Share

Bagian 5

"gimana dok?" Seru Leon setelah dokter yang memeriksa Yuki kembali dari ruangan.

"Anda siapa nya kalau boleh tau, ini masalah yang serius!"

"S-saya calon suami nya dok!" Ucap Leon mantap membuat Frans, bagas, Karin berserta Agam yang juga pada datang saling pandang, tapi mereka tak berani membantah sang bigboss.

"Baik, mari ikut saya!"

Leon mengikuti langkah dookter itu menuju ruangan. Sementara yang lainnya langsung memasuki ruang VVIP tempat Yuki dirawat.

Ck, bahkan hanya untuk tempat dirawat saja, Leon langsung memesan fasilitas terbaik. Bisa dibayangkan seberapa mahal nya biaya yang dikeluarkan Leon and jangan lupakan bagaimana ekspresi khawatir leleki itu tadi.

"Dia belom sadar juga!" Ucap Agam mendekati ranjang Yuki.

"Lo ngasih lagi ya Frans?" Tebak Agam lalu menatap Frans dengan tajam

"Dikit doang kok, tadi dia yang minta sendiri. Gue kasihan aja, gue gak nyangka efeknya sampe kayak gini!"

"Lo emang gadak otak bego!" Kesal Agam

"Udah deh, gak usah diperpanjang, yang penting Yuki masih bisa selamat!" Ucap Frans enteng.

Sementara Karin dan Bagas saling pandang dengan sorot wajah kebingungan.

"Emang Bos sebenarnya kenapa?" Ucap Karin kepo.

"Diam Lo!" Ucap Agam dan Frans berbarengan.

"Ciee, sehati-seiman sejiwa kalian berdua!" Goda Bagas.

"Ogah!" Ucap Agam dan Frans lagi -lagi berbarengan.

"Astagah, kalian emang berjodoh!" Teriak Karin. Tapi ia langsung menyumpal mulutnya yang menyadari bahwa mereka masih di ruangan Yuki.

"Lo mau dipecat sama bigboss Karin? Main teriak-teriak Mulut Lo, berasa punya teman gorilla gue!" Seru Bagas.

"Eh bocah, maksud Lo gue gorilla ya??" Seru Karin marah.

Bagas hendak membalas, namun urung karena mendengar sebuah suara.

"Keluar!"

Mereka berempat menoleh, lalu mendapati Leon yang masuk dengan wajah memerah. Kompak, mereka langsung keluar ruangan, namun tidak dengan Frans.

"Dia kenapa?" Seru Frans setelah memastikan ketiga orang tadi keluar.

"Gak ada yang serius, hanya kebawa stress aja kata dokter!" Ucap Leon datar namun dengan nada pengusiran.

"Ck, gue tau Lo suka sama dia. Jadi gue percayaan in dia sama Lo! Gue pergi dulu!"

Leon mendekat ke arah Yuki yang masih memejamkan matanya. Ia menitiskan air matanya lalu mengusap kening Yuki lembut lalu menciumnya.

"Yu- pliss, maafin gue ya! Gue gak tau!" Seru Leon berbisik.

Leon duduk di sebelah Yuki, ia bersalah telah membuat gadis itu masuk rumah sakit. Ia menyesal membentak gadis nya, ia merasa menjadi lelaki tolol sekarang.

***

Setelah mengganti baju nya, Leon kembali duduk di samping Yuki yang sudah sadar sekitar 1 jam yang lalu. Dan tentunya, setelah berhasil mengusir Karin, Bagas , Agam dan Frans yang tadi menjenguk Yuki.

"Makan ya Yu, biar cepat sembuh!" Ucap Leon lembut sambil menyodorkan apel yang baru ia kupas.

Yuki menolak, sama seperti ketika Leon memaksanya makan bubur.

"Yu, makan ya! Aaaaaa, aaaaaa!" Leon masih terus membujuk Yuki.

Yuki akhrinya membuka mulut lalu menelan apel barusan. Begitu seterusnya sampai Apel itu benar-benar habis, apalah daya seorang Yuki untuk menolak keinginan Leon?? Never be

Usai membersihkan peralatan nya. Leon kembali duduk di samping Yuki. Ia menatap Yuki dalam. Ia akui, Yuki memang sangatlah cantik. Bukan hanya luar nya saja, tapi hatinya juga. Itu lah yang menyebabkan Sosok seorang Leon bertekuk lutut hanya pada Yuki seorang. Selama ini, tidak ada gadis yang mampu memikat hatinya, namun ketika baru pertama kali melihat Yuki. Ia benar-benar sadar, bahwa gadis itu mencuri sesuatu yang haram untuk dicuri. Gadis itu sudah mencuri hatinya sejak dulu, dan hingga sekarang.

"Yu, aku minta maaf ya!" Seru Leon menarik tangan Yuki lembut.

Gadis itu diam, hanya menatap Leon tak berekspri.

"Yu, pliss jangan cuman Diam aja!"

Yuki terkejut merasakan tangannya yang tiba-tiba basah. Lalu ia melihat Leon yang memohon kepadanya dengan air mata yang keluar dari pipinya.

Yuki lemah

Ia paling anti dengan air mata, apalagi itu cowok. Yang ia tahu, hanya ayah nya yang dulu pernah menangis.

