Ancaman dari Eiji saat itu benar-benar mengerikan di dengarnya. Kuri hingga gemetar keTakutan, karena setiap pukulan yang dia terima itu hampir sama dengan rasa sakit di dunia nyata.
Jika satu pukulan hanya mengurangi 1 HP, bagaimana dengannya yang memiliki HP lebih dari belasan ribu dan harus menerima pukulan sebanyak itu?
Dengan keTakutan dan harga diri yang tercoreng, Kuri pun menggertakan giginya karena tidak rela untuk meminta maaf. Tentu saja banyak orang sepertinya, yang tidak ingin meminta maaf karena berada di dalam game yang merupaka dunia tak nyata.
Mereka ingin di akui sebagai orang hebat, ternyata malah di kalahkan oleh pemain pemula di dalam game yang seharusnya menjadi kejayaan bagi mereka.
Dengan keras kepalanya….
“Kau pikir….”
Gumaman suara Kuri yang sangat kecil saat itu membuat perhatian Eiji terpusat padanya. Dia sedikit mendekatkan telinganya kepada Kuri.
“Apa? Aku tak dengar” sahut Eiji
Tiba-tiba saja, tangan Kuri sudah bergerak perlahan untuk mendekati pedangnya yang tergeletak di sampingnya. Dia menyeringai lebar ketika satu jari telah mencapai gagang poedang tersebut.
“Kau pikir aku akan Takut pada pemula sepertimu, hah?!” teriak Kuri yang mengambil pedangnya
*BUAAK*
Sebelum sempat di hunuskan, tiba-tiba saja tinju Eiji sudah melayang terlebih dahulu dan menghantam telak wajahnya. Pukulan keras itu membuatnya terhempas dan terguling-guling tak karuan ke belakang.
*BRUK BRUK*
“UARGH!” erang Kuri
Dirinya yang tergeletak di tanah itu pun merasakan rasa sakit di wajahnya yang tak berhenti. Bahkan di dalam game sendiri, darah yang di keluarkan dari hidungnya itu terlihat begitu realistis layaknya darah asli.
Kepalanya yang pusing saat itu membuatnya dia kehilangan fokus dan tenaga untuk bangkit berdiri. Sedangkan Eiji berjalan perlahan dan berdiri tepat di atasnya dengan menginjak satu pergelangan kakinya.
*DUK*
“Urgh!” erang Kuri
Eiji menggaruk-garuk kepalanya dan melihat heran kepada Kuri yang begitu keras kepala.
“Astaga, kau ini. Apa harga dirimu itu terlalu tinggi sehingga tak bisa mengakui kesalahanmu? Kau benar-benar ingin di pukuli puluhan ribu kali sampai HP mu benar-benar habis?” ucap Eiji
Di sisi lain, Jirou yang melihat posisi Eiji seperti preman yang memalak pemain lemah pun mulai melihatnya sedikit aneh.
“He-hei, Satsuki….” bisik Jirou
“Apa?” sahut Satsuki
“I-ini, Eiji adalah pemain pemulanya kan? Dan laki-laki itu adalah pemain berpengalaman?” tanya Jirou
“Benar” sahut Satsuki dengan singkat dan raut wajah datar
“Lalu kenapa, kelihatannya seperti Eiji yang orang jahatnya sedang memalak pemain lemah?!” ucap Jirou
Satsuki pun terdiam dan tidak bisa menjawab pertanyaan Jirou. Namun, raut wajahnya yang datar itu tidak berubah seolah tidak merasakan apapun.
“(Kau juga tak bisa jawab ya….)” batin Jirou
**
Alih-alih dari mereka, Eiji saat itu mengepalkan tangannya lebih kuat lagi seolah belum selesai menghajar Kuri.
“Haah… Kau ini, minta maaf saja sulit. Kau membuat pekerjaanku sulit karena harus memukulimu ribuan kali tahu” keluh Eiji sembari menarik mundur lengannya seolah bersiap untuk menghajarnya lagi
Kuri yang melihat kepalan tangan tersebut pun langsung keTakutan. Dan saat lengan Eiji hampir menghantam wajahnya, Kuri berteriak memohon ampun padanya.
“A-aku mengerti! Ma-maafkan aku, aku minta maaf dengan segenap hatiku! To-tolong jangan pukul aku lagi!” teriak Kuri
Teriakan putus asa akan permintaan ampun dari Kuri saat itu membuat Eiji menghentikan tinjunya. Dia sadar bahwa perlakuannya sudah cukup kelewatan sehingga melangkah mundur ketika melihat mata Kuri yang berkaca-kaca.
“Eh?!” gumam Eiji
“(Uwa, kurasa aku terlalu berlebihan mengancamnya! Tapi, salah dia sendiri karena mencari masalah….)” batin Eiji
“A-aku bersalah! To-tolong jangan pukuli aku lagi!” mohon Kuri
“Haaah… baiklah, baiklah. Terserah kau saja” sahut Eiji yang berbalik badan dan berjalan meninggalkan Kuri begitu saja
Di sisi lain, Satsuki dan Jirou saat itu berjalan menghampirinya karena sedikit khawatir terhadap kondisi Eiji.
“Eiji!” panggil Satsuki
Satsuki yang berjalan lebih cepat pun menghampiri Eiji dengan raut wajah khawatir yang tak dapat dia tutupi.
Eiji yang dapat menebak dengan jelas perasaannya dari raut wajahnya itu pun langsung menjawab tanpa di berikan pertanyaan.
“Tenang saja, aku tidak apa-apa” sahut Eiji
“Hei hei, kau ini gila juga ya. Mengalahkan pemain level 37 di hari pertamamu bermain” ucap Jirou sembari melihat ke arah Kuri yang lari terbirit-birit
“Dia yang mencari masalah. Aku juga tidak ingin mendapatkan masalah, tetapi kurasa itulah hidup. Bahkan di game saja selalu ada” gumam Eiji
Di tengah Eiji yang sedang berdiam diri dan melihat Kuri berlari keTakutan, dia merasakan pakaiannya yang sedang tertarik oleh sesuatu dari belakang.
Ketika dirinya menoleh ke belakang, di sana terdapat Satsuki yang sedang menarik pakaiannya. Wajahnya sedikit terlihat memerah dengan pandangan mata yang tak sanggup melihat ke arah Eiji.
“Hm? Ada apa, Satsuki?” tanya Eiji
“Terima kasih, Eiji” ucap Satsuki dengan pelan
Mendengar ucapan terima kasih dari Satsuki saat itu membuat Eiji menghela nafas karena sudah tahu maksudnya. Eiji terdiam karena tidak mengerti harus membalas ucapan terima kasih Satsuki bagimana, sedangkan Jirou yang mendengarnya juga pun tersenyum tipis hingga menjahili Eiji.
“Hehe, kurasa gerbang cinta antara teman masa kecil pasti akan terbuka ya setelah sekian lama!” goda Jirou
Dengan wajah polos dan menganggap itu sebagai kebohongan untuk menjahilinya, Eiji memarahi Jirou.
“Hah?! Jangan bicara yang aneh-aneh kau!” gerutu Eiji sembari mengunci kepala Jirou di dalam lengannya
“ARGH! He-hei Eiji, a-ampun! Aku hanya bercanda!” gerutu Jirou yang berusaha meronta
DI sisi lain, Satsuki saat itu sedang melayang di pikirannya sendiri karena memikirkan ucapan Jirou. Walaupun hanya godaan, tetapi memang nyata kebenarannya bahwa Satsuki sangalah menyukai Eiji.
Wajahnya yang memerah malu dan pandangan yang kabur tak karuan itu dapat menjelaskan segalanya. Jika saja Eiji peka….
**
Di antara hal yang sedang terjadi, Jirou yang sudah lepaskan oleh Eiji pun memeriksa kondisi leher dan kepalanya.
Sedangkan Eiji saat itu mengingat bahwa mereka yang berada di dalam game pun masih saja di bawah level sepuluh.
“Hei, kita ini masih level sepuluh. Dan belum mempunyai skill, upgrade Class, maupun credit untuk membeli perlengkapan. Walaupun teknik dan kemampuan fisik di dunia nyata menjadi hal penting, tetapi melawan boss dengan level tinggi tidak akan mungkin akan kau hajar ribuan kali dan berkurang 1 batang Hp kan?” ucap Eiji
“Ah, benar juga. Di dalam game ini tidak quet yang memandu kita untuk menaikkan level. Bagaimana caranya bisa menaikkan level? Apa hanya dengan melawan monster se banyak-banyaknya?” sahut Satsuki
Tiba-tiba saja, Jirou teringat akan sesuatu. Dia sontak melontarkan sarannya kepada mereka berdua tanpa ragu.
“Ah! Kenapa kita tidak melakukan Commission?” ujar Jirou
“Commission?” sahut Satsuki
“Di dalam game ini memang tidak ada quest awal yang memandu kita untuk meningkatkan level. Tetapi, sebelum bermain game ini aku sempat mencari sesuatu di internet. Bahwa selain melawan monster, di dalam game ini ada quest sampingan yang di berikan oleh para NPC di dalam game” ujar Jirou
“Reward yang di dapatkan termasuk EXP?” tanya Eiji
“Ya. Exp sudah pasti, tetapi tergantung dengan kesulitan dari Commission itu sendiri” sahut Jirou
“Lalu tunggu apa lagi? Di mana kita bisa mendapatkan Commission itu?” tanya Satsuki
Pandangan Jirou pun mulai berputar ke segala arah untuk mencari sesuatu. Hingga tak lama kemudian, kita sudah menemukannya pandangan matanya melebar dan dirinya sontak menunjuk ke arah tersebut.
