LOGINRombongan memasuki hutan Qingshan saat siang hari. Pepohonan rimbun menghalangi cahaya matahari, menciptakan suasana yang suram dan menyeramkan. Suara binatang buas terdengar dari kejauhan, membuat beberapa prajurit memegang senjata mereka lebih erat.
"Tetap waspada," perintah Lao Zhang. "Hutan ini terkenal berbahaya." Mereka berjalan dalam keheningan yang tegang. Xiao Fan memperhatikan sekeliling dengan seksama. Meskipun kultivasinya lemah, ia memiliki indera yang tajam, warisan dari latihan bertahan hidup yang ia lakukan sendiri tanpa bantuan keluarga. Tiba-tiba, ia merasakan sesuatu yang aneh. Ada aura kultivasi di sekitar mereka, tersembunyi dengan baik tetapi tetap dapat dirasakan oleh mereka yang cukup sensitif. "Lao Zhang," panggil Xiao Fan. "Aku rasa kita diikuti." Guo Ming tertawa keras. "Dengar ini, bocah lemah merasa bisa merasakan bahaya. Dengan kultivasinya yang rendah itu. Hahaha." Lao Zhang mengerutkan kening tetapi kemudian mengabaikannya. "Tetap bergerak. Jangan dengarkan ketakutan yang tidak berdasar." Xiao Fan terdiam. Ia tahu tidak ada gunanya bersikeras. Tidak ada yang akan mendengarkan kata-katanya. Malam tiba dan mereka berkemah di sebuah tanah datar kecil. Api unggun dinyalakan, dan para prajurit duduk melingkar sambil makan. Xiao Fan mendapat jatah paling sedikit, seperti biasa. "Kau tahu," Guo Ming membuka pembicaraan sambil mengunyah daging panggang. "Aku dengar tuan muda Xiao Tian akan bertunangan dengan putri keluarga Lin bulan depan. Keluarga Lin adalah salah satu keluarga terkuat di provinsi ini." "Tentu saja," sahut prajurit lain. "Sementara kakaknya ini bahkan tidak akan mendapat jodoh yang layak. Siapa yang mau menikah dengan kultivator gagal?" Mereka tertawa bersama. Xiao Fan menatap api unggun dengan tatapan kosong. Ia sudah kebal dengan hinaan seperti ini, tetapi tetap saja ada rasa sakit yang menusuk di dadanya. Tengah malam, saat sebagian besar prajurit tertidur, Xiao Fan yang mendapat giliran jaga pertama tiba-tiba berdiri. Inderanya tidak salah. Ada pergerakan di kegelapan, dan kali ini lebih jelas. "Bangun!" teriaknya keras. "Kita diserang!" Belum sempat yang lain bereaksi, puluhan panah terbang dari kegelapan. Dua prajurit langsung terkena dan terjatuh. Lao Zhang melompat berdiri, pedangnya sudah terhunus. "Perampok! Lindungi peti itu!" Dari bayang-bayang hutan, sekelompok pria berpakaian hitam muncul. Mereka bergerak cepat dan terlatih, jelas bukan perampok biasa. Pemimpin mereka, seorang pria dengan bekas luka di wajah, memancarkan aura kuat darinya. "Serahkan Batu Giok Roh Ungu itu dan kami akan membiarkan kalian hidup," ucap pemimpin perampok dengan suara dingin. Lao Zhang meludah. "Kalian bermimpi!" Pertarungan pecah dengan brutal. Para prajurit keluarga Xiao bertarung mati-matian, tetapi para perampok jelas lebih kuat. Satu per satu, prajurit mulai tumbang. Xiao Fan bertarung dengan segenap kemampuannya. Meskipun kultivasinya lemah, teknik pedangnya cukup solid berkat latihan yang tidak pernah ia tinggalkan. Ia berhasil mengalahkan dua perampok tingkat rendah, tetapi kemudian dihadang oleh musuh yang lebih kuat. Seorang perampok menyerangnya dengan ganas. Xiao Fan bertahan sebisa mungkin, tetapi perbedaan kekuatan terlalu besar. Sebuah pukulan keras menghantam dadanya, melemparkan tubuhnya ke pohon. Darah mengalir dari sudut bibirnya. Saat ia mencoba berdiri, pandangannya tertangkap pada pemandangan yang menyakitkan. Lao Zhang sudah tewas. Hanya tersisa tiga prajurit yang masih berdiri, dan mereka jelas kalah. "Sudah kubilang," suara Guo