“Hmm? Ada apa, Tuan Winters?"Tuan Winters menarik lengan baju Gerald dan mendudukkannya."Tentu saja sebuah hal baik. Ketika kamu menelepon tadi, aku sudah sempat mengatakan padamu tapi kupikir lebih baik menjelaskannya secara langsung. Tidak bijak rasanya kalau aku membicarakannya di depan anak-anakku.""Oh, baik silakan lanjutkan, Tuan Winters!""Dulu aku bekerja di pertambangan dan berteman dengan seorang pria. Setelah bertahun-tahun berpindah-pindah, ketika aku pergi ke kota beberapa waktu yang lalu, tanpa sengaja aku bertemu dengannya. Kami mengobrol sebentar, ya sekadar untuk saling berbagi kabar. Dia mengatakan bahwa cucu perempuannya seumuran denganmu, sebaya denganmu dan Francis.""Dia lulus kuliah satu tahun lebih awal daripada kamu dan saat ini keluarganya sepertinya ingin mencarikan dia pacar. Keluarganya cukup terpandang dan kaya, jadi tidak ada kriteria khusus. Aku terpikir untuk memperkenalkan dia padamu. Keluarga mereka punya dua anak perempuan dan ini adalah yang ter
Kemudian telepon ditutup.Dalam hati, Gerald merasa bersalah pada Mila. Tetapi setelah dipikir-pikir lagi, ia meyakini ini bukanlah hal serius. Mereka berdua hanya akan bertemu sebentar dan itu akan berlalu begitu saja.Sementara itu, di tempat yang lain.Setelah menutup telepon, Michelle melanjutkan membersihkan make-up nya. Tadi, Xabrinya adiknya menguping dari atas tempat tidur. Ia pun terkekeh, "Kak, jadi kalian akan ketemuan besok? Siapa namanya? Kakak pernah bertemu dia sebelumnya?""Dia adalah Gerald Crawford. Dulu dia bersekolah di SMA 1. Hmm, entah kenapa aku merasa namanya nggak asing, ya? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu sebelumnya." jawab Michelle sambil masih membersihkan wajahnya.Kedua kakak beradik itu memiliki pesonanya masing-masing.Xabrina tertawa mengejek. "Ya, ampun, kamu bodoh sekali. Dia kan sekolah di SMA 1, kamu bisa tanya tentang dia pada adik-adik kelasmu. Jadi kamu bisa dapat lebih banyak informasi tentang dia.""Ah, iya kamu benar. Aku akan cari t
Hari berikutnya pun tiba.Itu adalah hari kencan buta untuk Gerald dan Michelle yang sudah direncanakan oleh Tuan Winters.Meskipun Gerald tidak tahu harus mengharapkan hasil yang bagaimana, ia tetap berusaha menyiapkan yang terbaik demi menghargai Tuan Winters. Ia pun berangkat ke lokasi yang dijanjikan lebih awal, tempat itu bernama Domino.Setibanya di sana, Gerald melihat seorang gadis sendirian sedang minum soda. Di mejanya tersaji kentang goreng dan sayap ayam. Gadis itu sedang mengayun-ayunkan kaki jenjangnya dan terlihat sedang menunggu seseorang.'Apakah itu dia?' pikir Gerald.Gadis itu meletakkan kentang gorengnya, sambil mengunyah ia mengetikkan sesuatu di layar ponsel.Tepat beberapa saat kemudian, Gerald menerima pesan dari Michelle.'Apakah kamu sudah di lokasi?'Kali ini Gerald semakin yakin, 'sesuai dugaan, pasti itu dia!'Kesan pertama yang ditangkap Gerald adalah bahwa gadis itu cukup cantik. Ia pun berjalan menghampiri dan duduk di kursi menghadap gadis itu."Hei, a
Lama kelamaan Gerald menyadari bahwa kedatangan Xabrina bukan untuk berkencan. Lagipula Gerald juga tidak mengharapkan kencan buta itu. Jadi Gerald mencoba menggodanya dan berharap bisa mengakhiri ini semua."Kamu nggak usah mengada-ada. Kalau kamu memang punya rumah di sana kenapa nggak kamu tinggali?""Aku benar-benar punya rumah di sana. Aku hanya nggak punya cukup waktu untuk tinggal karena letaknya di daerah perbukitan pegunungan. Aku nggak terbiasa tinggal di sana sendirian, jadi rumah itu untuk aku dan istriku nanti," jawab Gerald sambil tersenyum."Astaga, jadi letaknya di pegunungan. Kamu ditugasi oleh seseorang untuk menjaga hutan? Mereka membelikan rumah kecil untukmu di sana?" Xabrina terkekeh dengan nada menghina."Oh, iya, kamu punya mobil nggak? Asal kamu tahu, kalau aku bekerja di Mayberry, aku nggak mau pakai mobil yang harganya kurang dari 45.000 dolar!" imbuh Xabrina dengan angkuh."Aku juga punya mobil, tetapi aku memarkirnya di lereng gunung.""Di lereng gunung? Mo
