"Kenapa sekarang aku jadi ragu-ragu kalau Sabrina akan sembuh.Perasaan apa ini ya Allah? Tolong aku ya Allah. Jangan biarkan aku jadi cemas seperti ini menghadapi kesembuhan Sabrina," gumam Fani dalam hatinya.
"Tetapi dok, apakah pasien masih mempunyai harapan dan apakah itu akurat, Dok?" tanya Fani penuh kecemasan.
"Dokter Fani, Anda bukannya meragukan jika pasien akan sembuh kan?" cecar Dokter Indra yang mulai merasakan jika Fani tidak menginginkan kesembuhan Sabrina.
Fani seketika panik
"E-ee, bukan, Dok, bukan, Dok.Maksud sa-ya, saya hanya ingin laporan yang akurat, Dok, tidak berandai-andai. Saya hanya takut jika keluarga besar sudah berharap dan kenyataannya tidak sesuai harapan," ucap Fani terbata.
Dokter Indra pun agak menarik Fani menjauh dari Doni dan para perawat.
"Begini dokter, apapun kejadiannya,itu mungkin saja. Tetapi, kondisi Sabrina saat ini sudah menunjukkan tanda-tanda yang positif.Probolitas Sabrina untuk sembuh sangat b
[Dan masukkan dia ke penjara karena dia sudah menduakan anak saya yang sedang koma!]"Pa, itu telepon dari siapa?" panggil Sinta.Martin pun seketika berbalik arah."Pa, kenapa sih harus marah-marah? Itu telepon dari siapa?" tanya Sinta.Wajah Martin seketika panik."Ah, dari kantor aja," sahut Martin menarik napas panjang."Mama lupa cerita sama Papa. Semalam Mama mimpi, Sabrina menangis. Dia menangis karena cincinnya terlepas dari jari manisnya," ucap Sinta menahan tangis."Dan dia minta tolong sama Mama ...."Rumah Bunda Sania"Mas Doni, kamu mau pakai yang polos atau yang bercorak dasinya?"Suara seorang wanita yang membawa beberapa pilihan dasi untuk dipilih Doni pagi itu.Wajah Doni seketika nanar menatapnya. Airmata itu berusaha ia tahan."Kamu mau pakai ya
"Doni, tunggu!" panggil Bunda Sania."Doni, tolong dong. Sekarang kan kamu sudah ada Fani. Berikan dia hak yang sama seperti yang kamu berikan pada Sabrina dong, Doni," bujuk Sania."Kamu harus sadar, tugas seorang suami itu memberikan nafkah lahir dan batin," timpal Prita."Itu namanya adil, Don," lanjut Sania.Bunda Sania pun mendekati Doni dan mencoba kembali membujuk putra kesayangannya itu."Doni, maafin Bunda, Doni. Tetapi ... masalah Sabrina nggak usah kamu khawatirkan. Karena sudah ada tim ahlinya yang menangani. Jadi apalagi yang kamu ragukan.""Pergilah berbulan madu, biar semua Bunda yang handle di sini," ujar Sania.Doni pun menatap Fani penuh tanya. Doni pun tidak bisa mengelak permintaan sang Bunda. Ia pun akhirnya mengikuti keinginan sang Bunda untuk berbulan madu.****Cuaca pagi ini memang tidak secerah bi
Doni dan Fani memutuskan kembali ke rumah lebih awal. Hati Fani sudah terkoyak. Memang bukan salah Doni, tetapi ia tidak dapat memungkirinya, hatinya sakit mendapati kenyataan jika ia selalu dibandingkan dengan Sabrina.Mobil yang dikendarai Doni akhirnya sampai di teras rumah mewah Sania. Fani pun berjalan cepat keluar dari mobilnya. Doni pun mengejarnya."Fani, tunggu. Kamu masih ingat kan dengan kesepakatan kita?".sergah Doni.Fani menunduk"Iya, Mas. Pembicaraan itu hanya akan menjadi rahasia kita berdua," sahut Fani.Fani dan Doni akhirnya berjalan beriringan memasuki rumahnya.Bunda Sania,Prita dan Dinda pun kaget melihat kedatangan pasangan pengantin baru itu sudah pulang di luar perkiraannya."Hei, Doni,Fani, apa Bunda nggak salah?Ada apa dengan bulan madu kalian? Kok sudah pulang sih?" tanya Bunda Sania."Maaf Bunda, aku nggak bis
Permasalahan Sabrina dan Doni juga kisah masa lalunya dengan Sania membuat Martin mencari sedikit hiburan dengan mendatangi sebuah cafe sendirian. Hanya duduk manis, memesan secangkir kopi hingga tanpa sadar, jam sudah menunjukkan pukul 20.45. Martin pun bergegas pulang.Sesampainya di rumah, terlihat lampu ruang tengah sudah terlihat mati karena sudah pukul 21.45., mungkin Sinta sang istri sudah tertidur. Martin pun menyalakan lampu dan ia dibuat kaget karena Sinta masih terduduk di kursi ruang tamu."Malam, Pa. Boleh tahu, malam begini Papa dari mana?" tanya Sinta penuh selidik. Tidak biasanya, sang suami pulang semalam ini.Martin terdiam, sejenak ia mulai berpikir."Bagaimana kalau istriku tahu kalau menantunya sudah menikah lagi? Dia pasti syok kalau tahu menantunya sudah menikah lagi," gumam Martin dalam hatinya."Kenapa diam, Pa?" tanya Sinta."Papa bicara dong, Pa.
"Astaghfirullahaladzhiim. Ya Allah.""Ya, Ya. Aku harus menghubungi dokter Indra," ucapnya yang kemudian berlari untuk menghubungi sang dokter.Rumah Bunda SaniaMalam itu Bunda Sania meminta Doni makan malam di rumah. Sejak pernikahannya dengan Fani, Doni terlihat dingin. Itulah mengapa Sania berusaha keras agar Fani dan Doni menjadi dekat layaknya pasangan suami istri."Mau ku tambahin, Mas?" tanya Fani yang duduk di samping suaminya."Ini semua Fani yang masak lo," sahut sang Bunda."Makanan kesukaan kamu. Bunda sampai lupa bilang," ujar Sania tertawa."Makasih ya, Fan. Kamu mau pulang cepat untuk mengurus semua ini," puji Fani."Ah, nggak, Mas. Ini sudah kewajiban aku sebagai seorang istri," jawab Fani santun."Hm, Bunda mau tinggalin kalian berdua ya. Bunda sudah janji mau menelepon Bu Rahmini ya," pamit Sani
"Sabrina, kamu mengalami kecelakaan mobil yang begitu hebat dan akhirnya kamu koma selama berbulan-bulan," terang Fani.Sabrina yang masih merasakan sakit kepala, kembali mengingat bagaimana peristiwa malam itu."Astaghfirullahaladzhiim ...."Sabrina pun menangis pilu. Menahan getirnya. Fani pun mencoba menenangkan sahabatnya itu. Airmatanya pun tidak dapat ia tahan lagi."Kamu cukup lama koma, Sabrina,"ujar Fani mengenggam tangan Sabrina."Kamu koma sangat lama, Sabrina. Kami selalu berdoa buat kamu agar kamu bisa segera cepat sembuh. Tidak terkecuali dokter Indra yang selalu menjaga kamu," ucap Fani menahan getir.Tangis Fani dan Sabrina pun pecah. Dua sahabat sejak di bangku kuliah itu akhirnya berpelukan." Tetapi, kamu juga pasti merawat aku selama di sini. Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku punya," ucap Sabrina memuji kebaikan sahabatn
Ya Allah, kuatkan aku. Kuatkan aku melihat kemesraan Mas Doni dengan wanita lain ...."Tidak ada kebahagiaan yang jauh lebih berharga ketika dapat memeluk Sabrina lagi. Wanita yang sangat ditunggu kesembuhannya oleh Doni.Fani yang tidak kuat melihat kemesraan Doni dan Sabrina akhirnya memilih perlahan mundur dan keluar dari ruangan SabrinaAirmata Fani pun luruh. Ia tidak sanggup lagi menahan bulir bening itu membasahi pipinya. Hatinya perih saat mendapati Sabrina kembali. Ia tahu, sebagai istri kedua, dirinya tak bisa menuntut banyak.Di dalam kamarnya, Doni begitu bersyukur karena doanya kini dikabulkan. Sabrina telah kembali. Pelukan hangat seorang wanita yang selama ini dirindukannya.
Prita membawa Sisil malam itu ke rumah sakit. Sisil mengalami demam tinggi. Karena takut terjadi sesuatu, bersama baby sister, Prita membawa Sisil ke rumah sakit.Saat sedang menunggu dokter yang memeriksa keadaan Sisil, Aryo pun datang tergesa."Sisil ....""Kamu kenapa, Nak?" tanya Aryo mengusap kepala Sisil.Prita yang egois, tanpa basa-basi lagi langsung memaki Aryo di depan si baby sister anaknya itu."Aryo, tunjukkan rasa simpati kamu pada Sisil. Bagaimanapun juga, Sisil itu kan anak kamu," pekik Prita yang berdiri di depan Aryo dan seolah menantang lelaki yang masih sah menjadi suaminya itu."Katanya kamu sayang sama dia. Tetapi, di saat Sisil butuh, kamu nggak pernah ada buat dia," gerutu Prita.Aryo hanya diam. Ia tidak ingin meladeni Prita dan bertengkar di hadapan Sisil. Anak semata wayangnya."Aku ke sini bukan mau ribut sama k