Ming terdengar lemah dari samping. Pria itu terluka parah, darah mengalir dari perutnya. "Kau membawa sial, Xiao Fan. Kau memang bencana bagi keluarga Xiao." Pemimpin perampok berjalan santai menuju peti. "Terima kasih atas hadiah kalian." Sesuatu dalam diri Xiao Fan tersulut. Bukan karena peti itu penting baginya. Bukan karena ia peduli dengan keluarga yang telah mengabaikannya. Tetapi karena ia lelah selalu menjadi yang tersalahkan, selalu menjadi yang paling lemah, selalu menjadi yang tidak berharga. Dengan sisa tenaganya, ia bangkit dan melesat ke depan. Pedang tuanya terayun dengan tekad mati-matian. Tentu saja, pemimpin perampok dengan mudah menangkisnya. "Bocah bodoh," ucap pria itu sambil mengayunkan pedangnya. Xiao Fan merasakan nyeri yang luar biasa saat pedang itu menghantam dadanya. Tubuhnya terpental jauh, menabrak pohon sebelum jatuh ke jurang kecil di belakangnya. Saat ia jatuh ke kegelapan, hal terakhir yang ia dengar adalah tawa para perampok dan suara peti yang dibuka. Kesadarannya melayang di antara hidup dan mati. Dingin. Sangat dingin. Tubuhnya terasa remuk, dan darah terus mengalir dari luka-lukanya.Xiao Fan mendengar semua ini melalui kabut kesadaran yang menipis. Mereka mengirimnya ke tempat yang sangat berbahaya, bukan untuk memberinya kesempatan, tetapi berharap dia mati di sana, tapi keuntungan didapatkan dulu. Dan jika beruntung selamat, keadaannya pasti akan sangat buruk di Keluarga Long."Penyembuh," Xiao Zheng memanggil. "Sembuhkan dia secukupnya agar bisa berjalan. Dia akan dijemput Keluarga Long dalam tiga hari. Pastikan dia cukup sehat untuk pergi."Seorang penyembuh tua masuk dengan raut wajah tidak enak. Ia berlutut di samping Xiao Fan dan mulai mengalirkan qi penyembuhan. Tetapi hanya yang paling dasar, cukup untuk menutup luka eksternal dan menghentikan pendarahan. Luka internal yang serius dibiarkan begitu saja."Ini adalah perintah terakhirku," Xiao Zheng berkata sambil berbalik untuk pergi. "Karena tidak mau menyerahkan hartamu, maka kau akan pergi ke Keluarga Long dan menjadi menantu di sana. Bawa keuntungan untuk Keluarga Xiao kita atau jangan pulang sama sek
Xiao Fan mencoba menggunakan energi void untuk menelan serangan, tetapi kontrolnya belum sempurna. Phoenix menembus pertahanannya dan menghantam dadanya keras.Ia terpental ke belakang, menabrak pilar besar dengan kuat. Tulang rusuknya yang sudah retak patah sepenuhnya. Darah menyembur dari mulutnya, membasahi lantai marmer yang mengkilap."Lemah," Xiao Tian berjalan santai menghampiri. "Kau masih sangat lemah, kakak sampah. Kau sama sekali tidak pantas menyandang nama Xiao."Xiao Fan mencoba bangkit, tetapi tubuhnya tidak mau menurut. Rasa sakit luar biasa menjalar dari dadanya ke seluruh tubuh. Penglihatannya mulai kabur.Xiao Tian tidak berhenti. Ia melancarkan serangan bertubi-tubi, setiap pukulan dan tendangan diperkuat dengan qi yang kuat. Xiao Fan hanya bisa bertahan pasif, tubuhnya menjadi sasaran empuk.Sebuah pukulan keras menghantam perutnya, membuat organ-organ dalamnya bergeser. Kemudian tendangan ke kepalanya, membuat darah mengalir dari telinganya. Lalu sikutan ke pungg
Xiao Zheng berhenti tepat di hadapan Xiao Fan yang masih berlutut. Tatapan matanya dingin seperti es, tidak ada kehangatan seorang ayah kepada anaknya."Aku sudah berpikir panjang tentang masa depan keluarga kita," ucapnya dengan nada formal. "Xiao Tian akan segera pergi menuntut ilmu di sekte besar. Ini adalah hal penting yang akan mengangkat status keluarga Xiao ke level yang lebih tinggi."Xiao Fan tetap diam, menunggu kelanjutannya."Untuk memastikan kesuksesan ini, Xiao Tian memerlukan semua keuntungan yang bisa didapat. Dia adalah masa depan keluarga kita, harapan satu-satunya," Xiao Zheng melanjutkan sambil berjalan mengelilingi Xiao Fan seperti predator mengelilingi mangsa. "Sementara kau, dengan bakatmu yang terbatas, tidak akan pernah mencapai ketinggian yang sama dengan adikmu."Para tetua mengangguk-angguk setuju. Madam Liu duduk diam dengan wajah tanpa ekspresi, tidak menunjukkan perasaan apa pun kepada putra sulungnya."Karena itu," Xiao Zheng berhenti dan menatap Xiao F
Ia mengumpulkan beberapa pakaian sederhana dan pedang tuanya. Kemudian dengan langkah tertatih karena luka yang belum sembuh, ia meninggalkan kamarnya dan berjalan menuju bagian belakang mansion.Area belakang mansion keluarga Xiao jarang dikunjungi. Di sana ada bangunan tua yang sudah tidak terpakai, bekas tempat latihan para generasi terdahulu. Tempatnya kusam, kotor, dan terlupakan. Sempurna untuk seseorang yang juga terlupakan seperti dirinya.Xiao Fan memasuki salah satu bangunan yang masih cukup kokoh. Ruangan dalamnya luas tetapi kosong, hanya ada beberapa boneka latihan yang sudah rusak dan lantai yang retak-retak. Debu tebal menutupi semuanya."Ini akan menjadi tempatku," gumamnya sambil melihat sekeliling.Ia meletakkan barang-barangnya dan segera mulai membersihkan ruangan. Meskipun tubuhnya masih sakit, ia bekerja dengan tekad baja. Setiap gerakan menyakitkan, tetapi ia tidak peduli. Rasa sakit fisik tidak ada apa-apanya dibanding rasa sakit kehilangan Su Mincheng dan Bibi
"Bawa dia ke kamarnya dan panggil penyembuh," perintah Xiao Zheng kepada para pelayan. "Xiao Tian, ikut aku. Kita perlu membicarakan pertunanganmu dengan keluarga Lin."Mereka pergi begitu saja, meninggalkan Xiao Fan tergeletak dalam genangan darahnya sendiri. Para pelayan dengan hati-hati mengangkat tubuhnya yang rusak parah dan membawanya ke kamar.Saat berbaring di ranjang dengan seluruh tubuh terasa hancur, Xiao Fan menatap langit-langit kamarnya dengan mata kosong. Rasa sakit fisik tidak ada apa-apanya dibanding rasa sakit di hatinya.Su Mincheng mati. Keadilan tidak ada. Keluarganya tidak peduli. Bahkan dengan kekuatan baru yang ia dapat, ia masih kalah. Masih lemah. Masih tidak berguna.Air mata mengalir deras di pipinya. Bukan air mata kesedihan biasa, tetapi air mata seseorang yang kehilangan segalanya. Harapan terakhirnya untuk mendapat kasih sayang keluarga musnah. Satu-satunya orang yang peduli padanya sudah mati dengan cara yang mengerikan."Maafkan aku, Mincheng," bisikn
Xiao Tian, adiknya yang menjadi bintang keluarga, yang mendapat semua keuntungan dan kekuatan, telah melakukan yang tidak terpikirkan. Dalam keadaan mabuk, ia masuk ke kamar Su Mincheng dan melakukan hal yang paling keji."Mincheng menangis dan berteriak," Bibi Yue melanjutkan dengan suara parau. "Dia terus memanggil nama anda, tuan muda. Terus berkata 'Tuan Xiao Fan akan melindungiku. Dia akan datang.' Tapi anda tidak ada di sini..."Xiao Fan merasa dadanya sesak. Ia tidak bisa bernapas."Setelah itu... Xiao Tian marah karena Mincheng terus menangis dan menolaknya. Dia... dia memukul Mincheng. Berkali-kali. Hingga keponakanku tidak bergerak lagi." Bibi Yue jatuh tersungkur, tangannya mencakar tanah. "Dia membunuh Mincheng! Membunuh gadis polos yang tidak bersalah!""Dimana mayatnya?" suara Xiao Fan keluar seperti geraman binatang buas."Sudah dimakamkan kemarin di pemakaman keluarga pelayan," jawab Bibi Yue. "Keluarga besar Anda bahkan tidak menghadiri pemakamannya. Mereka menganggap







