Tujuh hari telah berlalu, tanpa terasa. Arsenio yang sempat menjalani perawatan di Sky Blue Hospital, Dokter pun menyatakan ia sudah diperbolehkan pulang. Arsenio senang riang gembira karena selama tujuh hari terakhir mengurung diri di kamar rumah sakit atas perintah ayahnya sendiri. Jenuh serta bosan melanda. Pemandangan yang disuguhkan itu-itu saja, tidak jauh dari kamar pasien, Dokter, perawat dan aroma obat. Paling taman. Itupun Arsenio tidak boleh berlama-lama dan harus dengan pengawasan para bodyguard.Arsenio sudah berada di dalam mobil, duduk santai menikmati perannya sebagai Tuan Muda Keluarga Guan. Bastian berada di kursi kemudi, memegang kendali. Arsenio menggerakkan ibu jarinya ke atas ke bawah, memainkan layar ponsel. Berselancar di sosial media. Mencari informasi yang dalam beberapa hari terakhir tidak banyak ia telusuri karena Alexander Guan melarangnya.Terdengar sebuah kalimat umpatan, "Dasar, wanita licik. Hobinya mengganggu orang saja."Bastian mendelik, melalui k
[NEW QUEST][Menangkan Casino di Berlian Hotel.][Semakin banyak kau menang, maka semakin besar kau mendapatkan hadiah.][Hadiah mulai, 10 juta dollar hingga 50 juta dollar.][Bonus kejutan, Poin Kemenangan dan Poin Aksi.][Mendapatkan poin tertinggi, maka kau berhak mendapatkan senjata baru.]Sepasang netra itu melebar sempurna. Layar notifikasi menghilang beberapa detik kemudian. Arsenio termangu cukup lama. Menelaah kembali isi notifikasi tersebut.Bermain Casino? Seumur hidupnya tidak pernah sekalipun menyentuh yang namanya Casino. Apa itu Casino, tidak dapat terbayangkan di benaknya. Arsenio begitu awam. Bermain Casino, artinya bertemu bos-bos besar. Arsenio hampir merasa prustasi, seandainya Bastian tidak datang menegur."Tuan Muda." Sapaan Bastian menyadarkan Arsenio dari lamunannya."Iya," singkatnya membalas dan berbalik badan. Sepasang netra hazel itu, menatap sejajar Bastian yang hanya berjarak kurang dari dua meter itu. "Mengapa Tuan Muda berdiri di sini? Apa ada sesuatu
"Aku bertaruh 200 juta dollar!" seru Arsenio sambil membanting tumpukan uang dengan nominal yang tidak main-main itu di atas meja. Semua mata tertuju kepadanya. Para wanita seksi itu, memberikan tatapan menggoda. Menggigit bibir bawah dan mengedipkan sebelah mata. Namun, Arsenio sama sekali tidak tertarik, malah mengalihkan pandangan ke sudut lain.Bagi Arsenio, wanita modelan mereka bukanlah seleranya. Jangankan untuk menyentuh, memandang pun malas. "Baiklah, Tuan. Ayo, pasang angka Anda sekarang!" Pria itu meneriaki Arsenio dengan antusias. Kapan lagi, ada pemain yang memasang taruhan, di atas nominal awal. "Sudah! Aku bertaruh di angka 15!" Arsenio menjawab santai, penuh percaya diri sambil tersenyum sinis.Berkat Sistem Mafia yang dimiliki, Arsenio mampu melihat ke dalam tabung itu dan tentu angka yang ada di dadu.Tiga dadu sama-sama mengeluarkan angka lima, yang artinya lima belas. Itulah mengapa, Arsenio menaruh uang 200 juta dollar itu di atas nomor 15.Entah ini sebuah an
"Adakah di sini yang berani bertaruh 1 Milyar Dollar denganku?!" Arsenio menantang para pengunjung hotel berdompet tebal di sana. Di antara mereka tidak ada satupun yang menjawab atau menerima tantangan Arsenio yang terbilang nekad dan gila. 1 Milyar Dollar, bukanlah jumlah yang sedikit. Mungkin, hanya orang-orang tertentu saja yang berani mengeluarkan uang sebanyak itu."Ada!" Seseorang pun berteriak lantang dari arah belakang Arsenio, sambil mengangkat sebelah tangannya, sedangkan tangan lainnya sengaja disembunyikan di dalam saku celana. "Aku berani bertaruh 2 Milyar Dollar!" teriaknya lagi, ketika seluruh pasang mata mengarah padanya. Termasuk Arsenio dan Bastian.Arsenio menatap lekat pemuda itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Jika dilihat-lihat lagi, kira-kira usia Pemuda itu sebaya dengannya. TRING!Layar notifikasi pun muncul, seperti biasa memunculkan sebuah informasi.[NEW DATA][Nama: Leonardo][Nama panggilan: Leo atau Kucing Hitam][Usia: 30 tahun.][Skill: 200
"Jadi ini adalah rencana kalian untuk menjebakku, ah?" Tatapan dingin mengisyaratkan keseriusan. Bahkan hembusan napasnya mengandung kemarahan dan dendam dalam satu waktu. Leonardo bergeming begitu juga dengan Malik, masih duduk santai di tempatnya sambil menikmati tontonan gratis yang tersaji. Kedatangannya memang untuk melihat-lihat saja. Namun, anak buah yang dibawa tidaklah main-main. Di kepung dari segala arah, tidak mematikan akal Tuan Muda dari keluarga Guan itu. Arsenio bergeming sambil menghitung jarak setiap anggota Setan Merah dan Kampak Kembar yang mengepung.Setiap incinya tidak luput dari perhatian. Satu per satu data bermunculan. Arsenio tersenyum miring dan bersorak kemenangan dalam hati, saat mendapati bahwa musuh yang ada di depan mata hanyalah mafia kelas rendah. Skill dan stamina mereka bukan apa-apa. Meski senjata yang mereka bawa laras panjang. Beberapa menit memindai data, "Sekarang!" Teriakan terdengar ambigu.Gerakan tanpa keraguan, Arsenio balik menggengga
"Tidak akan kubiarkan kau keluar dari tempat ini hidup-hidup!" Malik menghadang bersama beberapa anak buahnya yang bersenjata.Arsenio menahan tawa, "apa kau yakin, mampu menahanku lebih lama di sini?"Belum sempat Malik mengartikan sepenuhnya kalimat itu, Arsenio sudah lebih dulu berlari cepat ke arahnya. Kemudian telentang karena lantai yang dipijak begitu licin, memudahkan Arsenio meluncur meski tanpa alat sekalipun. Persis film-film di layar lebar. Ketika jarak hanya beberapa jengkal saja, Arsenio memutar kedua kakinya cepat. Kemudian berdiri dengan stabil. Di waktu bersamaan, dia melayangkan pukulan serta tinju kepada setiap anak buah Malik.Saking kerasnya pukulan dan tinju, mengakibatkan mereka kehilangan konsentrasi.Senjata yang dibawa seolah hanya hiasan belaka karena kenyataannya, tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil menarik pelatuk. Gerakan bela diri Arsenio yang lincah, cepat dan mengandung banyak tenaga dalam, membuat mereka kesulitan menghindar. Ada yang mencob
Beberapa menit sebelum insiden mobil menerobos pembatas jalan dan terjun bebas ke sungai yang ada di bawahnya."Pergi kemana mereka?!" Sekuat tenaga dan pantang menyerah, Leonardo mengejar Arsenio yang sudah lebih dulu melarikan diri itu.Ingatan serta penglihatan yang dimiliki begitu tajam, sehingga ia hafal plat nomor mobil yang Arsenio dan Bastian kendarai. Kemampuan Leonardo dalam mengendarai mobil tidak kalah hebat, hampir menyamai pembalap F1, padahal tidak ada darah pembalap mengalir dalam raga. Leonardo menyalip kendaraan demi kendaraan di depannya tanpa kesulitan. Kecepatan mobilnya menembus angka 100 km/jam. Padahal kondisi jalanan malam ini cukup ramai. Leonardo tidak merasa risih sama sekali. Setiap incinya sudah diperhitungkan."Itu, mereka!" Leonardo berseri-seri karena setelah beberapa menit berlalu dan bergelut dengan jalanan beraspal Sky Blue City, ia melihat mobil Arsenio melaju cukup kencang juga.Leonardo tidak melepaskan kemudinya. Namun, ia juga tidak mengalihk
"Ada apa ini? Mengapa kalian berkumpul di sini?"Pertanyaan tersebut, sontak membuat panik semua orang. Terutama Arsenio, baru saja keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu, kini sudah mengalami cidera lagi. Entah bagaimana reaksi sang ayah setelah melihatnya?Alexander Guan memasuki ruangan dengan dibantu Cale karena beliau duduk di kursi roda. Pria paruh baya itu, baru saja pulang setelah perjalanan bisnis beberapa hari terakhir.Raut wajah Alexander Guan, seketika berubah tatkala melihat Arsenio bertelanjang dada, tepat di belakangnya ada Bastian, serta beberapa kotak obat tergeletak di atas meja, menimbulkan pertanyaan besar di benak."Apa yang terjadi?" Pertanyaan yang sama lolos begitu cepat dari mulut Alexander Guan. Semua tertunduk kecuali Arsenio."Ayah ... Ayah sudah pulang." Langkahnya tertatih-tatih dan terseok tanpa dibantu Bastian karena ia yang meminta, lalu menghampiri Alexander Guan yang berjarak lima meter di sana. "Mengapa jalanmu seperti orang pincang?"Pertany