“Kakak Senior Wei yang menyuruhku.”
Jawaban Luo Tan membuat ekspresi Lin Hua sekejap berubah gelap. Dia langsung menoleh kepada Wei Quan dan bertanya, “Apa maksudnya ini, Wei Quan?” tanyanya. “Kenapa Chen Yi dipindahkan ke gudang?!”
Jantung Wei Quan berdebar kencang, wajahnya pucat. Otaknya berputar cepat untuk mengeluarkan penjelasan yang tepat. Namun, dia tidak bisa menjawab!
Semua murid pun menatap Wei Quan dalam diam. Mereka tahu bahwa ucapan Luo Tan benar, tapi mereka tidak berani ikut campur lantaran Wei Quan merupakan posisi paling bertalenta nomor tiga setelah dua murid pendamping Lin Hua yang tidak tahu apa-apa.
“Ah, maaf, Guru. Sepertinya aku salah ingat.” Luo Tan mendadak angkat bicara, mengalihkan perhatian semua orang. Dia pun memijat kepalanya sedikit dan menampakkan ekspresi pusing. “Maksudku, Kakak Wei yang pindah tinggal di gudang dan memberikan kamarnya padaku karena katanya area gudang memiliki kumpulan Qi yang lebih murni.”
Ucapan Luo Tan membuat Wei Quan dan teman-temannya membelalak kaget.
Wei Quan memberikan kamarnya kepada Luo Tan? Kapan?!
“Begitukah?” Lin Hua mengerutkan keningnya sembari menatap Wei Quan dengan curiga.
Sebagai guru yang merawat anak-anak ini sejak muda, Lin Hua tahu sifat masing-masing muridnya. Perihal Wei Quan, dia memang cenderung arogan dan ambisius. Namun, karena latar belakang orang tuanya yang merupakan seorang saudagar kaya, Wei Quan terbiasa hidup enak.
Demikian, apa mungkin pemuda itu memilih untuk tinggal di gudang dibandingkan di kamar?
“Apa itu benar, Wei Quan?” tanya Lin Hua lagi.
Teguran Lin Hua membuat Wei Quan, yang merasa amarahnya mulai bergejolak, segera mengendalikan diri agar gurunya tidak lagi curiga. Sudut bibir Wei Quan terangkat, memperlihatkan senyumnya yang sejak dulu dikenal mempesona.
“Adik seperguruan benar, Guru. Aku … memang tinggal di gudang untuk beberapa waktu belakangan ini.”
Tangan yang Wei Quan sembunyikan di lengan bajunya yang panjang bergetar, menunjukkan bahwa dirinya sangat marah. Dua tangannya yang saling mencengkeram sampai terluka akibat usahanya untuk menahan amarah.
Diliriknya Luo Tan yang berdiri dengan raut wajah jernih. Dalam hati, Wei Quan bersumpah akan membalas kejadian hari ini.
Sepertinya, tinggal di gunung untuk tiga bulan membuat Chen Yi kehilangan akal sehatnya. Sekarang, bocah itu berani mencari masalah dengan dirinya?!
Wei Quan akan pastikan Chen Yi mendapatkan balasan yang lebih kejam!
Tahu apa yang Wei Quan pikirkan, Luo Tan menampakkan senyum tipis yang membuat ketampanannya semakin bersinar. “Tenang saja, Kakak Senior Wei. Sampai Kakak mencapai tingkat lima, Chen Yi akan menjaga kamar Kakak dengan baik.”
Setelah mengatakan itu, Luo Tan pun berbalik dan lanjut berjalan bersama Lin Hua, meninggalkan Wei Quan yang hanya bisa memandangnya dengan mata merah karena amarah.
Di dalam hati, Luo Tan berkata, ‘Ini baru awalan ….’ Matanya memancarkan kegelapan berbahaya selagi dirinya bersumpah, ‘Aku pasti akan membalas semua rasa sakit yang kalian berikan pada Chen Yi!’
**
Luo Tan menahan napas ketika memasuki kamar lama Chen Yi. Ruangan kecil yang sempat dikuasai Wei Quan untuk beberapa waktu itu tampak berdebu dengan barang-barang berserakan di lantai.
“Chen Yi,” panggil seseorang, membuat Luo Tan menoleh ke ambang pintu.
Terlihat murid tertua Lin Hua baru saja tiba dengan setumpuk pakaian di tangannya. Matanya sedikit membesar melihat keadaan kamar di depan mata.
“Kamarmu … cukup berantakan,” ujarnya seraya mengernyitkan hidung. Ada bau lembab yang membuatnya segan untuk masuk ke dalam.
Luo Tan berbalik dan berkata, “Ada perlu apa, Kakak Senior Hu?”
Hu Lei, murid tertua Lin Hua yang terkenal dengan ketenangan dan juga talenta kultivasinya, menyodorkan setumpuk pakaian di tangannya kepada Luo Tan. “Ini seragam barumu. Sudah disesuaikan dengan ukuranmu sekarang, Guru Lin Hua telah memilihnya secara khusus.”
Luo Tan menerima seragam tersebut dan membalas, “Terima kasih, Kakak Senior Hu.”
Hu Lei sedikit heran, Chen Yi yang selalu menunduk dengan bahu bungkuk ke depan, kini terlihat tegap ketika membalas setiap ucapannya. Dia pun tersenyum dan menepuk pundak Luo Tan.
“Kamu sudah dewasa,” ujar Hu Lei dengan bangga. “Berlatihlah dengan lebih rajin. Aku yakin kamu bisa berhasil.”
Ucapan Hu Lei membuat Luo Tan sadar baru saja melakukan kesalahan. Kepribadiannya sangat berbeda dengan pemilik asli tubuh ini.
Chen Yi pemalu dan penakut, sedang Luo Tan dingin dan terus-terang.
Namun, semua sudah terlanjur, dan sepertinya Hu Lei senang dengan perubahan itu.
“Cepat ganti pakaianmu, Guru menunggu untuk berbicara denganmu,” ucap Hu Lei seraya berbalik dan pergi.
Luo Tan pun menutup pintu dan melepas jubah Lin Hua yang menutupi pakaiannya yang compang-camping.
Pakaian lusuh yang Luo Tan kenakan berganti menjadi seragam berwarna putih bersih, sesuai dengan nama perguruan yang tercetak jelas di plakat gerbang, Perguruan Merpati Putih.
“Perguruan ini cukup makmur,” gumam Luo Tan seraya meraba bahan seragam yang terbuat dari sutra.
Selesai mengikat rambut hitam panjangnya ke belakang dan memastikan dirinya telah berpakaian rapi, Luo Tan melirik pedang yang berada di ujung ruangan. Pedang itu pasti milik Wei Quan yang tertinggal.
Luo Tan meraih pedang tersebut dan melihat ukiran awan pada pangkalnya. Ada pula ukiran mantra untuk menghindari pedang tersebut digunakan oleh orang lain. Hal ini mengingatkan Luo Tan bahwa Perguruan Merpati Putih ini terkenal dengan jimat mantra mereka.
Setelah meletakkan pedang tersebut kembali ke tempatnya, Luo Tan mendorong terbuka jendela kamar. Tempat itu terlalu lembab dan pengap sehingga membutuhkan udara segar dari luar.
Hati Luo Tan bergetar ketika mengamati pemandangan di luar. Danau yang bisa terlihat dari kamarnya mengingatkan Luo Tan dengan Perguruan Luo.
Tangan Luo Tan mengepal. Kalaupun akhir kehidupan lalunya sangat menyedihkan, tapi Perguruan Luo adalah tempatnya bernaung sejak kecil.
Dia merindukan tempat itu.
‘Bodoh, jangan memikirkan hal tak berguna,’ batin Luo Tan seraya menggelengkan kepala.
Meski terdapat banyak kesamaan antara Perguruan Merpati Putih dengan Perguruan Luo, tapi dari kenangan yang dimiliki Chen Yi, dua perguruan itu jelas berbeda.
Dalam ingatan Chen Yi, pendiri perguruan Merpati Putih adalah pemimpin cakap dan berbudi luhur. Dia berhasil menumpas penjahat besar yang membahayakan keselamatan manusia di Dataran Ji sehingga dihormati oleh tiga perguruan besar lain.
‘Entah sudah berapa ribu tahun berlalu sejak masa itu,’ batin Luo Tan dengan pandangan yang seakan menembus ruang dan waktu, membayangkan masa-masa indah perguruannya. Kemudian, dia pun mendengus dingin seraya memutuskan untuk keluar dari kamar. ‘Luo Tan, Luo Tan, kamu … harus bisa meninggalkan masa lalu.’
Luo Tan berjalan menghampiri kamar sebelah, kamar Wei Quan yang mulai hari ini menjadi miliknya sampai pria itu mencapai tingkat lima.
Terlihat Lin Hua tengah terduduk anggun di kursi dan menyesap teh yang dihidangkan. Bulu matanya yang lentik bergetar saat merasakan kedatangan seseorang.
Ketika menatap Luo Tan senyuman wanita itu merekah. “Chen Yi,” panggilnya seraya merentangkan tangan ke kursi di hadapannya. “Duduklah.”
Saat Luo Tan terduduk, Lin Hua pun berkata, “Kudengar dari Hu Lei kamarmu sedikit kotor. Aku sudah meminta seseorang untuk mengurusnya.”
Ucapan ini membuat Luo Tan sedikit kaget. Seorang murid memiliki kewajiban membersihkan kamarnya sendiri, tapi Lin Hua malah menyuruh orang lain untuk membersihkan kamar Chen Yi? Tidak heran Chen Yi dibenci semua orang kalau Lin Hua begitu pilih kasih terhadapnya!
“Aku rasa tidak perlu, Guru. Murid bisa membersihkannya sendiri tanpa perlu merepotkan murid-murid lain.”
Mendengar hal ini, Lin Hua tersenyum. “Memang Chen Yi yang paling pengertian.” Dia menambahkan, “Namun, kamu tidak perlu khawatir. Hu Lei berkata dia akan mengurusnya dan semua orang juga pasti paham bahwa dirimu masih shok setelah melalui bahaya hidup dan mati.”
Karena Lin Hua memaksa, Luo Tan hanya bisa berkata, “Baik, Guru.”
Kemudian, Lin Hua meletakkan cangkir tehnya dan menjulurkan tangannya. “Berikan tanganmu, aku ingin memeriksa nadimu.”
Sesaat, Luo Tan terdiam.
Kalau Lin Hua memeriksa nadi Luo Tan, maka … bukankah wanita itu bisa memeriksa tingkatan kultivasi Luo Tan yang sebenarnya?!
Kalau demikian, apakah Lin Hua akan sadar Luo Tan bukan Chen Yi?!
Luo Tan lebih menyukai alam terbuka ketika bermeditasi. Akan tetapi saat ini dia tidak bisa memilih tempat yang cocok untuknya.Walau kamar yang sekarang ditempatinya memang kurang cocok, Luo Tan memutuskan untuk menerima apa yang diberikan padanya.Mata Luo Tan terpejam, tarikan napasnya melambat ketika dia berhasil memisahkan diri dari kesibukan yang terjadi di sekitar perguruan.Wajahnya melembut seiring jiwanya mulai mengembara melintasi pegunungan yang hijau, hutan lebat tak berpenghuni dan sungai yang mengalir deras.Dia bisa merasakan sejuknya mata air, tenangnya pemandangan Gunung Awan, bebas dari semua emosi yang menjeratnya selama ini.Luo Tan menyatu sempurna dengan alam. Meridian dalam tubuh yang tersumbat perlahan-lahan terbukaKolam Qi dalam dirinya terasa meluap-luap dan menjadi lebih luas. Sehingga Luo Tan merasa tubuhnya juga menjadi lebih ringan.“Tuan sudah berada di tingkat delapan. Biasanya orang lain akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa naik satu tingk
Pelajaran hari itu berjalan dengan damai dan lancar. Setidaknya di permukaan tidak ada gejolak yang berarti.Lin Hua mengajar dengan tenang, sementara murid-murid tingkat satu belajar tekun di bawah pengawasannya mengenai teknik mantra.Selesai pelajaran Luo Tan bergegas pulang ke kamarnya. Tentunya setelah mengantarkan Wei Quan yang terus menggerutu karena tubuhnya terasa nyeri.Pakaian putihnya sudah berganti menjadi pakaian warna hitam. Kalau bukan karena aturan perguruan Merpati Putih yang mengharuskan semua murid baru berpakaian putih, Luo Tan tidak akan mau mengenakannya dengan suka rela.“Anda sudah kembali, Tuan.” Zha Ji berciap girang menyambut kedatangan Luo Tan.Monster jiwa berbulu kuning itu bertengger di atas meja teh. Satu set teh telah terhidang di sana dengan uap tipis yang bergerak di udara.“Zha Ji sudah menyiapkan teh untuk Tuan,” ucap Zha Ji dengan nada bangga. Seperti biasa, sayapnya yang mungil selalu berkepak cepat tiap kali merasa senang.Luo Tan duduk di deka
“Wakil Ketua Yun Xiang masih penasaran padamu.” Wei Quan memulai pembicaraan di antara mereka.Luo Tan melirik ke arah Wei Quan tanpa mengatakan apapun. Dia membimbing Wei Quan yang sesekali terhuyung ke depan.Seharusnya dia belum boleh keluar kamar tetapi Wei Quan bosan hanya berbaring sepanjang hari. Dia membujuk Luo Tan dengan susah payah agar bersedia mengajaknya keluar.“Di mata Wakil Ketua kamu bukan murid biasa. Dan itu memang benar, aku sendiri masih tidak mengerti bagaimana bisa murid lemah sepertimu ternyata memiliki elemen ganda.”Bibir Luo Tan semakin menipis. Sejak tadi dia sudah berusaha menyembunyikan kebenciannya pada Yun Xiang tetapi Wei Quan terus saja menyebut nama perempuan itu.Dada Luo Tan bergemuruh karena kebencian dan amarah yang bergulung menuntut untuk diluapkan. Namun, dia berhasil menahannya karena sadar kemampuan Luo Tan saat ini masih belum sebanding dengan Yun Xiang.Dia hanya akan mati konyol untuk kedua kalinya di tangan pengkhianat itu. Nama baik Lu
Hujan deras turun semalam, tetesan air masih terlihat jelas di atas daun sebelum akhirnya terjatuh ke tanah dan bercampur dengan genangan yang perlahan terserap tanah.Sebuah pembakar dupa berbentuk bunga lotus mengepulkan asap tipis. Aroma dupa yang telah familiar mengisi seluruh kamar Yun Xiang sementara pemiliknya baru saja membuka mata.Shen Xixi berdiri di sisi ranjang Yun Xiang untuk membantu gurunya bangun. Gadis berkulit seluruh salju itu membungkuk ketika Yun Xiang bertanya serak padanya.“Bagaimana?”“Dia terlihat tidak peduli, Wakil Ketua.”Yun Xiang mengerutkan kening. “Tidak ada reaksi darinya?”Shen Xixi kembali menggeleng. Dia bergegas mengambil pakaian yang sudah dipersiapkan olehnya tadi malam.“Wakil Ketua, Anda tidak penasaran dengan nasib Yu Fang?” tanyanya hati-hati seraya membantu Yun Xiang berpakaian.Yun Xiang hanya mendengus sinis. Wajahnya yang cantik tampak kontras dengan tatapannya yang dingin dan kejam.Hanya beberapa orang yang tahu seperti apa sifat Yun
“Sudahlah. Biarkan saja dia beristirahat dulu sampai menjadi lebih tenang.” Hu Lei menepuk pakaiannya dari bubuk ramuan yang tercecer ketika mengobati Wei Quan.“Aku akan menemaninya sebentar,” ujar Luo Tan.Hu Lei segera menyetujui tawaran Luo Tan. Dia melirik ke arah Wei Quan yang masih memandang ke arah junior mereka dengan tampang bodoh.“Jaga dia dengan baik. Jaga temperamennya agar lebih terkendali.”Hu Lei meninggalkan kamar tersebut setelah meninggalkan pesan pada Luo Tan. Dia harus segera melaporkan keadaan Wei Quan pada Lin Hua.“Kepalamu masih sakit, Senior Wei?” Luo Tan bertanya tanpa mendekati Wei Quan.Wei Quan masih memandang Luo Tan. “Aku tahu kamu berbohong.”“Kenapa aku harus berbohong?”“Aku tidak tahu.” Wei Quan mengangkat tangan untuk mengusap pelipisnya yang bengkak. “Ingatanku memang samar-samar tetapi aku ingat di sana ada Yu Fang dan anak buahnya.”“Mungkin Senior hanya bermimpi.”“Mimpi?” Wei Quan tertawa pendek lalu meringis kesakitan. Dia tidak berada dalam
‘Chen Yi tidak mungkin memiliki kemampuan sebesar ini!’ Mata Yu Fang terbelalak lebar ketika menyadari kemungkinan tersebut.Namun, dia tidak memiliki kesempatan untuk berpikir lebih jauh karena Luo Tan kini sudah berada di dekatnya. Gerakan Luo Tan begitu cepat sehingga membuat Yu Fang gelagapan.Sisa-sisa energi Qi di dalam tubuhnya segera ditarik untuk membuat pedang tetapi lagi-lagi Yu Fang gagal melakukannya.“Akh!” Teriakannya tertahan di kerongkongan yang terasa kering. Dua bilah jarum ditusukkan ke saraf pipa suara Yu Fang, jangankan berbicara bahkan dia tidak lagi dapat mengeluh.“Tentu saja aku bukan Chen Yi yang kalian kenal dulu.” Luo Tan menatapnya dengan sorot mata geli. “Apa kalian tidak bisa merasakan perbedaannya sama sekali?”Bola mata Yu Fang berputar ke belakang, tubuhnya jatuh ke tanah tanpa sempat memikirkan jawaban atas pertanyaan Luo Tan.***Wei Quan membuka mata pelan-pelan, tusukan sinar matahari membuatnya mengernyit karena silau.“Ini di mana?” Dia mengern