LOGINConnor's missing first love was found. When he received the police call, he lost his composure and rushed out of the office, forgetting to grab his jacket from the chair. The business partners he was discussing a new collaboration with were stunned, all of them unconsciously looking at Anne. "It's fine, continue," Anne withdrew her gaze from following Connor, offering a poised smile as she smoothly took over his unfinished words. "Regarding the investment in the new project..." An hour later, Anne personally saw off the business partners. She returned to her office, picked up her phone, and saw that there were no messages from Connor. Anne called Connor. After a few rings, the call was answered, but it was a girl's voice on the other end.
View More"Ugh!" Suara lenguhan panjang terdengar memenuhi ruang kamar saat Andi menyelesaikan permainannya.
"Enak," ucap Andi, merasakan nikmat yang tiada tara. Namun berbeda dengan Febby yang tidak merasakan klimaks sama sekali. Wajahnya menyiratkan kekecewaan mendalam. "Sudah keluar Mas? Kok cepet banget, ngga sampai satu menit. Perasaan baru masuk." Febby mengeluh sambil menghela napas panjang. Sudah sering dia mengatakan kalau dia tidak pernah puas dengan permainan suaminya. Dia juga tidak pernah merasa ada yang keluar dari bagian inti tubuh, yang menandakan dia belum mencapai puncak. Namun Andi seolah masa bodo. Yang penting nafsunya tersalurkan. "Aku lelah. Tadi itu aku udah berusaha untuk lama, tapi malah keluarnya cepet." Selesai melampiaskan hasrat, Andi berbaring di sebelah istrinya tanpa merasa bersalah sama sekali. Raut kesal dan kecewa terlihat jelas di wajah Febby, yang selama dua tahun menjadi istri sah Andi. Selama dua tahun itu dia tidak pernah merasakan klimaks saat berhubungan dengan suaminya. Kenikmatan hanya dirasakan oleh Andi, bahkan Andi tidak pernah membuatnya nyaman di atas ranjang. Andi juga kurang perhatian, hanya memikirkan diri sendiri. Pernikahan dua tahun terasa semakin hambar bagi Febby. Namun tidak ada yang bisa dilakukan. Toh Febby yang memilih laki-laki itu menjadi suaminya dan mereka sedang menjalani program kehamilan. Ya, Andi dan Febby sudah didesak oleh kedua orang tua mereka agar secepatnya memiliki anak, tetapi sampai detik ini tidak ada tanda-tanda Febby mengandung buah cinta mereka. "Kamu mau langsung tidur Mas?" tanya Febby pada suaminya yang baru saja pulang kerja dan meminta dilayani. Selesai dilayani, Andi berbaring di ranjang sambil memejamkan mata. "Iya, aku ngantuk. Kamu masak makan malam aja dulu. Kalau udah mateng semua, bangunin." Febby menghela napas panjang, turun dari ranjang lalu memakai pakaian satu per satu. Matanya melirik Andi yang terlelap, padahal baru saja kepala suaminya itu bersandar ke atas bantal. Tidak ada ucapan terima kasih. I love you. Atau gombalan yang keluar dari mulut Andi, membuat Febby merasa tidak dicintai sama sekali. "Mandi dulu dong Mas, masa langsung tidur." "Hem," sahut Andi datar. Selesai memakai pakaian, Febby melangkah mendekati pintu lalu keluar. Sedangkan Andi sudah jauh mengarungi mimpi. Langkah kaki Febby dihentikan oleh ibu mertua di ambang pintu dapur. Wanita paruh baya itu menatap wajah menantunya yang lesu sambil mengerutkan kening. "Kamu kenapa, Feb?" "Ngga apa-apa Bu," jawab Febby, pelan, melanjutkan langkah kakinya mendekati kulkas. Ratih mengikuti Febby ke dapur, membantu menantunya menyiapkan bahan makanan. Sejak kemarin wanita paruh baya itu menginap di rumah kontrakan dua kamar tersebut. Satu bangunan rumah yang baru dua bulan ditempati itu berada di komplek perumahan Melati. Rencananya Andi ingin mencicil rumah yang mereka tempati sekarang agar tidak bayar kontrakan lagi. "Suami kamu mana, Feb?" tanya Ratih. "Mas Andi tidur Bu. Katanya capek," jawab Febby seraya mengeluarkan bahan makanan dari dalam kulkas dua pintu. Beberapa jenis sayur dan ikan segar dia letakan di dekat wastafel untuk dibersihkan. "Kamu udah konsultasi lagi ke Dokter Kandungan?" tanya Ratih pada menantunya. "Udah Bu, katanya aku sama Mas Andi harus sering minum vitamin biar subur. Aku udah dikasih resep vitamin itu. Semoga aja ada kabar baik bulan depan." "Amin," ucap Ratih. "Selain berkonsultasi ke Dokter, kamu juga harus pergi ke Dukun beranak. Atau ke mana kek. Biar kamu cepet isi." "Udah Bu, tapi emang dasarnya belum dikasih aja. Kalau memang belum rejekinya, ya mau gimana lagi." "Kalau gitu, coba kamu konsultasi ke Dokter lain. Misalnya ke Dokter Dirga. Dia sepupunya Andi. Siapa tahu dia bisa bantu kalian. Kasih saran apa untuk membantu mempercepat kehamilan kamu." Febby terdiam. Sebenarnya sudah beberapa kali mereka gonta-ganti dokter, tetapi tidak ada perubahan