“Kau sudah tiba?” tanyanya. Perempuan itu adalah sosok Claretta yang sangat Altair rindukan. “Altair?” ucap Altair. Perempuan itu tertawa kecil dengan menutupi mulut dengan tangannya. “Terdengar aneh jika seseorang memanggilku dengan namaku sendiri,” ujar Claretta. “Mungkin banyak pertanyaan yang akan kamu lontarkan kepadaku,” ungkap Claretta, “tapi sebelum itu tolong Altair, terbiasalah dengan tubuhmu yang baru, aku sudah lelah dengan tuntutan sebagai penerus pengendali Mana, yang aku inginkan hanya bagaimana rasa memiliki seorang ibu.” sambung Claretta. Claretta menengadahkan wajahnya ke langit. “Kau pasti tahu banyak informasi tentang duniaku sekarang karena kau adalah orang yang cerdas dan tangguh,” ujar Claretta lagi melihat wajah Altair. Wajah mereka saling menatap Altair tidak bisa membalas perkataan Claretta Altair yang merasa tidak adil dengan pertukaran tubuh seenaknya yang dilakukan dewa kepada mereka berdua. Muncul perasaan iba di dalam benak mereka masing-masing seperti mengerti rasa sakit, penderitaan mereka dan kesedihan. Claretta mengambil kedua tangan Altair, air matanya tidak bisa dibendung. Dengan tersenyum Claretta berkata,”Mungkin karena aku sudah berada di tubuh seorang wanita jadi perasaanku menjadi lebih sedikit sensitif.” “Maukah kamu merelakan hidup kita yang sekarang?” tanya Claretta dengan harap. Altair menggenggam tangan wanita kecil itu, kini hati Altair menjadi goyah karena sebelum dirinya bertemu dengan pemilik asli tubuh Altair, dia berniat untuk memukul kepala orang tersebut yang dengan sesuka hati meminta kepada dewa untuk menukarkan tubuhnya tanpa izin. Angin sejuk berhembus, menerbangkan beberapa kelopak bunga di sekitar mereka mengibaskan rambut panjang milik Claretta. “Ternyata, aku sangat cantik.” batin Altair. Altair meletakkan tangannya di atas kepala Claretta dan membelai kepalanya seraya berkata, “tidak apa-apa.” ucap Altair dengan tenang. Akhirnya mereka saling mengikhlaskan satu sama lain dan memutuskan untuk menjalani kehidupan mereka sekarang masing-masing, mereka terpisah oleh sebuah cahaya. “Aku akan menjaga ibumu Altair sebagaimana ibuku sendiri karena aku sangat menyayanginya.” ujar Claretta yang hanya terdengar suara.
View More“Bukankah dia si wanita angkuh?”
“Benar, kabarnya dia tidak suka dengan laki-laki.”
“Ibunya seorang pelacur yang hidup di kalangan saudagar kaya akhirnya dinikahi.”
“Bagaimana kau bisa tahu?”
“Temanku bercerita dan temanku mengenalnya. Dia pernah diajak tidur oleh teman sekelas dan foto-foto vulgarnya sudah tersebar banyak di internet.”
“Bukannya itu editan? Semua orang tahu kalau itu editan.”
“Memang siapa yang peduli, itu editan atau bukan. Kalau benar berarti...” ucap yang lain namun, kata-katanya berhenti ketika Claretta mendatangi mereka.
Claretta yang mendengarkan pembicaraan segerombolan laki-laki di sana dan memukul meja dengan berkas yang dia bawa.
“Masuk di perusahaan sehebat ini adalah mimpi bagi semua orang. Kalian masuk dan bekerja di sini karena mulut busuk kalian hanya bermodalkan orang yang sama busuk seperti kalian. Jika masih ingin bekerja lama di sini, maka lakukan tugas kalian karena jika tidak, berarti otak kalian sudah diedit.” tukas Claretta dengan lantang sehingga terdengar oleh karyawan lainnya.
Setelah mengucapkan hal tersebut Claretta pergi ke divisi lain di mana hanya berisikan pegawai wanita, ide pemisahan tempat kerja adalah idenya. Menurut Claretta hal itu lebih efisien dan Claretta lebih senang bergaul dengan mereka.
Claretta menuju ke seorang gadis yang belum pernah dia lihat.
“Siapa namamu?” tanya Claretta sambil berjalan mendekati gadis tersebut.
Gadis yang sedang duduk mengerjakan pekerjaannya tiba-tiba berdiri saat mendengar seseorang mengajaknya berbicara.
“Sa... saya Mia.” ucapnya sembari berdiri dengan tergesa-gesa.
Claretta hanya tersenyum mengambil beberapa berkas dari pegawai lain. Claretta melihat dengan heran, banyak dari mereka asyik bermain ponsel daripada sibuk melakukan pekerjaan mereka di depan komputer.
