1O. BABAK PERTAMA PEMBALASAN
“Berdirilah, pak. Kerjakan kembali tugas bapak. Dan tolong katakan kepada pak hilman, untuk mengumpulkan seluruh karyawan di ruangan meeting, sekarang juga!” Perintahku padanya. Aku tidak pernah merendahkan para karyawanku. Mereka sama saja manusia seperti kita. Ayahku yang mengajarkan kepadaku untuk berbuat baik kepada mereka yang telah berjasa kepada perkembangan usaha. Tanpa mereka kita bukan apa-apa. Pesannya yang masih kuingat dan dilaksanakan hingga kini.
Kedua security itu telah pergi. Namun tidak dengan pria sontoloyo yang ada di hadapanku.
“Kenapa anda masih di sini? Apa tidak tahu pintu keluar?!”
“Jangan sombong! Tidak ada yang bisa memerintahku, kecuali pak arya. Tunggu, aku akan menghubungi beliau. Aku pastikan kau akan menyesal telah menghinaku!”
“Silahkan, aku tunggu!” Aku melipat kedua lengan di depan dada. Melengkungkan satu sudut bibir dan menunggu h
ARYA MENGIKUTIKUAku masuk ke dalam mobil dan membanting pintu. Sesak di dada menahan amarah. Arya wiguna benar-benar mengujiku. Sudah tahu salah, tapi tak juga mau mengakuinya.Pertarungan ini belum selesai. Namun aku sudah merasa lelah. Sekuat apapun, aku tetap seorang wanita yang lemah. Bayangkan saja, aku harus melawan pria yang sangat kucintai, seorang pria yang bersanding denganku hampir sembilan belas tahun. Itu bukan waktu yang pendek.Dulu aku selalu melayaninya, memanjakan dan membuat dia bahagia. Tapi kini, aku harus membuatnya sengsara dan terluka. Mampukah meneruskan pembalasanku ini. Ya Alloh, berilah hamba kekuatan.Menelungkupkan wajah pada kemudi. Tanpa terasa airmataku luluh juga. Aku menangis? Ya, wajarkah? Lalu apa yang aku tangiskan.Wajar. Kerena aku bukan malaikat. Aku tetap manusia yang mencoba mencari keadilan. Biarlah terus menangis. Tak perlu malu mengeluarkan suara tangisan. Toh takkan ada y
KEMARAHAN AYAHKUKubuka jendela mobil dan berhenti sejenak.“Sukurin, siapa suruh menghalangi jalanku!” Aku tertawa mengejeknya. Segera kulanjutkan perjalanan menuju rumah orangtuaku.Sesampainya di rumah ayah, aku mendandani rambut panjangku yang berantakkan. Karena tak membawa sisir, kubenahi dengan tangan. Saat aku melihat wajahku pada spion mobil, terlihat sangat pucat. Tak ada gincu yang menempel. Pakaian yang kukenakan juga sudah lusuh.Inikah penyebab suamiku berhianat? Terlalu pentingkah polesan pada wajah seorang istri yang sangat cape mengurus anak-anak dengan dua tangannya sendiri. Tak pernahkah para suami berpikir untuk membantu, bukan malah mencari pelampiasan di luar sana.Aku juga ingin cantik seperti wanita lain. Tapi salahkah aku yang berpikir kalau suamiku akan menerima apa adanya karena tak pernah cerewet meminta tambahan lebih. Apakah para lelaki tahu kalau pekerjaan seorang ibu sepertik
RESTU ORANG TUAAku memeluk ayah mencoba menenangkannya. Akupun merasakan ketenangan dalam pelukannya. Dengan susah payah menahan airmata, tapi luruh juga. Terisak di bahu yang kian menua tapi masih kokoh. Merasakan degup jantungnya yang kencang karena emosi yang meluap. Mengusap punggungnya hingga detak jantung itu tak lagi menguat. Semoga pelukanku bisa menenangkan emosinya.Merasakan tetesan hangat di punggung tanganku. Setetes, dua tetes hingga membuatku penasaran untuk melihatnya. Ini adalah airmata. Apakah ayahku menangis? Orang yang berhati baja dan paling benci dengan tangisan, kini mengeluarkan airmata. Begitu sesakkah dadanya. Begitu sakitkah yang dia rasakan melihat putri satu-satunya menderita.Kukecup airmata ayah. Takkan membiarkan airmata ini mengering. Aku mengepalkan tangan dan bersumpah Arya dan kroninya harus membayar mahal atas airmata pria yang sangat aku sayangi. Seorang pria yang telah memberikan putri satu-satunya
14. STEFANI KE SEKOLAH UMARDadaku bergemuruh. Kali ini kesalahannya benar-benar tak bisa termaafkan. Tak ada lagi pintu maaf untuknya.“Ayah, aku tegaskan kali ini. Aku sudah tidak mencintai lagi arya wiguna. Tekadku sudah bulat ntuk bercerai darinya. Saat ini aku akan menganggap dia sebagai orang lain supaya tak terikat lagi dengan sumpah pernikahan dan baktiku kepadanya. Arya wiguna, aku membencimu!” teriakku dengan keras. Kemarahan berbalut kesedihan kembali meluruhkan airmata.“Baiklah, ayah akan membantumu. Jangan menyesal kalau nanti Ayah membunuhnya!”“Tidak, ayah! Kematian bukanlah cara yang terbaik. Aku ingin pria penghianat itu merasakan apa yang aku rasakan. Sakit hati, kesal, marah, kecewa dan semua rasa kesedihan. Aku akan membuatnya miskin dan meratapi perceraian kami. Dia akan meratapi menjadi duda miskin dan ditinggalkan oleh istri mudanya. Aku akan membuatnya menyesal seumur hidupnya.. Itulah sumpahku!&rdquo
TERKUAK HUBUNGAN STEFANI DAN UMARMeghentikan mobil dengan perasaan lega. Setelah bergelut dengan waktu akhirnya sampai juga. Hanya terlambat lima menit, kedua putra kembarku pasti belum keluar. Menepikan mobil, dan menatap ke arah sekolah. Para murid sudah berhamburan keluar.Mengembangkan senyuman saat melihat kedua putraku. Umar dan amir kebanggaanku. Satunya mencintai taekwondo satunya lagi ahli memanah dan penembak jitu. Walau keduanya mempunyai hobby yang berbeda, tapi stamina fisik keduanya sangat sempurna menurun dari suamiku. Kuakui, mas arya memang sempurna. Tapi sayang kelakuannya minus.Tunggu, kulihat seperti seorang wanita muda mendekat ke arah kedua putraku. Seperti tak asing dengannya. Aku mendekat ke arah mereka dan menyembunyikan diri di balik pohon yang berada di dekat mereka. Saat melihat dari dekat, membuatku terkejut. Wanita itu adalah bu arya. Untuk apa dia menemui putraku. Apakah ibu mertuaku yang menyuruhnya
MELEDAKNYA EMOSI MIRANTI“Hati-hati, Mah. Stefani sangat licik. Dia bahkan pernah menjebakku dengan memberi obat tidur dalam minumanku, supaya aku mengakui kalau bayi yang ada dalam kandungannya itu adalah anakku! Padahal dia sendiri yang sudah menjual diri pada om-om!” ucapan umar tak mengagetkanku. Walau tadi aku belum begitu jelas mendengar dari mulut buaya betina itu.“Mamah mengerti cara menghadapinya. Menyingkirlah!” perintahku tegas pada kedua putraku.“Miranti, bagaimana caramu menghadapiku. Kau hanya bisa bersembunyi di balik ketiak putra-putramu! Dan suamiku mas arya, juga sering bercerita kalau kau tak lagi menggairahkan. Tubuhmu tak lagi menarik. Banyak gelambir di sana sini. Dan bau apek tak harum seperti diriku. Bagian kewanitaanmu juga tak lagi membuatnya berselera. Mas Arya sendiri yang bercerita kepadaku, Kalau daerah itu sudah ‘tak enak’ lagi. Berbeda dengan diriku yang masih leg
KEKESALAN MIRANTISaat aku sedang menyelesaikan administrasi, mendengar ada keributan di luar. Tak peduli, toh bukan urusanku. Setelah selesai, segera keluar klinik. Namun aku dikejutkan oleh segerombolan pria yang berusaha menghadang jalanku.“Nah, ibu ini yang sudah berusaha menculik wanita dalam mobil itu!” Kata salah satu orang dari mereka. Orang itu adalah penjual air mineral. Aku yakin Stefani sedang berusaha memfitnahku.“Tunggu! Saya tidak menculiknya.” Jawabku santai, malas berurusan dengan mereka. Kalau tidak aku selesaikan, stefani akan jadi pemenangnya. Lihat saja stefani, apa yang akan aku lakukan padamu.“Mana ada maling ngaku. Ayo kita bawa saja ke kantor polisi!” Ucap salah satu orang dan di setujui oleh yang lain.Aku harus tetap tenang, walau rasanya lelah sekali tubuh ini. “Apa wanita tadi berteriak?”“Iya, dia meminta pertolongan kepada ka
MENGURUS SI PELAKOR“Stop!” kututup telinga. Kupingku terasa panas mendengar ocehannya. Menghentikan mobil di pinggir jalan. Kutatap wajahnya dengan tajam. Aku benci sekali melihat wajah yang sok cantik itu. Kuraih rahangnya dengan kasar, lalu menengadahkan wajahnya menghadapku.“Kau tetap merasa tidak bersalah?”“Lepaskan aku!” stefani terus berteriak.”Kau salah, karena tujuan awalmu sudah tidak benar! Cintamu yang ditolak oleh anakku lalu mengincar papahnya. Bagiku itu sangat menjijikkan! Dan kau juga menyalahkanku atas dosa kalian! kau pikir kau cantik? Itu karena polesan. Aku akan buktikan padamu kalau aku lebih menarik darimu!” kulepas rahangnya dengan kasar.“Apa yang bisa kau banggakan wanita bunting?! Tubuhmu lebih mirip dengan gajah!”Kurangajar. Kuangkat tanganku ingin memukulnya. Kuurungkan niat. Tak ingin mengotori tangan untuk wanita liar sepert