Suara gumaman terdengar berdengung di seluruh aula. Hampir semua murid mempertanyakan keputusan yang diambil Luo Tan secara sembrono. Tidak mudah menarik perhatian Wakil Ketua Perguruan Merpati Putih. Meski dia terlihat baik hati tetapi Yun Xiang bukan orang yang bisa didekati dengan mudah. Tawaran Yun Xiang bukan hal yang bisa didapatkan dengan gampang tiap harinya. Hanya segelintir orang yang memperoleh kesempatan seperti itu. “Hei Wei Quan! Aku rasa Chen Yi memang benar-benar bodoh!” Teman Wei Quan menceletuk di tengah dengung keheranan murid lain. Wei Quan mengangkat kakinya lalu menendang teman seangkatannya yang baru saja menghina Luo Tan. Dia memberengut marah karena tidak terima ada orang lain yang menjelekkan murid di bawah bimbingannya. Sementara itu di panggung utama, Yun Xiang terdiam selama beberapa saat. Rona wajahnya sempat berubah ketika mendengar penolakan Luo Tan. Bukan hanya penolakan tersebut yang membuatnya tersinggung. Namun, sindiran Luo Tan yang secara ha
“Kudengar kamu terjebak di Gunung Awan untuk waktu lama?” “Ya.” “Sendirian?” “Ya.” “Bagaimana kamu bisa bertahan hidup kalau begitu? Bukankah saat itu kamu bahkan belum mencapai tingkat satu kultivator dasar?” “Langit melindungiku.” Pertukaran kalimat antara Shen Xixi dan Luo Tan sangatlah singkat. Hal itu membuat obrolan mereka terasa canggung karena Luo Tan tidak banyak menanggapi pertanyaan Shen Xixi. Selain satu dua kata, Luo Tan hanya mengangguk atau menggeleng untuk menjawab! Kesal, Shen Xixi pun berhenti bertanya dan bersiap pergi karena kesal. Pipinya yang tadi sempat merona kini tampak sedikit muram. “Bisa kulihat Adik Junior Chen adalah orang yang pelit kata,” sindir Shen Xixi, merasa tersinggung dan tidak dihormati. Ekspresi kekecewaan dan kemarahan Shen Xixi membuat Wei Quan sedikit panik. Dia sampai melotot ke arah Luo Tan yang terkesan dingin dan tidak memberi tanggapan sesuai dengan posisinya sekarang. Kalau tatapan bisa berbicara, Wei Quan pasti sedang berte
Setelah hari pemeriksaan elemen, hari pertama menghadiri kelas pun tiba. Luo Tan tengah mempersiapkan diri saat sebuah suara bercicit di kepalanya, “Aku ingin ikut!”Luo Tan mengernyitkan alisnya. Diliriknya ayam kecil berwarna kuning di sudut kamar, entah bagaimana caranya tetapi Luo Tan dapat memahami si ayam kecil tengah merajuk.“Apa yang ingin kamu lakukan di sana?” balasnya dingin seraya mengenakan sabuk sebagai pelengkap akhir seragam dari perguruan Merpati Putih.“Aku bosan meringkuk seharian di kamar sedangkan kamu bisa bersenang-senang di luar sana.”Luo Tan memutar bola matanya tanpa memberi tanggapan berarti.“Luo Tan, aku akan tetap mengikutimu walau kamu tidak mau membawaku!” Sayap Zha Ji yang berwarna kuning mengepak-ngepak penuh semangat. Bayangan akan menghirup udara segar membuatnya tidak sabar lagi segera keluar kamar“Terserah.”Sayap Zha Ji berhenti berkepak. Kepalanya yang mungil miring ke kiri lalu dia bertanya, “Kamu mengizinkanku keluar?”“Tentu.” Luo Tan mema
“Semuanya tenang!” Ma Yong mengangkat tangannya tinggi-tinggi untuk memenangkan para murid muda. Seruannya segera dituruti, mereka semua diam dan menunggu kalimat selanjutnya dari sang guru.Ma Yong tersenyum puas, sebelah tangannya mengusap dagu dengan rasa bangga. Dia senang karena semua murid baru tahun ini tampak begitu bersemangat.“Agar kalian lebih bersemangat, aku memutuskan untuk memberikan misi pertama pada kalian. Seharusnya misi pertama ini diberikan minggu depan tetapi melihat kalian yang penuh antusias rasanya lebih baik jika kuberikan hari ini saja.” Dia menyeringai senang lalu menunggu sorakan selanjutnya.Namun, tempat itu sunyi senyap. Hanya ada lirikan satu sama lain di antara kepala yang merunduk ke bawah.“Kenapa diam? Jangan katakan kalian takut menerima misi ini?!” Mata Ma Yong berkilat jenaka. Dia sudah ratusan kali menghadapi situasi serupa ketika murid-murid yang awalnya dipenuhi semangat mendadak menciut saat diberi misi pertama.“Mana yang tadi berteriak pa
Suasana di Gunung Awan tampak suram meski matahari sudah bersinar terang. Kabut mulai menebal ketika Luo Tan mendaki semakin tinggi.Dia berjalan santai tanpa menoleh ke arah manapun. Keadaan sepi seperti sekarang membuatnya merasa lebih tenang. Setidaknya dia aman dari Wei Quan yang terus merecokinya, telinga Luo Tan juga lebih nyaman karena tidak mendengar ocehan Zha Ji.Gunung Awan merupakan tempat yang unik. Ada hutan lebat dengan pepohonan menjulang tinggi sehingga menciptakan kesan mistis. Sedang di bagian lain hanya ada hamparan rumput dan bunga liar yang memanjakan mata.‘Monster jiwa seperti apa lagi yang akan kutemukan di sini?’ batin Luo Tan ketika mulai memasuki hutan lebat.“Apa pun monster jiwa yang Tuanku temui, tidak akan ada yang bisa mengalahkan kemampuanku!”Langkah Luo Tan langsung terhenti ketika mendengar suara melengking khas anak-anak itu. “Aku sudah meninggalkanmu di kamar!” desisnya.Meski ayam kecil itu tidak terlihat di depan mata Luo Tan tetapi dia bisa me
“Tuanku, kamu tidak apa-apa?” Zha Ji yang cerewet semakin cemas karena merasakan majikannya sudah terluka. “Diam.” Luo Tan bangkit dengan sedikit susah payah. “Kalau kamu berbicara sekali lagi, aku akan benar-benar membuatmu menjadi ayam goreng.”Lyo Tan tidak sempat mendengar sahutan Zha Ji karena dia harus berkelit dari serangan serigala perak yang mengamuk hebat. Tampaknya monster jiwa itu murka karena salah satu cakarnya telah terpotong. Mata Luo Tan yang tadinya sudah waspada kini terlihat berbeda. Pupil matanya mengecil sementara dia berusaha mengatur napas. Diamnya Luo Tan membuat serigala perak merasa mendapat kesempatan bagus. Dia melolong panjang sekali lagi lalu melompat dengan memamerkan taring panjangnya. Taring tajam itu dapat mengoyak daging manusia dengan mudah. Namun, Luo Tan tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Tangan kanan Luo Tan menggenggam Pedang Roh Pusaka kian erat. Ketika taring serigala perak hanya berjarak beberapa jengkal dari kepala Luo Tan, baru l
“Hewan raksasa apa itu?” “Lihat bulunya yang berwarna keperakan, sudah jelas itu serigala perak!” “Maksudmu monster jiwa serigala perak?!” Leher-leher murid perguruan dari berbagai tingkatan diulurkan lebih panjang sore itu. Hampir semuanya tercengang saat melihat seekor monster jiwa berukuran tidak biasa dibawa ke perguruan mereka. Sementara itu napas Wei Quan mulai mendengus-dengus kelelahan. Meski dirinya sudah mencapai kultivasi level tiga yang dapat menghancurkan batu gunung hanya dengan satu kepalan tinju, tetap saja badannya kelelahan karena membawa monster jiwa raksasa itu. BUM! Debu beterbangan ke berbagai arah ketika Wei Quan menghempaskan tubuh serigala perak ke halaman perguruan. Suara keras yang ditimbulkan oleh Wei Quan membuat perguruan semakin heboh. Bukan hanya murid level rendah, level menengah pun berhamburan mendekati asal suara. "Saudara Wei Quan, dari mana kamu mendapatkan serigala perak ini?" tanya temannya yang ikut tertarik mendengar kehebohan d
Luo Tan menggeleng pelan ketika merasakan kerumunan murid yang semakin banyak. Sehingga halaman perguruan yang sejak tadi sudah ramai kini menjadi sesak oleh mereka yang merasa penasaran. Sebagian dari murid mencibirkan bibir begitu mengetahui apa yang terjadi. Hampir semuanya percaya bahwa Wei Quan telah ikut campur dalam misi kali ini. Hanya segelintir yang memandang Luo Tan dengan rasa hormat. Meski pemuda itu terkenal lemah tapi hasil pengetesan elemen kemarin telah membuktikan dia tak bisa diremehkan begitu saja. “Guru Ma!” Puluhan murid tingkat satu masih ayak di belakang Yu Heng. “Mohon Guru Ma memberikan keadilan untuk kami semua.” “Menurut kalian apa yang harus dilakukan? Sedangkan Wei Quan dan Chen Yi sama-sama bersikeras mereka tidak melakukan kecurangan.” Meski demikian, sesungguhnya Ma Yong merasa penasaran dengan kemampuan Yu Heng maupun Luo Tan. Yu Heng melirik ke arah Luo Tan yang memandang lurus ke depan. Bibirnya membentuk senyum samar, seolah tak menganggap seri