Share

Pedang Pusaka

last update Last Updated: 2023-06-26 16:57:00

“Chen Yi?” Lin Hua memanggil muridnya lagi, menyadarkan Luo Tan dari lamunannya. “Kamu keberatan?”

Wajah Lin Hua tampak serius, membuat Luo Tan tidak bisa menghindar kalau tidak mau membangkitkan kecurigaan darinya.

“Tidak,Guru,” balas Luo Tan seraya mengulurkan tangan dan membiarkan Lin Hua memeriksa nadi meridiannya. 

Mata Lin Hua terpejam, dia pun meletakkan dua jarinya di garis nadi pergelangan tangan Luo Tan, memeriksa nadi meridian pria itu. 

Detik berikutnya, Lin Hua terperanjat ketika merasakan aliran energi Qi yang lancar di seluruh tubuh Luo Tan. 

Mata Lin Hua terbuka cepat. “Kamu berhasil memperlancar sumbatan dalam nadimu?!” tanyanya setengah berseru. “Bukan hanya itu, kamu sudah mencapai level kultivator dasar tingkat pertama!?”

Ini adalah keajaiban!

Sejak Chen Yi masih bayi, Lin Hua tahu nadi meridian pemuda itu tersumbat. Namun, Lin Hua masih bersikeras membawanya ke perguruan dengan harapan eliksir berkualitas tinggi bisa mengobati Chen Yi. Namun, sampai akhir … segala cara pun gagal.

Harapan palsu yang Lin Hua berikan ketika mengangkat Chen Yi sebagai murid membuat wanita itu selalu merasa bersalah kepada pemuda tersebut. Itu salah satu alasan Lin Hua sangat perhatian pada Chen Yi.

Namun, sekarang Chen Yi berhasil memperlancar aliran Qi di nadinya!

Lin Hua memandang Luo Tan takjub. “Sebenarnya apa yang terjadi selama kamu di Gunung Awan?” 

Reaksi Lin Hua membuat Luo Tan membatin, ‘Hanya seperti itu saja sudah terkejut, apalagi kalau dia tahu tingkat kultivatorku yang sebenarnya.’ 

Guna menghindari kecurigaan Lin Hua terkait identitasnya, Luo Tan pun menyembunyikan level aslinya sebagai kultivator dasar tingkat enam. 

Luo Tan tersenyum tipis, berusaha bertingkah seperti Chen Yi yang ramah. “Murid beruntung karena berhasil mendapatkan pusaka setelah jatuh ke sungai,” jawabnya. 

Wajah cantik Lin Hua tampak penasaran, dia pun mendesak Luo Tan agar bercerita lebih lanjut. 

“Seperti yang diceritakan Kakak Senior Wei, aku pergi ke Gunung Awan untuk mencari rumput merah. Sayangnya, aku kehilangan kantong pengusir monster jiwa pemberian kakak senior. 

Monster jiwa mengejarku sampai terpojok ke jurang.” Luo Tan menutup matanya, menampakkan ekspresi kesulitan. “Aku kira aku akan mati saat itu, tetapi pusaka yang ada di dalam sungai menyelamatkan hidupku.” 

‘Pusaka?’

Kedua alis Lin Hua hampir menyatu karena bingung. Sejak mereka bertemu di gunung, tidak sekalipun Lin Hua melihat Luo Tan membawa benda apa pun selain tubuh dan pakaian compang-campingnya. 

“Pusaka apa?” tanya Lin Hua akhirnya.

Luo Tan mengeluarkan seuntai kalung dari dalam bajunya, sebuah liontin pedang bergelantung di tengahnya. Dia pun menyodorkannya ke arah Lin Hua.

“Ketika terjatuh ke sungai, aku melihat pusaka ini di dalam air. Cahayanya yang terang membuat monster jiwa berlari menjauh.”

Lin Hua meraih kalung yang diserahkan Luo Tan kepadanya. Sementara Luo Tan hanya mengamati tanpa memberi keterangan lebih lanjut. 

Bohong, itu semua cerita rekayasa Luo Tan saja. 

Saat terbangun di dalam tubuh Chen Yi, Luo Tan langsung merasakan keberadaan pedang tersebut di dasar sungai. Dia mengenali pedang itu lantaran benda tersebut adalah senjata miliknya yang dia gunakan ketika bertempur dengan Luo Liang waktu itu.

Seharusnya, pedang itu sudah menghilang. Namun, entah bagaimana pedang tersebut berakhir menancap di dasar sungai Gunung Awan.

‘Entah bagaimana caranya, pecahan rohku berakhir masuk ke dalam pedang tersebut,’ batin Luo Tan. ‘Itulah alasan ketika darah Chen Yi mengalir ke pedang itu, rohku secara otomatis masuk ke dalam tubuhnya.’

Walau kurang-lebih paham mengenai alasan dirinya bisa berakhir di tubuh Chen Yi, tapi Luo Tan masih tidak mengerti bagaimana pedangnya bisa ditemukan di dekat perguruan Merpati Putih.

Mungkinkah … sebenarnya Perguruan Merpati Putih sungguh berawal dari Perguruan Luo ribuan tahun silam? 

Mengesampingkan kebingungannya, Luo Tan berusaha menghindari perhatian yang tidak diperlukan dengan memperkecil ukuran pedang itu dan menjadikannya liontin dengan ilmunya. 

Liontin berbentuk pedang tidak menarik perhatian murid lain. Para guru dan tetua juga tidak akan berminat untuk mencari tahu. 

“Kamu beruntung karena mendapatkan pusaka langka dan bernilai tinggi seperti ini. Kalau energi Qi pada tubuhmu sudah cukup tinggi, pedang miniatur ini bisa berubah menjadi pedang sesungguhnya.”

Ucapan Lin Hua membuat Luo Tan tertegun, rupanya perempuan itu cukup cermat juga.

“Simpan dengan baik. Jangan sampai ada orang lain yang mengetahuinya lalu berniat jahat merebut pusaka ini dari tanganmu,” tegas Lin Hua seraya mengembalikan kalung tersebut ke tangan muridnya.

Kalung itu diterima Luo Tan. Dia masih tercengang karena perhatian tulus yang diterimanya dari Lin Hua. 

“Chen Yi, apa benar kamu terluka karena kelalaianmu sendiri?” Lin Hua bertanya lembut, tapi tatapan matanya meminta kebenaran.

Lin Hua bukannya tidak tahu kalau selama ini Chen Yi ditindas oleh murid lain karena perhatian berlebih yang dia curahkan pada pemuda itu. Namun, menemukan Chen Yi adalah alasan utama Lin Hua bisa bertahan hidup di masa sulitnya dulu.

Dituntut untuk berkata jujur, Luo Tan pun memasang wajah serius dan mulai angkat bicara, “Sebenarnya....”

***

“Kakak Senior Wei, aku takut Chen Yi akan melaporkan perbuatan kita pada guru.”

“Kamu pikir aku tidak takut?!” sembur Wei Quan. 

Mereka bertiga menunggu dengan gelisah di taman. Bahkan sejak tadi Wei Quan berjalan mondar-mandir karena tidak sanggup duduk dengan tenang. 

“Wei Quan, Guru Lin memanggil kalian.” Hu Lei menepuk pundak Wei Quan dari belakang. Membuat murid itu melompat kaget karena mengira diserang secara tiba-tiba. 

Hampir saja Wei Quan menyumpahi Hu Lei, tetapi dia berhasil menutup mulutnya tepat waktu. Hu Lei adalah murid tertua Lin Hua, memancing perkara dengannya bukanlah tindakan bijaksana.

Wajah Hu Lei tampak suram, dia tidak tersenyum seperti biasa saat mereka bertemu. 

Wei Quan bertukar pandang dengan teman-temannya. Mereka meneguk ludah dengan susah payah. 

Habis sudah riwayat mereka. Chen Yi pasti telah melaporkan ulah mereka! 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Luo Tan Tertangkap Basah

    Luo Tan lebih menyukai alam terbuka ketika bermeditasi. Akan tetapi saat ini dia tidak bisa memilih tempat yang cocok untuknya.Walau kamar yang sekarang ditempatinya memang kurang cocok, Luo Tan memutuskan untuk menerima apa yang diberikan padanya.Mata Luo Tan terpejam, tarikan napasnya melambat ketika dia berhasil memisahkan diri dari kesibukan yang terjadi di sekitar perguruan.Wajahnya melembut seiring jiwanya mulai mengembara melintasi pegunungan yang hijau, hutan lebat tak berpenghuni dan sungai yang mengalir deras.Dia bisa merasakan sejuknya mata air, tenangnya pemandangan Gunung Awan, bebas dari semua emosi yang menjeratnya selama ini.Luo Tan menyatu sempurna dengan alam. Meridian dalam tubuh yang tersumbat perlahan-lahan terbukaKolam Qi dalam dirinya terasa meluap-luap dan menjadi lebih luas. Sehingga Luo Tan merasa tubuhnya juga menjadi lebih ringan.“Tuan sudah berada di tingkat delapan. Biasanya orang lain akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar bisa naik satu tingk

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Zha Ji Mengawasi Lin Hua

    Pelajaran hari itu berjalan dengan damai dan lancar. Setidaknya di permukaan tidak ada gejolak yang berarti.Lin Hua mengajar dengan tenang, sementara murid-murid tingkat satu belajar tekun di bawah pengawasannya mengenai teknik mantra.Selesai pelajaran Luo Tan bergegas pulang ke kamarnya. Tentunya setelah mengantarkan Wei Quan yang terus menggerutu karena tubuhnya terasa nyeri.Pakaian putihnya sudah berganti menjadi pakaian warna hitam. Kalau bukan karena aturan perguruan Merpati Putih yang mengharuskan semua murid baru berpakaian putih, Luo Tan tidak akan mau mengenakannya dengan suka rela.“Anda sudah kembali, Tuan.” Zha Ji berciap girang menyambut kedatangan Luo Tan.Monster jiwa berbulu kuning itu bertengger di atas meja teh. Satu set teh telah terhidang di sana dengan uap tipis yang bergerak di udara.“Zha Ji sudah menyiapkan teh untuk Tuan,” ucap Zha Ji dengan nada bangga. Seperti biasa, sayapnya yang mungil selalu berkepak cepat tiap kali merasa senang.Luo Tan duduk di deka

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Lin Hua Diracun?

    “Wakil Ketua Yun Xiang masih penasaran padamu.” Wei Quan memulai pembicaraan di antara mereka.Luo Tan melirik ke arah Wei Quan tanpa mengatakan apapun. Dia membimbing Wei Quan yang sesekali terhuyung ke depan.Seharusnya dia belum boleh keluar kamar tetapi Wei Quan bosan hanya berbaring sepanjang hari. Dia membujuk Luo Tan dengan susah payah agar bersedia mengajaknya keluar.“Di mata Wakil Ketua kamu bukan murid biasa. Dan itu memang benar, aku sendiri masih tidak mengerti bagaimana bisa murid lemah sepertimu ternyata memiliki elemen ganda.”Bibir Luo Tan semakin menipis. Sejak tadi dia sudah berusaha menyembunyikan kebenciannya pada Yun Xiang tetapi Wei Quan terus saja menyebut nama perempuan itu.Dada Luo Tan bergemuruh karena kebencian dan amarah yang bergulung menuntut untuk diluapkan. Namun, dia berhasil menahannya karena sadar kemampuan Luo Tan saat ini masih belum sebanding dengan Yun Xiang.Dia hanya akan mati konyol untuk kedua kalinya di tangan pengkhianat itu. Nama baik Lu

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Yun Xiang Mulai Curiga

    Hujan deras turun semalam, tetesan air masih terlihat jelas di atas daun sebelum akhirnya terjatuh ke tanah dan bercampur dengan genangan yang perlahan terserap tanah.Sebuah pembakar dupa berbentuk bunga lotus mengepulkan asap tipis. Aroma dupa yang telah familiar mengisi seluruh kamar Yun Xiang sementara pemiliknya baru saja membuka mata.Shen Xixi berdiri di sisi ranjang Yun Xiang untuk membantu gurunya bangun. Gadis berkulit seluruh salju itu membungkuk ketika Yun Xiang bertanya serak padanya.“Bagaimana?”“Dia terlihat tidak peduli, Wakil Ketua.”Yun Xiang mengerutkan kening. “Tidak ada reaksi darinya?”Shen Xixi kembali menggeleng. Dia bergegas mengambil pakaian yang sudah dipersiapkan olehnya tadi malam.“Wakil Ketua, Anda tidak penasaran dengan nasib Yu Fang?” tanyanya hati-hati seraya membantu Yun Xiang berpakaian.Yun Xiang hanya mendengus sinis. Wajahnya yang cantik tampak kontras dengan tatapannya yang dingin dan kejam.Hanya beberapa orang yang tahu seperti apa sifat Yun

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Kamu Bukan Chen Yi

    “Sudahlah. Biarkan saja dia beristirahat dulu sampai menjadi lebih tenang.” Hu Lei menepuk pakaiannya dari bubuk ramuan yang tercecer ketika mengobati Wei Quan.“Aku akan menemaninya sebentar,” ujar Luo Tan.Hu Lei segera menyetujui tawaran Luo Tan. Dia melirik ke arah Wei Quan yang masih memandang ke arah junior mereka dengan tampang bodoh.“Jaga dia dengan baik. Jaga temperamennya agar lebih terkendali.”Hu Lei meninggalkan kamar tersebut setelah meninggalkan pesan pada Luo Tan. Dia harus segera melaporkan keadaan Wei Quan pada Lin Hua.“Kepalamu masih sakit, Senior Wei?” Luo Tan bertanya tanpa mendekati Wei Quan.Wei Quan masih memandang Luo Tan. “Aku tahu kamu berbohong.”“Kenapa aku harus berbohong?”“Aku tidak tahu.” Wei Quan mengangkat tangan untuk mengusap pelipisnya yang bengkak. “Ingatanku memang samar-samar tetapi aku ingat di sana ada Yu Fang dan anak buahnya.”“Mungkin Senior hanya bermimpi.”“Mimpi?” Wei Quan tertawa pendek lalu meringis kesakitan. Dia tidak berada dalam

  • Legenda Sang Kultivator Dewa   Wei Quan Linglung?

    ‘Chen Yi tidak mungkin memiliki kemampuan sebesar ini!’ Mata Yu Fang terbelalak lebar ketika menyadari kemungkinan tersebut.Namun, dia tidak memiliki kesempatan untuk berpikir lebih jauh karena Luo Tan kini sudah berada di dekatnya. Gerakan Luo Tan begitu cepat sehingga membuat Yu Fang gelagapan.Sisa-sisa energi Qi di dalam tubuhnya segera ditarik untuk membuat pedang tetapi lagi-lagi Yu Fang gagal melakukannya.“Akh!” Teriakannya tertahan di kerongkongan yang terasa kering. Dua bilah jarum ditusukkan ke saraf pipa suara Yu Fang, jangankan berbicara bahkan dia tidak lagi dapat mengeluh.“Tentu saja aku bukan Chen Yi yang kalian kenal dulu.” Luo Tan menatapnya dengan sorot mata geli. “Apa kalian tidak bisa merasakan perbedaannya sama sekali?”Bola mata Yu Fang berputar ke belakang, tubuhnya jatuh ke tanah tanpa sempat memikirkan jawaban atas pertanyaan Luo Tan.***Wei Quan membuka mata pelan-pelan, tusukan sinar matahari membuatnya mengernyit karena silau.“Ini di mana?” Dia mengern

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status