sama sekali. Beberapa dokter juga menyarankan untuk memeriksa kesuburan satu sama lain, namun Andi selalu menolak dan mengatakan kalau dia sehat. Sementara, selama berhubungan Febby tidak pernah merasa puas. Bahkan durasinya hanya sebentar, tidak sampai tiga menit langsung crott. "Lebih baik kamu coba dulu saran Ibu," ucap Ratih yang selalu mendesak Febby agar cepat hamil. Andai kehamilan bisa dibeli, Febby akan membelinya agar bisa secepatnya memberi gelar ayah pada sang suami. "Kalau kamu ragu, mending komunikasikan dulu sama Andi. Biar kalian lebih yakin. Ibu sih percaya sama Dokter Dirga. Banyak kok pasien dia yang berhasil hamil." Febby menghela napas panjang. "Nanti aku coba bicarakan sama Mas Andi. Kalau dia mau, besok aku dan Mas Andi ke tempat praktek Dokter itu." Ratih tersenyum, "Nanti alamatnya Ibu kasih ke kamu. Kamu dan Andi langsung ke sana aja. Nanti Ibu bikin janji biar kalian ngga antri." "Iya Bu, makasih." Saat sedang berbincang, Andi datang mendekati kedua wanita di dapur. Pria yang memiliki tinggi 170cm itu duduk di depan meja makan dengan lesu. "Bikinin aku kopi," katanya memerintah Febby. "Tunggu sebentar Mas. Aku lagi masak." "Ck! Aku maunya sekarang!" Andi mengeraskan suaranya, membuat Febby terhenyak kaget. Ratih dan Febby saling tatap, Ibu mertuanya itu memutar bola mata meminta Febby menurut saja. "Biasa aja dong Mas, jangan marah begitu," sahut Febby kesal. "Kamu ini. Suami minta kopi malah nanti-nanti. Utamakan melayani suami dulu, baru yang lain! Gimana sih!" cecar Andi memarahi Febby. Ratih hanya diam, tak membela menantunya ataupun menasehati Andi. Baginya pemandangan seperti itu sudah biasa terjadi. Dia pun mengalami di rumah. "Sabar Mas." Terpaksa Febby menunda masakannya dan membuat kopi untuk Andi yang sudah tidak sabar. Dengan perasaan kesal, Febby meletakkan kopi hitam pesanan suaminya ke atas meja. "Mau apa lagi Mas? Sekalian aja, aku mau masak." Andi melotot, menatap istrinya seperti ingin menelan hidup-hidup. "Kamu ngga iklhas?" "Bukan ngga ikhlas Mas, aku kan cuma nanya sama kamu. Kamu mau apa lagi? Biar aku ambilin sekalian." "Ngga ada, aku cuma mau kopi." "Ya udah," sahut Febby pelan. Ia kembali melanjutkan memasak makan malam, meski perasaannya kesal. Sikap dingin Andi sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Tanpa alasan yang jelas, Andi tiba-tiba jadi kasar dan bahasanya tidak pernah lembut seperti dulu. Febby curiga suaminya memiliki wanita idaman lain di luar sana, namun ia tidak pernah mendapatkan bukti apapun perselingkuhan itu. Suasana hening. Di ruang dapur yang tidak luas itu hanya terdengar suara dentingan sendok dan panci. "Mumpung ada Andi di sini. Ibu ngomong aja langsung sama kalian berdua." Ratih membuka pembicaraan di ruang sunyi itu. Andi mendongak, "Ngomong apa Bu?" tanyanya datar. "Ibu mau ngasih saran, gimana kalau kamu dan Febby konsultasi aja ke Dokter Dirga. Sepupu kamu itu. Dia kan Dokter kandungan terkenal. Kebetulan dia buka praktek di Jakarta. Kalian bisa ke sana. Kalau kamu mau, nanti Ibu bikin janji sama dia. Biar kalian ngga antri panjang. Maklum, pasien dia kan banyak." Andi manggut-manggut. "Oke, aku setuju. Aku dan Febby akan ke sana." Ratih tersenyum. Ia tatap menantunya yang tengah sibuk mengaduk sayur di dalam panci. "Kamu dengar kan. Suami kamu setuju. Kamu juga setuju kan?" tanya Ratih pada menantunya itu. "Iya Bu, aku setuju," jawab Febby.The moment the divorce cooling-off period ended, Anne finalized her divorce with Connor.After the divorce was finalized, she felt an overwhelming sense of relief.Connor, standing beside her, noticed her smile and felt an uncomfortable pang in his chest."How about a farewell meal?"Anne shook her head. "No need.""We’ve been married for three years. We’ll likely run into each other in the future."Connor did not finish his sentence. He was still clinging to the hope of a new beginning with her.Anne gave him a meaningful look.Moments later, Walter pulled up in his car. He rolled down the window, waved at Anne, and peered at them with slightly narrowed eyes behind his sunglasses.Just as Anne was about to get in the car, Connor grabbed her wrist. "My parents are going abroad. They wanted to invite you to the house for a meal.""I already ate with them yesterday."Connor froze, his expression betraying his surprise.Anne sighed. "If you hurry home now, you might still catc