“Ah, disana!” ucap Jirou
Sesuai dengan ucapan Jirou, Eiji dan Satsuki sontak menoleh ke arah yang di tunjuknya. Di sana terdapat sebuah bangunan yang cukup besar dengan lambang Perisai tergabung dengan pedang dan tongkat sihir, memiliki nama ‘Adventurer’s Associate’. Yang memiliki arti, Asosiasi petualang.
* * *
Mereka bertiga pun berjalan masuk ke dalam asosiasi tersebut. Di sana, terlihat akan banyak sekali petualang pemula hingga menengah, yang memiliki kisaran level kemungkinan 1-20 lebih.
Dan di antara banyaknya orang di sana, Eiji dan Satsuki berjalan mengikuti Jirou ke arah resepsi di depan. Dimana terdapat seorang NPC yang begitu cantik dengan rambut coklat muda dan di kepang ke samping.
“Selamat datang di asosiasi petualang. Namaku Juliana, sebagai pemandu para petualang di dalam game Genesis Online. Apakah ada yang bisa aku bantu?” tanya Juliana
“Halo, nona cantik! Aku dan temanku ini baru saja mulai bermain dalam game ini. Apakah ada commission yang sesuai untuk kami?” tanya Jirou
Di sisi lain, Eiji yang melihat Jirou menggoda NPC pun membuat pandangan layaknya sedang kebingungan. Dia pun mendekat ke arah Satsuki yang berdiri di sampingnya dan mulai berbisik.
“Hei, Satsuki” panggil Eiji
“Ada apa, Eiji?” sahut Satsuki
“Jirou… dia baru saja menggoda seorang NPC kan?” tanya Eiji dengan ragu
“Benar. Dan sekarang dia juga masih menggodanya” jawab Satsuki dengan polos
“Astaga….” Keluh Eiji sembari menepuk jidatnya
*PUK*
Alih-alih dari mereka, Jirou yang berbincang dengan Juliana pun mendapakan cukup banyak informasi tentang Commission yang akan di kerjakan.
“Sejauh ini, itu adalah tingkat Commission termudah untuk pemula” ucap Juliana
“Baiklah, terima kasih nona cantik” ucap Jirou
“Sama-sama, tuan Jirou” sahut Juliana
Ketika Jirou berbalik untuk menginformasikan Eiji dan Satsuki tentang Commission tersebut, tiba-tiba saja dia di sambut dengan raut wajah Eiji yang cukup melihatnya dengan jijik.
“A-apa?” tanya Jirou
“Tidak. Aku hanya turut berduka padamu. Sudahlah, mana Comissionnya?” tanya Eiji
“HEI! Jangan pikir aku tidak bisa membaca raut wajahmu itu, Eiji brengsek!” gerutu Jirou
Eiji yang masih merasakan hawa mencekam dan teror itu, terus-terusan berpikir terhadap makhluk yang berada di balik portal. Wajah dengan bayangan hitam yang menyeringai lebar, cakar hitam yang besar nan tajam seolah telah berpengalaman merenggut banyak nyawa dapat terasa dari dekat.“Makhluk apa itu?”“Untuk sesaat… kepalaku… di penuhi halusinasi kematian!”Di kala dirinya sedang kebingungan, tiba-tiba saja terdengar suara Satsuki dan Jirou yang berteriak memanggil namanya dari belakang.“Eiji!”Kedua temannya segera menghampiri Eiji yang terlihat begitu kelelahan. Mereka berdua yang sebelumnya bertarung menghabisi monster di sisi lain desa, sedikit kebingungan melihat kondisi Eiji.“Eiji, kau tidak apa?!” tanya Satsuki“Ya... bagaimana dengan kalian?” sahut Eiji“Semua monster itu sudah di bersihkan. Walaupun mereka memberikan exp yang banyak, teta
Eiji masih terdiam dan terkejut terhadap tajamnya pemikiran Satsuki yang membuatnya bertanya seperti itu. Perasaan Takut dan khawatir mulai membesar hingga membuat Eiji menelan salivanya sendiri untuk berusaha menenangkan dirinya.Tatapan mata Satsuki yang penuh dengan makna itu haus akan jawaban, sekaligus menyiratkan perasaan sedih di dalamnya.Kebenaran membuat mulut Eiji mulai bergerak dengan sendirinya. Hati yang berkata untuk tidak mengkhianati kepercayaan kedua temannya, membuat dia ingin membuka mulut.“Aku-!”Satu kata yang dia keluarkan saat itu kembali terhenti seperti sebelumnya. Karena, sebuah ledakan terjadi jauh di belakangnya. Suara dari dentuman ledakan yang cukup keras itu masuk ke dalam telinga dan terasa dampaknya hingga ke arah Eiji dan membuat Jirou sontak terbangun.DUAR!“A-apa itu?!” ucap Eiji yang sontak menoleh ke belakangDi sisi lain, Satsuki sontak melihat ke arah yang sama dan men
Sesuai dengan ucapan Eiji, dia bersama Satsuki dan Jirou pun pergi meninggalkan kota Genbukai untuk melanjutkan perjalanan. Demi menjadi lebih kuat, Eiji di beritahu oleh Genbu, bahwa dirinya memiliki koneksi dengan keempat dewa penjaga mata angin.Oleh karena itu, dia harus bertemu dengan masing-masing dewa untuk memperkuat dirinya dengan latihan dan mendapatkan kepercayaan dari mereka.Tidak ada satupun orang yang masih mengetahui niat asli Eiji. Bahkan Satsuki dan Jirou hanya menganggap Eiji ingin menjadi lebih kuat demi memenangkan Linked Tournament dan mendapatkan hadiah besar dari Suei.Namun, yang Eiji inginkan lebih dari itu. Hal yang tidak bisa di gantikan dengan sebuah uang, yaitu nyawa. Puluhan player yang terjebak di dalam Linked Evolution dan terlibat dengan Linked Tournament, dia ingin berusaha memenangkan turnamen agar tidak ada yang terbunuh secara nyata di dalam game tersebut.**Hari yang panas dan matahari yang bersinar terik di
Eiji yang melihat tubuh partikel dari Shinha yang memecah dan membaur dengan udara, menggertakan gigi dan mengepal erat tangannya penuh amarah.Bagaimana tidak? Seorang remaja berumur 17 tahun dan belum lama menduduki bangku SMA kelas dua. Kini, dia terjebak di sebuah death game dan telah merenggut nyawa orang yang tidak bersalah.Shinha terlihat jelas bahwa dia bertarung demi mempertahankan hidupnya, dan dia tidak mempunyai pilihan lain. Begitu juga dengan Eiji sendiri. Tidak ada kemunafikan di dalamnya, mereka sebagai manusia pasti akan memiliki insting untuk bertahan hidup.Oleh karena itu lah, Eiji sangat membenci Suei dan Linked Evolution yang telah menjebaknya.“Lagi-lagi… aku membunuh seseorang!”Dirinya terjatuh di kedua lutut yang menopang tubuhnya. Eiji melihat kedua telapak tangannya yang sudah merenggut nyawa seseorang.Penyesalan dan amarah. Dua kata itulah yang dapat mendeskripsikan perasaan Eiji saat i
Eiji terkejut ketika mendengar ucapan Shinha. Di suruhnya untuk menyerah? Apa maksud Shinha saat itu? Wajah Eiji tertegun heran dan menatap ke arah Shinha penuh kebingungan.“A-apa maksudmu?”Namun, Shinha sendiri terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Dia kembali menegaskan kalimatnya kepada Eiji.“Menyerahlah. Kau tidak ingin ada pertumpahan darah bukan?”“Tu-tunggu. Kenapa….”“Jika kau tidak ingin menyerah, maka tidak ada gunanya untuk berdiskusi. Aku tidak bisa mempercayai ucapanmu itu”“Kenapa?! Aku mengatakan yang sejujurnya! Aku tidak ingin orang-orang mati karena turnamen dan jebakan Suei ini!”Eiji semakin bingung dengan ucapan Shinha. Dia mencoba untuk menghindari pertarungan dan korban jiwa di dalam game tersebut. Namun, berdasarkan dari ucapannya, Shinha memang menolak keras untuk percaya kepadanya.Dan itu karena….“Kau se
Di kala Natsuki di landa kebingungan, tubuh Eiji yang mulai terbentuk dari ribuan partikel di pindahkan ke sebuah tempat yang tak di ketahuinya.Pohon yang begitu tinggi dan dedaunan yang lebat. Tak ada suara apapun selain hembusan angin sejuk yang menggoyangkan setiap daun berirama merdu.Di tengah kesepiannya itu, Eiji menoleh ke kiri kanan untuk mencari tahu bahwa dirinya sedang berada di tengah hutan.“Hutan?”“Jirou! Satsuki!”Eiji berteriak memanggil nama kedua temannya. Namun, tak kunjung ada jawaban yang merespon teriakannya yang cukup keras itu.“Sialan, notifikasi itu! Tak kusangka hari ini adalah ronde pertamanya di mulai! Baru saja selesai melawan ancaman di kota Genbukai, waktunya benar-benar tidak tepat!”Merujuk kepada notifikasi panel yang memberikan hitung waktu mundur, Eiji baru saja menaydari bahwa dirinya telah kehilangan hitung dalam hari. Dua minggu berlalu dengan cepat, dan ta