Aku duduk di bangku taman kampus di bawah pohon Trengguli yang sedang berbunga. Bunga nya berwarna kuning cerah, cantik sekali. Kepalaku sedikit pusing dan terasa agak berat, aku menyandarkan punggung ku. Memejamkan mata seraya menikmati semilir angin yang berhembus lembut. Menerbang kan beberapa daun yang kering berguguran di bawah pohon.
Tubuhku memang disini, tapi tidak dengan pikiran ku.
Pikiran ku sedang berperang dengan segala praduga, pertanyaan dan asumsi. Ahh aku bingung.Kata-katanya yang semalam itu..
Apa berarti kami sudah pacaran ya? Tapi dia tak mengucapkan apa-apa. Hanya mengajakku menikmati hujan.Huhhh... Bagaimana sebenarnya ini? Nanti ketika bertemu dengannya lagi, apa yang harus aku katakan? Mengapa sekarang aku jadi merasa sungkan sekali padanya? Sepertinya lebih baik ketika Bintang bersikap dingin padaku seperti dulu.
Ah tidak!
Ini adalah langkah terbesar dalam hubungan kami. Ini adalah kemajuan yang luar biasa !Mataku terbuka. Aku melihat sekeliling, dimana aku? Mengapa tempat ini terasa asing bagiku.Aku merasakan sesuatu yang dingin di kepalaku,basah. Ya sebuah handuk basah.Sepertinya seseorang telah mengompres ku.Pintu terbuka, ku lihat Bintang berjalan menghampiri ku bersama dengan seorang laki-laki yang memakai kemeja kotak-kotak, berkumis tipis dengan tubuh proporsional. Usianya sekitar tiga puluh tahunan."Alexa, are you okay?" Tanya Bintang lembut seraya menyentuh kening ku.Aku tersenyum."Ya, aku rasa begitu." Jawab ku pelan."Yakin?" Tanya Bintang memastikan.Aku mengangguk meyakinkan Bintang. Terlihat kekhawatiran di wajah nya, seketika hatiku menghangat. Diam-diam aku mengulum senyum atas perhatian nya padaku. Eh, apa ini bisa di katakan perhatian? Ah entahlah, yang pasti aku bahagia."Dokter, tolong periksa Alexa kembali!" Ucap Bintang pada lelaki yang berdiri di sebelahnya, yang ternyata adalah seorang dokt
Saat ini, aku sedang berada dalam satu mobil yang sama dengan Bintang. Ya, dia memutuskan untuk mengantarkan ku pulang. Dan ku rasa ini merupakan suatu kemajuan yang sangat luar biasa dalam hubungan kami.Kami saling diam tanpa ada yang mengeluarkan suara. Bintang terlihat fokus menyetir, sedangkan aku sibuk menenangkan jantung ku yang bekerja dua kali lebih cepat dari biasanya. Terkadang aku mencuri pandang pada pria yang duduk di balik kemudi bersebelahan dengan ku. Pria yang ku intai bertahun-tahun lalu, kini duduk bersebelahan dengan ku. Aku merasa ini semua mimpi, ku cubit pipi ku untuk menyadarkan ku."Aduuhh.." Ternyata sakit. Ini bukan mimpi."Konyol." Bintang menggeleng kan kepala, ternyata diam-diam ia melihat tingkah konyol ku barusan.Aku hanya nyengir kuda, lalu memalingkan wajahku dan melihat keluar jendela. Aku yakin, pasti saat ini pipi ku sudah memerah.Aku menyembunyikan nya, pura-pura sibuk dengan jalanan yang kita lalu
Hari ini aku berniat ke perpustakaan kota. Mencari materi untuk beberapa tugas kuliah. Mobil ku berada di bengkel karena harus di servis sehingga mau tidak mau aku harus naik bus ataupun kendaraan umum lainnya.Aku menunggu di halte depan kampus. Ya, akhirnya aku memutuskan untuk naik bus saja.Halte ini terlihat sepi, mungkin karena beberapa mahasiswa yang naik bus belum pulang. Hanya ada aku disini.Tak berapa lama datang sebuah bus dari arah barat dan berhenti tepat di depan halte. Aku tak menyia-nyiakan waktu, segera aku menaiki bus berwarna merah itu agar tak tertinggal nanti nya.Aku memilih duduk di bangku paling belakang bus. Menyandarkan punggung ku seraya menatap keluar jendela.Bus ini cukup banyak penumpang dan tersedia tinggal dua kursi yakni kursi yang ku duduki saat ini dan kursi di sebelahku.Bus mulai berjalan ketika aku akan mulai menutup mata,lumayan bisa memejamkan mata sebentar. Begitu pikirku. Tapi sebelum m
