Share

RESTLESS

Author: DRoss
last update Last Updated: 2021-05-10 06:02:07

"Ashton! Kemarilah, Nak." panggil Erin saat pintu depan rumahnya berderit disusul suara langkah kaki.

Ash segera menegakkan tubuhnya setelah berhasil menutup rapat pintu –dihampirinya Erin dengan langkah panjangnya. "Maaf, Bu. Aku lupa kalau hari ini kita punya acara makan malam bersama." jelasnya.

Erin segera memeluk putranya sambil lalu mengucap selamat disertai serangkaian doa dan harapannya pada sang sulung.

Ash bergeming. Ia mengeratkan pelukannya pada Erin.

"Aku hampir membuat keributan, bu." lirih Ash.

"Apa kau membuat keributan di Mitchell Hills, Ash?" Erin penasaran.

Di sepersekian detik berikutnya Ash melepaskan pelukannya, –menatap ke dalam netra sendu milik Erin.

Alih-alih menjawab, Ash balik bertanya, "Bagaimana ibu bisa tahu?"

Erin mengusap lembut puncak kepala Ash seraya mengulas senyum saat netranya bertemu dengan manik legam milik Ash. "Jawab saja, sayang. Aku hanya butuh jawaban."

"Seorang purebloods berhasil mengubah Archie menjadi seorang hybrid. Dan di dalam rumah itu ada tiga orang purebloods. Aku kira purebloods yang ada di dalam rumah itu adalah pelakunya." jelas Ash dengan kepala tertunduk.

"Apa kau bilang, Ash?! Hybrid?! Archie menjadi seorang hybrid?!" cecar Erin; ia hampir memekik saking terkejutnya mendengar semua penjelasan Ash.

Ash memberikan anggukkan kecil sebagai jawaban. Mengiyakan semua pertanyaan Erin.

Dari lantai dua, terdengar suara langkah kaki saling bersahutan menuju ke tempat mereka berada. Gabe menghambur menghampiri Erin lalu menatapnya dengan khawatir.

"Ash! Kau menakuti ibu?!" Gabe meninggikan suaranya saat netranya bertemu dengan milik Ash.

Ash berdecak. Kesal. Ia melipat kedua tangannya seraya melemparkan tatapan nyalangnya pada sang adik.

"Apa kau sadar dengan pertanyaanmu, Gabe?" tantang Ash.

"Boys, stop it!" Erin segera menengahi sebelum kedua anak laki-lakinya itu mulai berdebat.

Gabe mendengus. Entah mengapa ia jadi ikut-ikutan kesal. Di detik berikutnya ia menghela napas gusarnya –meredam kekesalannya –berusaha bersikap tenang.

"Aku mendengar ibu menyebut-nyebut soal Archie dan hybrid!" seru Gabe to the point.

Ash mengusap kasar wajahnya. Ia berniat menyembunyikan hal itu dari Gabe, namun terlambat. Secara tidak langsung Gabe sudah mendengar inti percakapan antara dirinya dan Erin.

Mau tidak mau, Ash harus menceritakan semuanya pada Gabe demi meminimalisir kesalah pahaman. "Okay. Akan ku ceritakan." pasrah Ash.

Dengan dagunya ia memberi isyarat pada Gabe untuk duduk di sofa.

Setelah semua orang menyamankan diri masing-masing, Ash pun angkat bicara,

"Archie yang kita kenal sekarang... Adalah seorang hybrid." lirihnya.

Ia menaikkan pandangannya, menatap Erin dan Gabe bergantian. "Iris matanya kuning menyala saat ia berubah." jelasnya. "Wujudnya masih persis seperti kita..." Ash kembali mengambil jeda; seluruh atensinya tertuju pada Gabe yang berhadapan dengannya.

"Saat berubah, tubuhnya tak mengeluarkan aroma hangat." sambungnya lagi.

"Pergerakannya juga tidak dapat diprediksi, 'kan? Seperti seorang vampire." timpal Gabe; seolah meminta pembenaran atas apa yang ia pikirkan saat itu.

Ash mengangguk. Mengiyakan pertanyaan Gabe.

Gabe tersenyum sembari memiringkan kepalanya saat manik legam mereka bertemu, seolah ingin menyampaikan sesuatu. Namun Erin tiba-tiba melingkarkan tangan kirinya di leher Gabe.

Gabe terlonjak kaget. "A-ada apa, bu?! Bikin kaget saja." protesnya sedikit terbata.

"Jawab aku, Gabe! Apa kau pernah menginjakkan kakimu ke tanah Eastwood atau Dark Forest?" tanya Erin to the point.

Gabe mengangguk. "Keduanya, bu. Aku pernah menginjakkan kakiku di dua lokasi itu." jawab Gabe  tenang.

Erin mendesah pasrah. "Baiklah. Katakan padaku! Mengapa kau pergi kesana? Padahal semua tetua sudah melarangmu untuk menginjakkan kedua kakimu di dua tempat itu," cecar Erin setelah melepaskan cengkramannya pada Gabe.

Gabe membenarkan posisi duduknya, seraya menatap Ash dan Erin bergantian. Keduanya terlihat khawatir.

Bagaimana tidak? Eastwood dan Dark Forest adalah dua tempat rawan yang masuk kedalam daftar tempat terlarang bagi para werewolves beta atau werewolf yang masih muda. Seperti Gabe dan Archie.

Eastwood atau pun Dark Forest adalah kota mati, dan merupakan wilayah kekuasaan para purebloods yang sangat anti dengan para werewolves. Tak akan ada werewolves yang bisa keluar dari sana dengan selamat.

"Aku hendak menyusul Lyla ke Northernwood. Aku dan Archie tersesat dalam perjalanan. Rutenya terasa berputar tanpa ada ujungnya, dan entah bagaimana kami memasuki wilayah Dark Forest. Karena kami merasa Dark Forest cukup aman, kami terus menyusuri pinggirannya.

Menurut Lyla, kita bisa sampai ke Northernwood jika memutar lewat Dark Forest. Lalu..." Gabe menggantung kalimatnya. Ia nampak ragu untuk menyelesaikan ucapannya saat melihat iris legam Ashton telah berubah warna –kuning menyala –terang.

"Cepat ceritakan semuanya, sayang." pinta Erin lirih.

Gabe menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan, ia pun menundukkan sedikit kepalanya saat netranya kembali bertemu dengan milik Ash.

"Lagi-lagi kami salah memilih jalur. Dan yang pertama kali memijakkan kedua kakinya di pintu masuk menuju Eastwood adalah Archie. Lalu saat kami hendak meninggalkan tempat itu, seseorang dengan rambut sedikit ikal menarik Archie dan meminumkan darah yang menetes dipergelangan tangannya ke mulut Archie." jelas Gabe panjang lebar.

Ash membenarkan posisi duduknya, lalu mengepalkan kedua tangannya. "Kau melihat jelas 'kan bagaimana wajah vampire itu?!" tanya Ash pada Gabe; ucapannya terdengar begitu mengintimidasi.

Gabe memberikan sebuah gelengan samar. "Aku tidak melihatnya dengan jelas. Aku hanya ingat rambut ikalnya yang sedikit basah dan tahi lalat diujung hidungnya." imbuh Gabe.

Erin membulatkan matanya, ia mengusap wajahnya dengan gusar seolah tahu siapa orang yang dimaksud Gabe. Untungnya Ash tidak melihat langsung kegusaran yang ditunjukkannya.

Untuk saat ini Erin merasa lega karena tidak berkewajiban memberitahukan siapa orang tersebut. Ia hanya perlu mengulur waktu dan membereskan semuanya dengan caranya sendiri.

"Apakah pemilik Mitchell Hills adalah orang-orang mencurigakan, Ash?" Erin akhirnya angkat bicara setelah berhasil menghilangkan kegusarannya.

Ash menggeleng, lalu menjawab, "Maaf, bu. Aku lupa bertanya." jawabnya.

"Mungkin kau memang benar-benar lupa. Bukan lupa bertanya. Bukankah biasanya seperti itu?" ejek Erin.

Gabe tertawa sarkas saat mendengar Erin mengejek kembarannya. Tawa tersebut berhasil membuat Ash melemparkan lirikan sinis ke arahnya.

Gabe berdeham seraya membenarkan posisi duduknya dan kembali menyamankan diri pada sofa abu-abu yang didudukinya sejak tadi.

"Well, aku tahu siapa pemilik baru Mitchell Hills, bu," ucap Gabe pada Erin. "Argent. Mereka adalah Keluarga Argent." lanjutnya.

"Argent?"

"Ya. Argent, bu."

Erin menelan salivanya. Terkejut bercampur bingung. Meski begitu Erin berusaha mengatur ekspresi juga tutur katanya, sebab ia tak ingin kedua putranya menangkap kebingungan yang tengah melanda dirinya.

"Apa ada sesuatu yang terjadi? Mereka kembali ke sini setelah sepuluh tahun kepergian Dennis." batin Erin.

"Bu?" panggil Gabe.

"Bu? Ada apa?" Ashton nampak penasaran.

Alih-alih menjawab, Erin bergidik –menyapu pandangannya ke seluruh sudut ruangan lalu mengalihkan seluruh atensinya pada jam bulat putih yang melekat pada dinding berwarna senada.

Ia pun membuat sebuah alibi agar kedua putranya tak mencurigainya sehingga ia bisa kembali ke kamarnya tanpa ditahan oleh pertanyaan atau apapun itu.

"Sudah larut. Istirahatlah." anjur Erin pada Ash dan Gabe sembari mengarahkan telunjuk kanannya pada jam dinding tadi.

Jarum pendek mengarah ke angka 1, sementara jarum panjangnya berada di sisi berlawanan.

"Ibu juga istirahat." pinta Ash sembari merangkul dan mengecup pipi kanan Erin. "Selamat istirahat." sambung Ash.

"Selamat malam, sayang."

Ashton pun beranjak setelah menerima dekapan hangat dari sang ibu.

"Aku sudah mengganti lilin di kamar ibu dengan aroma lavender. Nyalakan, dan tidurlah dengan nyenyak." jelas Gabe panjang pendek.

Erin mengangguk lalu mendekapnya hangat. "Terima kasih banyak, sayang."

Dengan tergesa Gabe pun menyusul sang kakak. "Ash, tunggu!" seru Gabe lantang.

***

Erin berbaring di atas kasur –memandangi langit-langit kamarnya yang nampak begitu kosong. Seperti dirinya.

Di sepersekian detik berikutnya ia tersenyum, lalu bermonolog, "Dennis." panggilnya.

Ia ulurkan tangan kanannya, lalu diremasnya sprei putih yang membalut tempat tidurnya –seolah menggenggam tangan mendiang suaminya.

"Gabe dan Archie menginjakkan kaki mereka di tanah Eastwood." Erin menjeda kalimatnya; menghela napas gusarnya sembari menutup mata.

"Anak didik kesayanganmu bukan lagi werewolf murni, Dennis." Erin menoleh ke sisi kanannya, –membuka matanya kemudian tersenyum –seolah Dennis bersamanya.

"Dia telah menjadi seorang hybrid. Dan... Orang yang mengubahnya menjadi hybrid dan orang yang telah membunuhmu adalah orang yang sama, Dennis." Erin kembali menggantung kalimatnya.

"Skarsgard. Damien Skarsgard."

Ia mengulas senyum seraya mengusap bawah matanya yang terasa basah. Sesak. Tak ada yang tahu siapa pelaku yang tega menghabisi nyawa suaminya selain dirinya dan Charles Argent.

Ingatan mengerikan malam itu kembali melintas setelah sekian lama ia kubur dalam-dalam.

Air matanya kembali jatuh bersama dengan isakan yang tertahan. "Dennis... Aku membutuhkanmu." batinnya. "Aku merindukanmu."

***To be continue***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • MEZZALUNA [Indonesia]   EPILOGUE

    Sejak kejadian hari itu Lyla tak pernah muncul di manapun, bahkan nomer ponselnya tak aktif. Bahkan bibi, paman, juga kakak sepupunya tak pernah tahu Lyla pergi ke mana. Yang mereka tahu, malam itu Lyla hanya berpamitan untuk pergi menemui seseorang dengan berbekal long coath ungu kesayangannya.Tiga bulan lamanya, seluruh anggota kepolisian dikerahkan untuk mencari Lyla. Namun seharipun, segala usaha yang mereka lakukan tak membuahkan hasil. Nihil.Dan pada akhirnya, seluruh anggota Keluarga Justice menyerah untuk mencari Lyla. Namun mereka tetap memasang iklan berbayar yang ditayangkan di seluruh stasiun Televisi Nasional dan Swasta tentang hilangnya salah satu anggota keluarga mereka.Di sisi lain, Archie yang masih belum bisa mengurangi rasa sukanya pada Malia memilih untuk mengencani gadis manapun. Hingga hari ini, identitas baru Archie sebagai seorang Hybrid masih dirahasiakan —tidak diungkapkan secara terang-terangan. Hanya saja, ketika ada yang bertanya, ia akan men

  • MEZZALUNA [Indonesia]   DEAD END

    Ash memberikan seluruh atensinya pada Rosalie, mengunci tatapannya pada wanita berpakaian serba merah di hadapannya. Ia tahu, meski Rosalie tampak pasrah, sebagai seorang ibu, Rosalie ingin mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk menemukan di mana jasad putri kesayangannya berada.Saat itu juga, setelah masing-masing memberi anggukkan sepakat, mereka berpencar menyusuri hutan pada garis lurus —sejajar demi memudahkan titik temu saat mereka menemukan apa yang mereka cari. *** Di Kastil Skarsgard Gabe bersama dua kawanannya tampak khawatir menyaksikan sebagian gedung kokoh itu ambruk sebagian. Tidak seperti yang dikatakan Loui sebelumnya. Alih-alih dilalap si jago merah, bangunan klasik itu justru luruh sebagian.Sang Beta mengelilingi setiap sudut bangunan kastil, mencari jalan masuk aman sekedar untuk memberikan pertolongan pada si sulung Argent yang masih berada di dalam sana.Saat ia hendak membawa keempat tungkainya memasuki salah

  • MEZZALUNA [Indonesia]   ALREADY GONE

    Rosalie hanya mengangguk ketika mendengar segala macam informasi yang disampaikan pria bertubuh tinggi besar di hadapannya.Ia mengabarkan tentang perkelahian yang terjadi antara Ash, Damien dan Leona. Dan sang gadis menjadi satu-satunya korban dalam kejadian tersebut.Sementara Stefan juga Charles hanya bisa menghela napas, Malia menjadi satu-satunya yang meneteskan air mata, serta Luca tampak begitu marah ketika mendengar seluruh rentetan kejadiannya."Bagaimana dengan Loui?" tanya Malia pada pria besar di hadapan mereka.Sang gadis tampak begitu mengkhawatirkan keadaan si Sulung Argent yang kini telah menjadi bagian dari Keluarga Skarsgard."Apakah Loui baik-baik saja di sana?" tanya Malia lagi.Pria itu bungkam, tak bisa memberikan jawaban pasti pada gadis bertubuh mungil di hadapannya, sebab ia belum sempat memasuki Kastil Skarsgard ketika tiba di depan perbatasan.Di sepersekian detik berikutnya ia mengendikkan bahunya, lantas memberikan sebu

  • MEZZALUNA [Indonesia]   ALMOST DONE - II

    Dengan tenang Loui melepas cengkraman Irina dalam satu kali sentakan, lantas menarik selembar penutup besi di sisi tungku —menutup lubang tersebut dengan segera.Dalam sekejap lubang besar itu tertutup sempurna. Loui hanya bisa mendengar teriakan Irina setelah tungku perapian itu berhasil disumpal lembaran besi tebal."Maaf, Irina. Ini bukanlah hari kematianku." monolog Loui sebelum akhirnya ia beranjak menuruni tangga dan mencari sisa penghuni kastil tersebut. Lucien, dan Victoria tentunya.***Hutan yang sebelumnya dijadikan tempat bertarung oleh Ash dan Damien kembali hening seperti sebelum tersentuh oleh keduanya. Hanya terdengar suara kicauan burung hantu ketika malam bertugas menggantikan segala kicauan riang yang hanya muncul ketika langit terang.Sepasang kaki memasuki hutan, sesekali menghentikan langkahnya sembari memperhatikan sekitar —memindai setiap sudut yang ada.Sang pemilik tungkai kembali bergerak menuju sat

  • MEZZALUNA [Indonesia]   ALMOST DONE - I

    CRASH!Damien memisahkan kepala sang gadis dari tubuhnya dalam satu tarikan kuat. Di saat yang sama Ash berbalik. Tubuhnya mematung melihat sebelah tangan Damien memegangi kepala sang gadis yang telah terpisah dari tubuhnya."Take this!" Damien melemparkan kepala sang gadis pada Ash yang tengah mematung di sebrang sana. "Have fun with her!"Damien tertawa. Suara husky-nya menguar, memenuhi segala keheningan dan kegelapan yang mulai menyelimuti hutan.Ia masih enggan meninggalkan tempat tersebut —ingin melihat reaksi seperti apa yang akan ditunjukkan sang Alpha ketika melihat gadisnya sudah tak bernyawa karena ulahnya.Ash spontan menangkap apa yang dilemparkan Damien ke hadapannya. Dipeluknya, lantas dipandanginya wajah sang gadis yang terlihat jauh lebih pucat. Diusapnya kelopak mata sang gadis yang semula tertutup.Beberapa detik setelah Ash membawa tungkainya ke tempat di mana tubuh sang gadis tumbang. Dengan tangannya yang gemetar, san

  • MEZZALUNA [Indonesia]   VERSUS

    "Pulanglah. Aku tahu apa yang harus kuperbuat."Suara baritone itu terdengar tegas dan dalam. Lain dari biasanya. Tidak seperti Ash yang dikenalnya. Bahkan sorot tajamnya tampak lain. Gelap. Seperti yang ditunjukkan Damien ketika menyaksikan segala keintiman yang mereka tunjukkan di hadapannya.Tanpa mengatakan apapun kedua pemuda itu bergeser dan berbondong-bondong menuju hutan pinus di belakang perbukitan.Leona mengejar, namun dengan sigap —tanpa mempertimbangkan segala macam resikonya Damien mengibakan sebelah tangannya pada gadis yang tengah berusaha membututinya dan Sang Alpha.Sang gadis terlempar jauh —berguling dari puncak bukit. Di sepersekian detik berikutnya Damien kembali mengibaskan tangannya, lantas membuat sebuah gerakan seperti tengah mengikat sesuatu dari kejauhan. Di saat yang sama Leona mengerang ketika tubuhnya terasa seperti diikat.Ash berbalik, melompat ke udara dengan sebagian tubuhnya yang mulai ditumbuhi bulu abu-abu, l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status