Share

Mengibarkan Bendera Perang

"Nya, kita beneran minta maaf tentang semalem."

"Nggak butuh klarifikasi!" ketus Kamila sembari menghindari Cici saat menjemur pakaian dalamnya yang semalam tercecer di kolam berenang.

"Saya sama Wati sebenarnya pengen bantu, cuma kita takut dipecat."

"Bodo amat."

"Ayolah, Nya. Jangan ngambek. Lain kali kita bakal usahain bantu semampunya," bujuk Cici seraya terus-menerus mengikuti pergerakan Kamila dari jemuran satu ke jemuran lainnya.

"Nggak percaya."

"Please, Nya. Kalau Nyonya mau maafin nanti saya bantu ngambil diem-diem laptop Nyonya yang diambil paksa sama si Kuyang waktu itu. Kan, di sana banyak data-data penting Nyonya."

Deg!

Segala kegiatan Kamila langsung terhenti saat itu juga. Dia berbalik menghadap Cici dengan sorot serius yang kentara.

"Laptop? Diambil si Kuyang?"

"Iya. Kenapa tiba-tiba amnesia, sih? Tuh, laptop, kan sering banget Nyonya bawa ke mana-mana."

Kamila menghela napas panjang.

Asumsinya langsung melayang menghubungkan antara kecelakaan, kebencian, juga ra
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status