Aku menyusuri rak panjang yang berjejer di dalam perpustakaan ini.Rak ini di penuhi dengan berbagai macam buku. Aku mendapatkan buku yang ku cari, lalu membawanya ke salah satu meja kosong di sudut ruangan itu.Ada beberapa orang yang ada disana. Mereka semua fokus pada buku yang di pegang masing-masing. Suasana disini hening, tenang dan membuatku ingin berlama-lama berada di ruangan yang menurutku sangat nyaman.Sebelum sampai ke meja yang menjadi tujuanku, netraku menangkap satu sosok yang sedang berada di satu meja dekat jendela. Aku menghentikan langkah sejenak, sedetik kemudian aku kembali melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Menuju meja dimana pria itu berada.Pria itu Bintang, pria yang merajai hatiku. Ia terlihat merebahkan kepalanya diatas meja. Ia tertidur!Aku menarik kursi di sampingnya, lalu duduk dengan perlahan tanpa mengeluarkan suara. Aku ikut meletakkan kedua lenganku diatas meja, disusul dengan kepalaku yang menghad
Aku segera berlari keluar, takut menjadi santapan singa lapar. Sampai di luar, aku tertawa keras seraya memegangi perutku. Aku sangat geli melihat ekspresi wanita gendut tadi."Puas sekarang?" Suara yang dingin terdengar menggema di belakangku.Aku membalikkan tubuhku,"Kau?!""Iya,ini aku. Kenapa?" Sahut Bintang datar dengan kedua tangan di dalam saku celana."Menyebalkan." Umpatku sebal.Kami bertatapan beberapa saat, dan sekian detik kemudian tawaku meledak karena tak tahan membayangkan ekspresi wanita gendut tadi. Ada perasaan takut, segan tapi lucu juga."Hahaha... Ibu tadi lucu banget deh.Ya ampun." Aku tertawa sembari memegangi perutku yang terasa sakit karena tawa yang tak kunjung berhenti membayangkan ekspresi wanita gendut yang ada di dalam perpustakaan tadi.Aku menghentikan tawa ketika menyadari hanya aku sendiri yang merasa lucu. Ku angkat kepalaku yang sempat menunduk, kulihat wajah Bin
"Bintang, aku mencintaimu dengan tulus. Aku akan menerima segala kekuranganmu, dan aku tidak akan pernah meninggalkan mu. Tapi ku rasa, kau itu Perfect. Tidak ada kekurangan sedikit pun." Ujarku jujur. Ya, aku tak melihat kekurangan apapun dari pria yang berdiri di hadapanku ini. Ia terlalu sempurna, kecuali sifatnya yang menyebalkan membuatku sesekali kesal."Kau serius?""Seribu rius.""Terimakasih. Tapi aku tak sesempurna yang ada dalam pikiranmu." Ia Menatapku dengan datar, menunggu jawaban yang akan ku utarakan."Aku tak perduli! Aku mencintaimu apa adanya. Aku akan menerima segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirimu.""Alexa.. apa kau yakin dengan apa yang kau ucapkan barusan?" Tanya Bintang tak percaya.Aku mengangguk dengan semangat."Kau tau apa arti dari ucapanmu untukku barusan?"Aku menggeleng pelan."Entahlah. Aku tak berani menerka."Bintang tersenyum dengan sang
Bintang itu.. jauh dari apa yang ku bayangkan. Berbeda total dengan yang ku harapkan selama ini. Katanya pacar, tapi sekedar menelpon atau mengirimi ku chat saja jarang. Apalagi untuk main kerumah. Tidak pernah! Dan jika kalian pikir sikap dingin dan cueknya itu hilang, kalian salah!Bintang tetap dengan sikap yang sama seperti sebelumnya. Cuek, dingin dan kaku.Seperti malam ini, aku sangat merindukannya dan memutuskan lebih dulu menghubunginya."Hai, lagi apa?""Hai juga Alexa. Aku sedang membaca." Terdengar suara orang yang ku rindukan dari seberang telepon."Masih novel tadi siang?""Iya. Perlu konsentrasi untuk membacanya. Kalau tidak, aku tak akan bisa memahami apa maksud si penulisnya."Aku menghela nafas,lalu meniup ujung poniku dengan kesal. Kata konsentrasi itu membuatku tersinggung. Seolah aku telah menjadi pengganggu karena telah menghubunginya."Baiklah. Selamat berkonsentrasi ya." Ujarku dingin ser
Aku tak bisa menutupi rasa bahagia yang menguasaiku saat ini. Sedari tadi, senyum tak mau pergi dari wajahku. Membuat semua orang yang melihatku menatap dengan heran dan penuh tanda tanya. Apalagi yang bisa membuatku sebahagia ini kalo bukan Bintang?Jatuh cinta memang menyenangkan, tapi ketika cinta bersambut.. itu jauh lebih menyenangkan.Benar bukan?"Udah sembuh?" Suara Kak Leo membuyarkan lamunanku tentang kejadian tadi sore. Dia duduk di sofa sebelahku. Saat ini aku berada di balkon kamarku."Udah dong." Aku tersenyum ceria."Ceria amat? Habis dikasih duit sama mommy?" Tanya kak Leo penasaran."Ini lebih dari sekedar duit. It's my dream comes true." ujarku seraya menyenderkan kepala di bahu kakak kesayanganku itu."Apa itu? Tidak mau berbagi?"Aku menggelengkan kepala seraya tersenyum misterius."Pelit.""Apa kau begitu penasaran dengan yang telah terjadi padaku wahai kakak ya