Yuki menghapus air mata Leon lalu tersenyum lembut kepada lelaki itu. Lelaki yang semenjak ia kuliah dulu selalu merecokinya, lelaki yang bisa dikatakan selalu melindunginya.

"Yu, pliss ngomong!" Ucap Leon sambil menggenggam tangan Yuki yang menghapus air matanya.

"Iya bang, Yuki maafin!" Ucapnya pada akhirnya.

Leon tersenyum lalu memeluk Yuki.

***
"Gue bakal tinggal di apartemen Lo!"

Yuki menoleh lalu melotot mendapati Leon yang masih saja mengatakan hal yang sama semenjak ia bisa pulang.

"Ogah!"

"Ralat, itu bukan pertanyaan tapi pernyataan!" Ucap Leon.

"Gak usah halu bos!" Kesal Yuki.

"Udah lah Yu, biarin aja lah. Gue bisa jamin keselamatan Lo meski tinggal berdua sama tuh curut!" Ucap Frans.

"Ah, Lo sama aja Frans!" Kesal Yuki.

Ia membuang pandangannya ke luar jendela. Membiarkan Frans yang menyetir dan Leon yang duduk di sampingnya.

15 menit kemudian

"Ayo Yu, udah sampai!"

Yuki memasuki apartemen nya diikuti oleh leon. Ia sebenarnya jengah, terlebih apa lagi ini?? Leon memaksa agar tinggal di apartemennya selama keadaan Yuki belum stabil. Berhadapan satu hari saja dengan nya sudah membuat emosinya naik-turun. Apalagi kalau tinggal serumah?? What the het yuki tidak tau apa yang akan terjadi kepadanya.

"Lo jaga dia, jangan macam-macam!" Seru Frans memperingati Leon.

Leon mengangguk patuh lalu menatap Yuki yang menatap mereka berdua kesal. Ia lalu menutup pintu setelah Frans pergi.

"Istirahat dulu gih!" Seru Leon menyadari Yuki yang masih memperhatikan nya sedari tadi.

"Atau, pengen gue temanin?" Seru Leon menaik-turunkan alisnya kembali menggoda Yuki.

Dejavu

Dugaan Yuki memang selalu benar, baru saja di detik ke 31- ia menghitung. And benar saja bukan? Leon pasti akan kembali menggodanya.

Yuki melewati Leon yang masih saja tetap menatapnya. Memasuki kamarnya lalu menguncinya. Tentu saja ia harus menguncinya, biar bagaimana pun. Leon itu tetap spesies buaya darat jadi ia lebih baik mencegah hal- hal yang kemungkinannya akan terjadi.

Yuki mulai memejamkan matanya, namun pikirannya tiba-tibah pindah haluan. Dengan kurang ajarnya, otaknya tiba-tiba memikirkan seorang Leon.

Entah lah, dulu sewaktu Kuliah. Yuki bahkan tidak tau apa yang menyebabkan Abang tingkatnya itu selalu mencari gara-gara dengannya. Karena seingatnya Yuki termasuk orang yang berada di zona nyamannya dan selama ospek pun, Yuki selalu menaati peraturan.

Namun, dengan tiba-tibanya setelah ospek. Leon datang secara tiba-tiba lalu selalu mengusiknya. Bahkan banyak mengira, mereka sedang pacaran. Big no, Yuki sama sekali tidak ada niat untuk pacaran.

Ia merasa aneh sendiri, Leon yang dikenal orang itu adalah Leon yang cueknya minta ampun. Namun secara tiba-tiba berubah 180 derajat. Ia menjadi sangat jahil, dan menyebalkan. Tapi, itu hanya berlaku untuk Yuki seorang. Finalnya , Leon memang menyatakan perasaannya pada Yuki tepat setelah laki-laki itu wisuda dan menyandang gelar wisudawan terbaik.

Tapi, Yuki tetaplah Yuki. Ia sama- sekali tidak memikirkan dulu tawaran Leon. Ia langsung menolak mentah-mentah dan berlalu meninggalakan lelaki itu.

Awalnya setelah Leon pergi, kehidupan nya menjadi tenang, sangat malah. Yuki juga bisa lebih fokus belajar setelah mengganti nomor handphone nya, and memang perjuangan Yuki tidaklah sia-sia. Ia juga berhasil menjadi mahasiswi dengan peringkat kumlaude.

And Yuki di tempatkan di pusat kementrian dan juga dengan jabatan yang tidak main-main.

Namun, siapa sangka?? Penempatan nya justru menjadi Boomerang baginya, ia kembali bertemu lagi dengan Leon namun dengan suasana yang sedikit berbeda.

Mereka seolah sudah di setting untuk dipertemukan. Leon yang menjabat sebagai Big-boss, dan dia sebagai ketua divisi. Satu tingkat di bawah Leon. Semenjak saat itu, Leon benar-benar menginterogasinya. Mulai dari kenapa ganti nomor, kenapa gak pernah balas surat lah, kenapa kabur waktu wisuda lah dan banyak lagi.

Namun, Yuki harus bisa propesional. Ia mulai terbiasa lagi dengan Leon yang berkeliaran di sekelilingnya.

***TBC***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status