“Kebetulan kami juga mau makan di sini. Bree, siapa pria ini?"Salah satu dari mereka menatap Gerald dan bertanya."Oh! Dia temanku. Kalau kalian sibuk kalian lanjut saja makan dulu."Mendengar mereka memanggilnya dengan nama asli, Xabrina menjadi cemas. Mereka adalah teman-temannya semasa SMA dan mereka berkuliah di kampus yang sama. Ia tidak mengira akan bertemu mereka di sini dan kondisi inilah yang ditakutkan akan terjadi."Ayolah, jangan begitu, Bree. Kenalkan dia pada kami. Teman apa ini? Ditambah lagi dia membelikanmu banyak makanan enak. Sepertinya kami tahu dia siapa!" ujar teman-teman Xabrina terus menggoda."'Bree'? Bukankah namamu adalah Michelle?" tanya Gerald kebingungan."Michelle? Michelle itu kakak Bree. Eh, ada apa ini? Tunggu, jadi kamu nggak kenal Xabrina? Lalu ngapain kamu di sini?" tanya mereka tercengang."Gerald, kamu diam!" bentak Xabrina yang langsung berdiri dan salah tingkah. Kemudian ia menyeret teman-temannya untuk menyingkir. Sepertinya dia ingin menjelas
Saat tengah mengolok-olok Gerald, mereka tiba-tiba berhenti dan melihat ke arah luar dengan terkejut. Pasalnya, mereka mendapati dua motor Yamaha diparkir di depan restoran kemudian terlihat tiga pria dan satu wanita turun dari motor. Sepertinya mereka juga akan makan di Domino."Sial! Xabrina, lihat. Itu si jalang Lily!""Ah, berengsek! Di zaman sekolah dulu kamu kan memiliki hubungan buruk dengan dia, dan kebetulan sekali kalian malah kuliah di kampus yang sama setelahnya. Kamu bahkan sempat terlibat pertikaian dengan dia beberapa waktu yang lalu. Apa yang akan kamu lakukan kalau dia melihatmu?""Astaga, pria jangkung itu adalah pacarnya dan dia adalah seorang preman. Dia cukup berpengaruh di daerah sini. Bree, cepat sembunyi!"Kesombongan mereka sirna seketika dan berganti menjadi kekhawatiran.Xabrina mencibir, "Kenapa aku harus sembunyi dari dia? Aku sama sekali nggak takut. Aku yakin dia nggak akan berani melakukan apapun padaku!"Berikutnya, Xabrina tidak sempat lagi memikirkan
“Kakakku adalah Yale Lockwood, dulu dia bersekolah di SMA 1. Kenapa memangnya? Kau takut, hah? Kalau iya, segera pergi dan enyah dari hadapanku! Sebelum kau dijadikan daging cincang kalau dia datang nanti!" jawab Franklin sambil meregangkan lehernya, suaranya terdengar berat dan menggelegar."Sebaiknya kau yang pergi!!" Tatapan mata Gerald menyiratkan amarah. Seketika ia mengangkat kaki dan menendang Franklin dengan keras tepat di bagian perut. Franklin pun jatuh tersungkur ke lantai dan merintih kesakitan.Meskipun Gerald terlihat rapuh di luar, tetapi sebenarnya dia cukup kuat. Dulu ia adalah petarung yang cukup baik ketika berkelahi bersama Xeno melawan anak-anak lain. Tetapi Xeno lebih sering berkelahi daripada Gerald. Gerald berkelahi hanya ketika membela Xeno. Pada dasarnya, lengan dan kakinya memang sangat kuat.Saat Gerald mendengar bahwa kakak Franklin adalah adalah Yale, kemarahannya seketika muncul. Lagipula, Gerald tidak takut pada apapun dan siapapun sekarang. Ia kemudia
“Aku benar-benar sudah salah menilaimu. Aku telah menyelidiki tentang kamu sebelum datang. Tampaknya kamu adalah anak yang selalu dirundung semasa SMA. Saat pertama melihat kamu, aku pikir kamu adalah seorang pria jujur yang polos dan mudah dibohongi. Kamu tahu itu?""Yang sungguh nggak aku duga adalah kamu menjadi begitu kuat ketika amarahmu tersulut. Mereka bertiga bahkan nggak punya kesempatan untuk menyerang balik. Kamu nggak tahu betapa galaknya kamu tadi. Kamu terlihat sangat jantan!" ujar Xabrina sambil menyentuhkan kakinya pelan pada Gerald.Kali ini Xabrina bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Kesannya terhadap Gerald sekarang sudah berubah. Ia sungguh merasa tersentuh. Umumnya, para gadis akan menyukai pria yang maskulin, terutama yang bisa menunjukkan hal itu untuk melindungi pasangan mereka.Dan Gerald jelas memiliki hal itu."Kamu tidak tahu apa-apa. Aku biasanya tidak seperti ini," jawab Gerald sambil menggelengkan kepala."Tapi aku tahu itu. Aku bisa melihatnya!" ter