“Apa yang kalian lakukan?” tanya Claretta dengan penuh rasa penasaran.
Beberapa orang mulai mengerumuninya dan menunjukkan novel elektronik milik mereka.
“Coba lihat ini!” tiba-tiba sebuah ponsel mengarah ke wajah Claretta.
Sejenak Claretta melihat judul novel ‘Ksatria dan 4 Ultimate’ Claretta membaca sekilas judul novel online tersebut dan Claretta merasa pusing melihat tingkah laku mereka.
“Waktu kalian hanya habis untuk ini?” Claretta menghela nafas.
“Apakah kamu tidak tahu? Mereka adalah karakter fiksi yang tampan dan sangat keren. Apalagi tokoh utama ksatria yang ada dalam cerita.” Ucap yang lain terlihat mata yang sedang seperti terkena panah asmara.
“Novel ini bercerita tentang seseorang yang berinkarnasi masuk dalam novel dan menjadi tokoh utama, yaitu sang Ksatria,”
“Apa yang menarik dari novel itu?” tanya Claretta yang masih tidak memahami ketertarikan mereka yang berlebihan.
“Lagi pula reinkarnasi? Apa-apaan itu? Hanya cerita takhayul yang tidak mendasar sama sekali.” sanggah Claretta.
“Kami suka membaca ini karena kami berharap bisa bereinkarnasi seperti tokoh utama wanita. Membayangkan dikelilingi 5 laki-laki tampan, kaya, memiliki kekuatan dan kekuasaan.” timpal Hyein dengan pita merah yang mengikat di kemeja biru muda dengan rambut yang diikat.
“Harem?” ujar salah satu karyawan yang lain entah dari mana asalnya.
Sontak semua karyawan yang mendengarkan tertawa fitrah wanita juga ingin dipuja dan dikelilingi dengan laki-laki tampan yang keren. Sedangkan Claretta merasa merinding mendengar penuturan yang tidak masuk akal namun, di lain sisi melihat tingkah mereka membuat Claretta ikut senang.
Pulang kerja.
Claretta membereskan tempat kerja dia ingat berjanji akan menelpon ibunya untuk menanyakan kabar dan pergi berkunjung. Lift pun berhenti dan Claretta berbicara di telepon.
“Halo, Ibu? Bagaimana kabarmu?”
“Apakah kau sudah pulang kerumah?”
“Aku baru keluar dari tempat kerja dan akan berkunjung.” jawabnya.
“Ayah dan saudara-saudaramu tidak jadi datang ke rumah, jadi tidak perlu khawatir lagipula besok kamu juga masih harus bekerja.”
“Baiklah bu, nanti saya akan mengirimkan uang untuk Ibu di rumah.” sambil berusaha menahan helaan nafas.
Mendengar suara Ibunya, Claretta merasa lega.
“Ya, terima kasih. Jangan lupa dengan kebutuhanmu juga di sana.” jawab ibu Claretta.
“Ya Ibu, aku beruntung bisa bekerja di tempat baik dan terimakasih karena Ibu selalu ada untuk menemaniku.”
“Seharusnya Ibu yang berterima kasih karena kamu terlahir menjadi anak Ibu, dan sahabat Ibu.”
Segera Claretta menyeka air matanya dan percakapan mereka ditutup dengan salam perpisahan sayang dari seorang ibu kepada anak perempuannya.
Untuk menghilangkan rasa sedih yang menimpanya, Claretta pergi ke restoran milik teman yang pernah dia bantu karena kasus pencurian dan asuransi yang hampir dibawa kabur oleh orang yang tidak dikenal. Claretta berniat mendatangi Kareen dan menghentikan sebuah taksi untuk pergi ke restoran miliknya.
Claretta Pun beranjak keluar setelah menikmati restoran ayam milik Kareen. Selama di restoran, Kareen selalu membujuk Claretta membaca cerita novel seperti kejadian di kantornya tadi pagi. Setelah luluh dengan permintaannya, akhirnya Claretta membaca novel tersebut.
Claretta berjalan menuju kasir di mana ibu Kareen yang bertugas menjaga meja.
“Malam, berapa semua Bibi?” tanya Claretta sembari bersiap mengeluarkan aplikasi pembayaran melalui ponsel.
“Claretta. Lama tidak melihatmu? Bagaimana keadaan Ibumu?” tanya ibu Kareen membersihkan tangannya yang berminyak dengan lap.
“Ibu, baik-baik saja” jawab Claretta
“Tidak usah, itu traktir dari kami.”
“Tidak saya ingin membayarnya Bibi.” sahutnya.
“Tidak apa-apa, lain kali ajak Ibumu nanti kau boleh membayarkan untuk itu,” jawabnya sambil tersenyum.
“Terima kasih banyak, Bibi. Semoga restorannya lancar dan ramai dengan pengunjung.”
“Sama-sama.”
Claretta Pun keluar dari restoran tersebut, apartemen dan jarak restoran hanya sekitar 10 menit berjalan kaki.
Claretta mabuk, berusaha keras untuk berjalan menuju apartemen miliknya. Claretta tidak menyadari bahwa sekitar 5 menit yang lalu sudah ada seseorang yang mengikuti dirinya dari jalan seberang. Mengambil celah dan terus mengikutinya.
JLEB!! SRAT!! Suara itu terdengar ketika Claretta sudah ditusuk oleh orang aneh dengan menggunakan topi dan jaket. Melihat Claretta yang masih berdiri, pria itu ingin kembali menusuknya lagi. Claretta melihat gerakan si pria bersiap mengambil senjata panjang yang selalu Claretta bawa.
Dengan sekuat tenaga Claretta memukul dengan keras kepala orang tersebut sehingga topi yang dipakai terjatuh. Claretta melihat wajah yang dia kenal. Dia adalah karyawan laki-laki yang menyebarkan gosip buruk tentangnya. Laki-laki itu terjatuh tersungkur, melihat sebuah batu di dekatnya dia langsung melemparkan batu dan mengenai kepala Claretta.
Claretta menahan rasa sakit, darah mulai mengucur dari kepala dan perut serta rasa mabuk yang membuat kesadarannya mulai kabur. Pria itu lari melihat Claretta yang sudah ambruk dan yakin telah mengenai pada bagian yang fatal.
Claretta sendirian di tempat sepi. Muncul kembali dalam benaknya bahwa memang laki-laki bukanlah makhluk yang patut dikasihani.
Claretta bertekad tidak akan menikah dan ingin hidup bersama ibunya.
Angin malam terasa dingin, rasa sakit pada bagian perut dan kepala membuatnya sulit untuk bergerak. Claretta berusaha membuka ponsel untuk menelpon nomor darurat.
Respon yang cepat, akhirnya Claretta berhasil menelpon rumah sakit. Orang-orang sudah berkumpul dan sebuah ambulan datang mendekat.
Penglihatan Claretta mulai samar, hembusan nafasnya mulai terasa berat dan dingin.
Kulit yang merasakan hawa dingin membuat Claretta segera membuka mata.
Claretta terbangun dengan langit-langit yang aneh, terlihat gypsum-gypsum mewah dan besar. Terpampang lampu hias besar, corak langit malaikat-malaikat kecil bertelanjang dada. Claretta terkejut dan membuka selimut yang dia pakai.
Meraba bagian perut yang semalam tertusuk. Tidak terasa apa-apa. Claretta loncat dari tempat tidurnya. Merasa asing dengan barang-barang di sekitar. Apakah selera rumah sakit sudah berbeda? Suka dengan gaya klasik beserta ornamen-ornamen tua! Claretta melihat ke arah bunga di dalam vas.
Claretta berlari dan berteriak keluar ruangan tersebut. Ternyata ada seorang pria paruh baya yang menghadang dirinya. Kebenciannya terhadap laki-laki muncul, Claretta lari dan mendorong laki-laki tersebut, hanya terlihat ruangan-ruangan besar dengan ukiran antik, lukisan aneh dan patung-patung setengah badan.
“Tuan, anda mau pergi kemana?” sahut seseorang kepadanya.
Pemilik toko langsung mengarahkan tangan terampilnya menarik Altair masuk ke dalam. Dia tidak bisa menolak ajakan yang belum dikenal sebelumnya seakan ikut terpengaruh suasana toko kain semenjak masuk ke dalam. Altair berdiri di atas podium mini beberapa karyawan memasuki ruangan berbaris dengan rapi membawa senjata serta alat untuk menyerangnya. Keahlian mereka bergerak cepat mengukur tubuh Altair setiap inchi. “Tidak bisa begini,” ucap salah satu karyawan yang berada dibelakang Altair sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat dan kemudian menarik baju Altair menanggalkan sehingga setengah telanjang. Tangan-tangan mereka semakin liar, lima orang lainnya mencatat apa saja yang diucapkan rekan-rekannya. Pemilik toko melihat dengan puas berkelana menggunakan pikirannya sendiri. Orang-orang dari balik tirai bersembunyi sudah tidak sabar untuk keluar akan tetapi ditahan oleh temannya. Altair layaknya hewan ternak yang patuh untuk diperah tidak melakukan perlawanan. “Silahkan tunggu
Aroma vanila sangat manis untuk dinikmati, bau roti yang baru saja keluar dari panggangan mengepulkan asap, kue-kue kering yang tersusun rapi di ranjang-ranjang anyaman terbuat dari bambu ditutupi taplak meja.Di atas meja dipenuhi oleh bir, kue pie, bouquet, buah-buahan dan tidak lupa vas bunga berisi air digunakan untuk meletakkan bunga matahri sebesar piring. Para pria sedang bersemangat melakukan duel serta taruhan minum bir, perasaan senang mereka merambat ke meja-meja lain.Di malam hari ibukota kembali mengadakan pesta meriah di depan-depan rumah mereka, para wanita menggerakkan tubuhnya yang indah, gaun-gaun mereka melambai-lambai luwes menyeret di atas paving. Sepatu-sepatu yang dihentakkan seirama dengan dentuman musik yang nyaring, terdengar suara siulan menggoda mereka.“Halo tuan muda,” ucap seorang gadis yang sedari tadi melihat ke arah Altair bersama kawan-kawannya dari jauh berteduh di bawah p
Mata gadis tidak lepas memandangi makhluk kecil di pundak Nicon kemudian masuk ke dalam penginapan dan mereka mengikutinya dari belakang. Pandangan mereka seakan bertanya “ada apa dengannya?”. Namun, tidak seorangpun dari mereka memulai terlebih dahulu untuk berbicara hingga keduanya sudah berada di depan kamar masing-masing. “Dia sangat aneh,” kata Zhi merogoh kunci di sakunya terkejut mendengar pintu disebelahnya tiba-tiba terbuka dan kunci yang ada di tangannya terjatuh. Nicon melihat Adir yang keluar dari kamar berlari mendekat, Zhi yang hampir saja meledakkan emosinya ditahan oleh Nicon. “Bagaimana kabarmu?” tanya Nicon khawatir. Adir melihat ke arahnya kemudian melekat begitu lama ke arah lain. “Kami semua mencarimu kemana-mana dan tidak tidur di malam hari,” sambung Zhi. “Hewan peliharaan yang lain juga menghilang, apakah kau tahu dimana keberadaan mereka sekaran
Acara meriah penuh dengan gemerlap lampu berwarna, iringan musik di setiap jalan-jalan, makanan-makanan berjejer rapi di tepi-tepi rumah dan mereka keluar mengenakan pakaian bagus serta berhias. Para pria sibuk bersenda gurau sembari memegangi botol bir besar dari kayu, para wanita menari dengan riang gembira seirama dengan alunan musik yang menggugah jiwa untuk ikut bergabung.Ketiga calon pengendali Mana bergegas menuruni anak tangga, Nicon meninggalkan naga kecil tidur di atas tempat tidur miliknya. Mereka menikmati perjalanan yang sangat menyenangkan ikut meriahkan pesta besar yang diadakan di jalanan ibu kota.Altair berlari mendekati keramaian orang-orang, melihat penduduk yang tadi tertutup dan kurus kekurangan gizi kini nampak seperti manusia pada u
Mereka melaju pesat meninggalkan Adir dan Altair di belakang akan tetapi tidak meninggalkan sosok mereka berdua dan masih bisa melihat keberadaan masing-masing. Mentari pagi sangat menyenangkan untuk menyentuh kulit serta tubuh kekar keduanya sehingga keringat yang muncul terkena angin pacuan kuda yang mereka tunggangi terasa menyejukkan.“Dimana hewan peliharaan agung?” tanya Adir kepada Altair serius mengendarai kuda hitamnya.Altair melirik ke belakang melihat Adir, dia juga sedang mencari sosok makhluk biru di sekitar mereka. Kemudian Pino tiba-tiba keluar dari dalam tubuh Altair melalui kedua tangan yang sedang memengang tali kekang kuda.Kemu
Tidak menunggu waktu lama segerombolan bandit menyerang anak-anak muda yang baru pertama kali menginjakkan kaki tanah di luar Rhodes. Altair dengan cepat membuat tameng di sekitar mereka agar orang-orang tidak masuk lebih dalam.Terkejut dihalangi oleh dinding pertahanan, mereka berusaha memukul-mukulnya dengan keras.“Berapa lama kita bisa bertahan di dalam?” tanya Zhi bersiap menyerang.“Jika kau ingin sampai mereka pergi dari sini tidak masalah,” jawab Altair yang acuh melihat banyaknya kerumunan.“Itu akan sangat lama, kita tidak memiliki banyak waktu hanya untuk menunggu mereka pergi,” ucap Nicon tiba-tiba sudah duduk di atas punggung naga bersiap mengepakkan kedua sayapnya untuk terbang melewati celah di atas dinding.Dia pergi meninggalkan rekan-rekannya dari atas naga meniup semburan api membubarkan pertahanan mereka. Melihat api yang s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments