"Yaa.. ya Tuan...! Saya akan langsung kesana dan bersih-bersih rumah..!” Ujar Ratmi sangat gembira mendapat berita dari Tuan Junara yang menyuruhnya kembali bekerja dikediaman Tuan Besar Sudarta. Mereka sedang berbicara lewat saluran telepon. Ratmi sudah mengabdi dikeluarga Tuan Sudarta lebih dari sepuluh tahun lamanya.
“Alhamdulillah... Badai akhirnya berlalu. Aku bisa kembali lagi bekerja..?” Seru Ratmi dengan wajah sumringah. Ia segera berkemas dan bersiap berangkat kerumah majikannya itu.Satu jam kemudian setelah beberapa kali naik turun angkot, akhirnya Ratmi sampai juga di kediaman keluarga Tuan Besar Sudarta. Didepan pintu gerbang sudah berdiri Hardi dan Kisno yang terlihat menjaga pintu gerbang kediaman yang bagaikan istana itu.“Haii Bik Ratmi... Alhamdulillah kita bisa ketemu dan berkumpul kembali..! Sapa Hardi sumringah ketika Ratmi baru saja sampai.“Alhamdulilkah Mas Hardi .. Mas Kisno. Akhirnya kita punya pekerjaan lagSebuah van memasuki halaman kediaman Tuan Besar Sudarta. Begitu pintu van itu terbuka turunlah Tuan Besar Sudarta, Tuan Junara, Mohzan, Desma, Astuti, ibu Aisyah dan Dika serta Jery.Dihalaman sudah berdiri Ratmi dan Kisno serta Hardi yang tergopoh-gopoh datang bergabung setelah menutup pintu gerbang.“Selamat datang Tuan..!!”“Selamat datang Nyonya..!!”Sambut mereka bertiga dengan gembira. Mereka bersalaman dan berangkulan satu sama lainnya.Tuan Besar Sudarta sejenak memandang kediamannya dari halaman. Kerinduan pada bangunan yang sudah sekian lama menaungi hidupnya tersebut tergambar jelas dimatanya. Hari sudah menginjak malam tidak menghalangi pandangan matanya untuk mengenali setiap sudut pekarangan yang luas dan dihiasi banyak sekali tanaman hias.Hal itu juga dirasakan Tuan Junara dan Astuti. Mereka sangat bersyukur bisa kembali kerumah itu.Sedangkan Desma hanyut dalam kenangan masa silam. Terbayang dalam benaknya semua yang telah terjadi 25 tahun yang
Sementara itu Alpan yang duduk bersembunyi dibawah pohon hias disebuah taman komplek itu mendengar teriakan Mohzan. Ia semakin sedih.“Aku bukan Mas mu Mohzan... Aku bukan kakak lelakimu..huhuhu..!” Jawab Alpan yang tak mungkin didengar Mohzan yang terus memanggilnya.“Mas Alpaaaan...!!” Mohzan terus berteriak. Mohzan terus berusaha mencari Alpan namun hanya gelapnya malam dan lampu taman yang ia temukan.Mohzan akhirnya duduk disebuah bangku taman. Keringatnya bercucuran membasahi t shirt yang ia kenakan.“Mas.. dimana kamu Mas Alpan... Maafkan Mohzan kalau Mohzan lalai memperhatikanmu. Kita semua tengah sibuk mengurus Kakek... Bukan berarti kita melupakan Mas Alpan..” Mohzan bicara sendiri dikeremangan taman. Ia meratap dengan rasa bersalah.Alpan yang duduk dibawah sebatang pohon hias mendengarkan rintihan pilu Mohzan yang duduk disebuah bangku persis disamping pohon yang melindungi tubuhnya.“Tidak Mohzan...
Mohzan dan Dika serta Jery berjalan gontai memasuki kediaman keluarga Sudarta.“Kami tidak menemukan Mas Alpan Kek..!” Ujar Mohzan begitu Tuan Besar Sudarta yang menyambut kedatangan mereka bertiga. Dika dan Jery juga mengangguk dengan tertunduk.“Tidak apa.. Jangan menyalahkan diri kalian.. kalian sudah berusaha sekuat tenaga.” Jawab Tuan Besar Sudarta dengan tersenyum arif.Astuti yang sedang duduk disebuah sofa lalu berdiri dan mendekati mereka yang tengah berbincang sambil berdiri.Ruangan itu nampak sepi. Tuan Junara dan Desma sudah masuk kekamarnya. Ibu Aisyah juga sudah terlelap didalam sebuah kamar yang diperuntukkan untuknya.“Mohzan..! Naiklah keatas dan beristirahatlah.. bawa Dika dan Jery..! Ratmi sudah menyiapkan kamar kalian masing-masing..!” Perintah Astuti.“Iya Nek...!” Sahut Mohzan lalu memenuhi perintah Neneknya. Mohzan mengajak Dika dan Jery menuju lantai atas rumah itu.Dika dan J
“Alpaaan....!!! Turun Alpan..!!” Astuti berteriak histeris.Alpan tersentak kaget begitu menyadari sudah banyak orang yang berkumpul diatas jembatan menengadah memandang ke arahnya bahkan meneriakinya.Terlihat juga Astuti menangis meraung-raung dan terus memanggil Alpan yang siap untuk bunuh diri dengan melompat dari sebuah jembatan, dimana jauh dibawah jembatan itu terdapat selat yang terkenal dengan arus yang ganas.Mohzan memutar otak bagaimana cara menyelamatkan Alpan yang terlihat sudah benar-benar depresi. Alpan terlalu larut dalam tekanan perasaan sehingga akal sehatnya kini tak lagi bisa ia gunakan.“Ayah... Ibu... Alpan ingin bertemu kalian. Alpan mau kita berkumpul dialam sana..” Alpan tak henti meratap sambil terus memanjat tiang yang tinggi menjulang diatas jembatan. Sekali-kali terlihat kakinya hampir terpeleset dan itu membuat orang-orang dibawah berteriak histeris dan keadaan semakin menegangkan.“Apa yang harus
“Tuan..! para tamu undangan telah menunggu diruang rapat utama..!” Seorang pegawai Tuan Besar Sudarta memberi tahu.“Baik.. kami akan segera kesana...!”“Hmm... Berapa persen tamu yang hadir..?” Sambung Tuan Besar Sudarta sebelum pegawainya itu berpamitan pergi.“101 persen Tuan..!” Sahut lelaki berpakaian rapi itu membungkuk hormat kepada Tuan Besar Sudarta dan Tuan Junara.“101 persen..??” Tuan Besar Sudarta dan Tuan Junara mengerutkan dahinya.“Iya Tuan... Ada tiga orang perwakilan dari perbankan. Mereka belum kami beri izin masuk keruang rapat karena tidak memiliki undangan.” Ungkap lelaki itu.Tuan Besar Sudarta dan Tuan Junara berpandangan sejenak.“Biarkan mereka masuk... Rapat ini memang diperuntukkan untuk orang-orang dari luar perusahaan.” Tuan Junara memberi perintah.“Baik Tuan..!” Pegawai itu kemudian undur diri.Setelah bersiap be
Berita siang...“Pemirsa...! Hari ini adalah hari yang menggembirakan bagi seluruh para pekerja yang bernaung dibawah perusahaan-perusahaan yang tergabung di Sudarta grup. Mereka mulai kembali bekerja setelah hampir tiga bulan lamanya mengundurkan diri ketika perusahaan-perusahaan tersebut diambil alih kuasa oleh Nyonya Naira.“Tuan Besar Sudarta dan putranya Tuan Junara telah resmi membuka kembali semua pabrik-pabrik, studio patriot televisi dan beberapa proyek yang sempat vakum.”“Alhamdulillah kini semua kembali berjalan seperti semula.” Ujar Astuti yang tengah bersiap menikmati makan siang bersama Desma dan ibu Aisyah. Mata mereka tertuju kelayar televisi yang menempel didinding ruang makan itu.“Alhamdulillah Ma... Badai sudah berlalu dalam keluarga kita.” Sahut Desma sambil menyendokkan nasi kepiring Astuti.Sedangkan ibu Aisyah terlihat ikut tersenyum bahagia dan Desma kemudian juga menyendokkan nasi kepiring
“Alhamdulillah, akhirnya mereka berkumpul kembali. Semoga mereka akan rukun dan damai selamanya.” Ujar Santi yang turut menyaksikan jalannya persidangan dari channel youtube disebuah laptop yang ditaruh diatas meja.“Iya Ma, akhirnya Bang Mohzan berhasil menyatukan keluarganya.” Sahut Ramona yang duduk disamping Santi. Mereka berdua selalu mengikuti perkembangan kabar keluarga Mohzan dari berita-berita online.“Sebenarnya mereka semua adalah orang-orang yang baik. Namun kehadiran Nyonya Nairalah yang membuat semuanya menjadi kacau balau.” Sambung Santi mengemukakan pendapatnya.Ramona menganggukkan kepala tanda setuju dengan pendapat ibunya. Matanya masih setia memperhatikan layar laptop yang masih menayangkan siaran langsung persidangan Tuan Satya di Jakarta.Disana masih terlihat Tuan Satya menyalami beberapa orang yang hadir dalam persidangan itu. Tubuh Tuan Satya terlihat lebih kurus dan pandangan matanya tidak lagi kejam s
Malam itu cuaca sangat cerah. Dilangit terlihat bulan bersinar terang bagaikan baginda malam yang tengah duduk disinggasana.Tuan Junara dan Desma duduk berdua disebuah bangku panjang yang ada ditaman samping kediaman mereka. Mereka telah bisa menarik nafas lega setelah masalah demi masalah telah terlewati dengan baik.“Desma...!”“Iya Mas..!Tuan Junara merapatkan tubuhnya ketubuh Desma dan menggenggam tangan wanita itu dengan lembut. Desma membiarkan Tuan Junara memeluk tubuhnya dan iapun menyandarkan kepalanya kedada Tuan Junara.“Kita telah menghabiskan begitu banyak waktu dengan tinggal terpisah. Saat ini Mas tidak ingin kita berpisah lagi untuk selamanya.” Bisik Tuan Junara ditelinga Desma.“Iya Mas, semoga saja tidak ada lagi perpisahan diantara kita.” Sahut Desma lirih.“Desma, kamu adalah wanita yang paling cantik yang pernah Mas temui didunia ini. Mas bersyukur bisa menjadi suamimu.&rd