Anne immediately instructed her assistant to remove all trending topics about her and Connor.Realizing he had been used by Anne once again, Connor slumped to the ground in defeat. "Anne, you're too ruthless."Ruthless? Anne did not think so.Felicia had already tried to take her life. All she wanted was her money back and to see Felicia in prison.Watching Felicia being taken away by the police, Anne quietly breathed a sigh of relief.She was not entirely sure Felicia would show up.When pushed to the brink, desperate people were often willing to take risks.Instead of living like a rat in the gutter every day, Felicia had gambled on Connor's lingering feelings.It turned out Connor did, indeed, still soften for her.Back home, Connor locked himself in his room.Anne did not bother with him. She waited a few days until the verdict for Felicia was out before forcing the door open.Connor had barely eaten for days. He looked utterly desolate and lifeless."Most of the money h
Felicia pulled Connor into a corner."Connor."It had been a long time since they last met, and Felicia looked much more haggard.She looked around nervously, and when her eyes met Connor's gaze filled with hatred, her body trembled."How dare you come find me?"The police and her father's creditors were all looking for her. Felicia was clever enough to know how dangerous her sudden appearance was.She knew that, of course.However, it was not just these people looking for her.Anne was also searching everywhere for news about her and was sending her information in real time to those creditors.Felicia could not think of anyone else who could help her except Connor.Seeing the two of them returning to school together for the speech, so affectionate, Felicia could not sit still.If she begged Connor, maybe he would relent.On the other hand, once he reconciled with Anne, he would only side with Anne and push her further down."Connor." Felicia grabbed Connor's arm. "I had n
Anne left early and came home late every day, sometimes staying at the company overnight.It was only at Connor's home that he finally experienced what loneliness felt like.Even when she saw Connor applying medicine to his wound, Anne did not give him a second glance, only reminding him indifferently, "Don't make a mess of the house."She endured until the day of the speech. Connor changed into a sharp suit and waited for Anne in the living room."I've sent the speech to your phone.""Okay."Once they got into the car, they exchanged the first words in three days.Right after speaking, however, Anne lowered her head to look at her notes.Connor, frustrated, swallowed his emotions. When they got out of the car and saw reporters, he immediately grabbed Anne's hand.Anne instinctively tried to pull away, but something seemed to occur to her, and she froze, instead waving enthusiastically at the reporters.Their childhood marriage, paired with their matching looks and family bac
"Didn't you eat?" Anne asked casually, looking at the untouched meal box on the table."No." Connor clutched the bedsheet tightly under the blanket, forcing himself not to ask her accusatory questions.Anne nodded and did not say anything further.Sitting in the chair, she took out her phone. For the past few days, this was their routine. Connor wanted her company, and she would sit with him for an hour without saying a word, then leave when the time was up.What Connor longed for was the way they used to be, spending time together as before."Anne, I want to be discharged."Anne glanced at his wound, indifferent. "Do as you wish."Connor could not bear her attitude and complained, "Can't you care about me even a little?"He had been thinking about her eating with Walter, so he had not been able to eat a single bite. He was still hungry, too.Anne looked at him sincerely. "Don't forget, I still have two and a half million with Felicia. I've been more than patient with you."C
Connor remained hospitalized, so Anne temporarily stepped into his role at work.Although she had agreed to stay with Connor for a month, she clearly did not take it seriously. She could not bring herself to care for him as she once had.Connor sent her messages every few hours.[Remember to eat breakfast.][Have you had lunch? I had oats again. It's too bland. I don't like it.][Can you come to the hospital to have dinner with me after work?][My wound hurts.][Anne, I miss you.]Anne read every message but did not reply to any of them.At the end of the workday, Connor immediately called her."What is it?" she asked, rubbing her tired forehead, her tone impatient.Connor trod carefully. "Anne, will you come to the hospital and have dinner with me?"Still unable to leave the hospital, he did not dare to bother her too much, afraid of annoying her. Yet, nearly a week of the month had passed, and every day, Anne only visited briefly before leaving.The lack of interaction l












Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments