekte, Li’er ingin berlatih dengan Kakak Feng di dalam sekte nanti. Jika Li’er berlatih dengan Kakak Feng, Li’er pasti akan memperoleh banyak pelajaran berharga,” ucap Xiao Li mengutarakan maksudnya,dia yakin jika dirinya dan Lin Feng dapat masuk Sekte Pedang Api. “Kami juga Kakak Feng,” sela kelima peserta di belakang Lin Feng. Kelima peserta itu masih terus merayu Lin Feng agar mereka bisa lolos seleksi masuk sekte dengan mengikuti Lin Feng yang menurut mereka san
Peserta mulai memasuki pintu gerbang. Dari luar, pintu gerbang itu tampak biasa saja. Namun setelah mereka melewatinya, tiba-tiba mereka sampai di tempat yang hampir tidak memiliki cahaya dan sangat redup. Mereka saling terpisah satu sama lain dengan tujuan yang sama yaitu mencari jalan keluar dengan membawa sebuah token. “Hanya sedikit cahaya di tempat ini. Bagaimana caraku menemukan jalan keluar?” gumam Lin Feng setelah tiba-tiba berada di sebuah lorong bawah tanah. Lin Feng kemudian duduk bersila dan menerawang ke dalam pengetahuan yang ada di pikirannya. Dia tidak ingin melangkah begitu saja dan berniat mencari cara yang mudah untuk dapat menyelesaikan ujian tersebut. Dia mencoba mencari tahu teknik yang mungkin dapat membantunya di tempat yang belum diketahuinya itu. Tidak hanya Lin Feng, peserta lainpun terlihat kebingungan dengan apa yang harus mereka lakukan di tempat yang redup itu. Mereka bersikap waspada terhadap berbagai macam kemungkinan yang akan terjadi. Sementara i
Lin Feng terus melangkah dan beberapa saat berlalu dia melihat Xiao Yuli sedang menghadapi monster batu di dalam sebuah ruangan. Beberapa anak panah dan tombak pun terus melesat dari balik dinding. Xiao Yuli terpaksa harus melawan monster batu sambil menghindari anak panah dan tombak untuk mendapatkan token. Lin Feng menengok ke dalam ruangan tempat Xiao Yuli berada, “Huh, gadis itu … apa aku harus membantunya? Ah sudahlah tinggalkan saja dia,” gumamnya berniat melanjutkan langkah akan meninggalkan Xiao Yuli.Lin Feng berpikir bahwa Xiao Yuli mampu untuk menghadapi rintangan yang dilalui. Dia akan meninggalkan Xiao Yuli begitu saja tanpa sepengetahuannya jika dia mengintipnya dari balik lorong ruangan. Sejenak kemudian, Lin Feng mengurungkan niatnya meninggalkan Xiao Yuli. “Ah sial, aku akan mencoba membantunya sedikit.” Lin Feng kemudian menempelkan telapak tangannya ke dinding. Dia mengalirkan energi ke telapak tangannya dan energi itu seakan berjalan di dalam dinding. ”Anak pan
Setelah beberapa saat melangkah, Lin Feng dan Wang Ru sampai di sebuah tempat dimana ada beberapa peserta yang hilang sebagian badannya terhisap oleh lantai. Mereka hanya terlihat sebagian tubuhnya dari perut ke atas. Tidak hanya terhisap, seekor harimau putih terlihat kesana kemari menyerang mereka. Mereka terpaksa bertahan dengan pedang yang beruntung masih berada digenggaman tangan. “Kakak Feng, Wang Ru … tolong selamatkan aku!” teriak seorang peserta. Dia adalah Min Chu, salah satu dari kelima peserta yang bertaruh dengan Lin Feng sebelumnya, sama seperti Wang Ru. “Kakak Feng … ayu kita selamatkan Saudara Min Chu terlebih dahulu!” pinta Wang Ru. “Aku tidak peduli, kamu saja yang selamatkan! Aku akan pergi,” jawab Lin Feng acuh. “Kakak Feng … selamatkan aku! Kucing besar ini lama kelamaan akan membunuhku. Aku sudah tidak sanggup lagi bertahan,” Min Chu kembali berteriak. Harimau putih di tempat itu terus menerus menyerang satu persatu dari sekitar tujuh peserta. Berun
Tak lama, Lin Feng, Wang Ru dan Min Chu sampai di dekat pintu keluar. “Hahaha … Kakak Feng memang bisa diandalkan,” Wang Ru senang karena Lin Feng berhasil membawa mereka mendekati pintu keluar tanpa terkena jebakan. “Ayu kita keluar dari tempat ini!” ajak Min Chu. “Kalian berdua keluar saja terlebih dahulu dari sini! Aku akan menunggu salah satu peserta untuk memperoleh token,” ujar Lin Feng. Min Chu ingat bahwa dirinya belum memberikan token yang dia miliki. “Ambil token ini! Aku yang akan merebut token peserta lain,” ucapnya sambil melemparkan dua token untuk Lin Feng dan Wang Ru. “Saudara Chu, apa kamu yakin? Kalian berdua keluar saja terlebih dahulu, aku yang akan menunggu disini,” kata Wang Ru. Setelah cukup alot tidak ada yang mau mengalah, Lin Feng, Wang Ru dan Min Chu memutuskan untuk tidak keluar terlebih dahulu. Mereka bertiga akan menunggu seseorang di dekat pintu keluar tersebut untuk merebut token. Di area dekat tempat keluar yang cukup luas tersebut, seseorang me
Wilayah Sekte Pedang Api meliputi seluruh area Gunung Kunlun. Di gunung itu, terdapat 4 bukit yang masing-masing memiliki ketinggian yang berbeda. Bukit terendah merupakan tempat bagi murid luar, kemudian murid dalam, murid inti, dan bukit tertinggi merupakan tempat bagi patriark dan para tetua sekte. Masing-masing bukit itu memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Semakin tinggi bukit, semakin bagus fasilitas yang diberikan. Lin Feng menjadi murid luar Sekte Pedang Api dan mendapatkan sebuah rumah kecil untuk dia tinggali. Baru saja dia akan beristirahat dan meningkatkan kultivasinya, Tetua Zhang mendatanginya. “Bocah, apa kamu mau menjadi muridku?” tawar Tetua Zhang. “Maaf Tetua Zhang, Feng’er belum memikirkan hal itu.” “Jika menjadi muridku, kamu akan mewarisi seluruh kehebatanku. Asal kamu tahu, di sekte ini, aku menolak siapapun menjadi muridku karena tidak ada satupun yang berbakat. Kamu akan menjadi muridku satu-satunya.” “Maaf Tetua Zhang, Feng’er tidak tertarik,” tolak Lin
Di aula pertemuan Markas Klan Huang, “Apa kalian sudah menyebarkan sketsa wajah pemuda yang telah memotong lengan putraku?” tanya Patriark Huang Li kepada para tetua sekte Klan Huang. “Kami sudah melakukan apa yang diperintahkan oleh patriark,” balas salah satu tetua bernama Huang Jie. Klan Huang telah menyebarkan sketsa wajah Lin Feng termasuk di kalangan generasi muda Klan Huang yang menjadi murid di beberapa sekte. Lin Feng menjadi buronan orang-orang dari Klan Huang.Tindakan Lin Feng yang telah memotong lengan Huang Cha tidak bisa dimaafkan oleh Patriark Huang Li sehingga dia mengerahkan seluruh kemampuan Klan Huang untuk memburunya. “Pemuda itu pantas mati. Kita akan segera mendapatkan kabar tentang kematiannya,” sahut Tetua Huang Mo. “Aku sudah tidak sabar melihat kepalanya terpisah dari badannya, bajingan itu telah membuatku murka,” ujar Patriark Huang Li. Sementara itu di beberapa sekte Provinsi Bintang Biru, generasi muda Klan Huang telah menerima surat berisi sketsa w