Share

Bab 6

Penulis: Azalea
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-23 18:02:31

“Bibik percaya kamu orang baik, tolong jangan merusak rumah tangga mereka. Setelah bertahun-tahun seperti orang asing, sekarang bibik bisa lihat kalau mereka sudah mulai dekat seperti pasangan lainnya.” Bik Atin membongkar semuanya pada Dimas hanya karena ingin Dimas tidak bertingkah.

Padahal bukan Dimas yang memulainya tapi Adeline namun tetap saja Dimas akan menjadi tersangka jika terjadi hal buruk kedepannya.

“Aku tidak akan berani melakukan itu, Bik.”

“Nyonya Adel itu permatanya keluarga ini, tergores sedikit maka akan ada masalah besar yang terjadi.”

Bik Atin kembali ke dapur meninggalkan Dimas yang semakin tidak tenang.

Semua yang terjadi juga bukan keinginannya, Dimas adalah suami yang setia. Semua yang terjadi saat itu adalah kesalahan dan dosa terbesarnya.

Apa aku mengundurkan diri saja ya? Tapi takut tabunganku tidak cukup.

Dimas bimbang. Meski Erina bilang akan melahirkan normal tapi Dimas harus punya uang untuk jaga-jaga agar tidak kerepotan.

Sekarang ia ada dalam posisi serba salah. Dalam hatinya ia berharap rumah tangga majikannya baik-baik saja.

Denting pesan masuk membuat Dimas tersentak, buru-buru merogoh saku celananya.

[Dim, usahakan pulang temani Erina melahirkan. Selama hamil, kamu sibuk bekerja, setidaknya saat anakmu akan lahir kamu ada di sini.]

Dimas menghela nafas panjang membaca pesan dari ibunya.

[Iya, Bu. Aku usahakan untuk pulang.]

Niat Dimas berubah, ia bukan lagi mengajukan cuti tapi memilih untuk berhenti bekerja. Daripada di sini ia menjadi sumber masalah lebih baik pergi. Ia yakin setelah ini bisa kembali mendapatkan pekerjaan.

Karena kejadian bulan kemarin, Dimas jadi tidak mau lagi merantau. Jika bukan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mungkin Dimas tidak akan jauh-jauh pergi ke ibu kota. Namun semua sudah terjadi, takdir buruk tidak akan bisa ditolak.

***

Semua mata tertuju pada Adeline, ia melenggang seperti di atas catwalk. Tidak akan ada lelaki yang melewatkan untuk menatap bidadari yang lewat di hadapan mereka. Bahkan para perempuan berdecak kagum melihat kecantikan seorang Adeline.

Mereka tahu kalau Adeline adalah istri bos mereka jadi tidak ada yang berani mendekati atau sekedar menegur, mereka hanya menunduk hormat saja.

Dengan ramahnya Adeline melemparkan senyum pada orang-orang yang dilewatinya. Membuat mereka semakin terpana.

“Beruntung ya jadi Pak Bram, istrinya benar-benar seperti bidadari.”

“Tampan dan cantik, mereka memang cocok.”

“Kalau istrinya seperti Bu Adeline dijamin suami tidak akan selingkuh.”

Adelin menyeringai mendengar bisik-bisik itu. Semua orang menganggap hidupnya sempurna padahal aslinya tidak, hidupnya berantakan. Tidak pernah Adeline mendapatkan apa yang diinginkannya. Ia hanya ingin dicintai oleh suaminya tapi perjuangannya selama lima tahun ini tidak membuahkan hasil.

“Suamiku ada di dalam?” tanya Adeline pada sekretaris Bram.

“Ada, Bu. Silahkan.” Wanita bernama Nadira itu membukakan pintu untuk istri atasannya.

“Terima kasih.”

Bram yang terlihat serius di depan layar datar tidak menyadari kedatangan sang istri.

“Mas, makan dulu.”

Lelaki itu tersentak, ia mendongak. Senyumnya merekah melihat sosok cantik berjalan menghampirinya.

“Dari tadi?”

Adeline menggeleng. “Aku baru saja sampai. Lanjutkan saja, biar aku suapi ya.”

Istri sebaik dia aku sia-siakan, aku beruntung karena tidak kehilangannya. Bram meraih pinggang Adeline dan mendekapnya mesra.

“Kamu juga harus makan.”

“Bik Atin masak makanan kesukaan kamu, Mas. Sayang sekali aku tidak bisa masak.” Adeline memasang wajah sedih.

Bram berdiri, tangannya masih melingkar di pinggang Adeline.

“Aku tidak mau kamu berada di dapur, bagaimana kalau kamu terluka? Duduk manis dan temani aku saja, itu sudah cukup.” Bram menyelipkan helaian rambut Adeline ke belakang telinga. “Istriku tidak boleh terluka seujung kukupun.”

Kenapa tidak dari dulu kamu begini, Mas. Mungkin aku akan lebih bisa memaafkan. Sekarang tidak ada lagi pintu maaf untukmu, aku menyerah, aku akan mundur setelah kamu merasakan sakitnya jadi aku.

Adeline balas mengalungkan tangan di leher Bram membuat jarak mereka semakin dekat.

“Istri macam apa yang tidak bisa memanjakan suaminya dengan masakannya.” Bibir Adeline mengerucut.

Dengan gemas Bram menjawil hidung mancung istrinya. “Kamu istri terbaik, selama ini mengurusku tanpa mengeluh. Terima kasih masih bertahan, aku janji akan memberikan yang terbaik untukmu. Lusa aku sudah pesan tiket.”

Kening Adeline berkerut dalam. “Tiket apa, Mas?”

“Untuk bulan madu kita.”

“Bulan madu yang tertunda selama lima tahun.” Adeline terkekeh meski hatinya perih.

“Maafkan aku.”

“Tak masalah, daripada tidak sama sekali. Tapi kamu pasti sibuk, Mas.”

“Soal itu tidak usah dipikirkan, kita fokus saja untuk bulan madu kita.”

Bram semakin mengikis jarak, hidung mereka bahkan sudah bersentuhan. Belum sempat ia meraup bibir merah muda itu, pintu ruangan dibuka dengan keras dari luar.

Keduanya sampai terlonjak.

“Brengsek kamu, Mas.”

“Mbak, tolong jangan buat keributan di sini.” Nadira mencoba membawa wanita itu keluar.

Sedangkan Bram berdiri tegang dengan keringat dingin, ia tidak menyangka jika Sitta akan datang ke kantornya. Padahal Bram sudah tidak lagi memberikan uang setelah mereka benar-benar berpisah, bahkan ia ambil semua kartu debit yang diberikan pada mantan istri keduanya itu.

“Nadira, kamu bisa keluar.”

“Baik, Bu.” Nadira menutup pintu ruangan itu.

Adeline hanya tidak mau ribut di depan orang lain.

“Siapa dia, Mas?” Adeline menatap sang suami.

Bram tidak kunjung menjawab, ia merasa lidahnya kelu.

“Aku istrinya Mas Bram, mau apa kamu?”

“Oh.” Adeline menatap Sitta dari ujung ke ujung, ia tersenyum miring. “Istri keduanya yang tidak diakui itu ya. Sayang sekali. Lima tahun kamu disembunyikan, orang-orang taunya aku istri Mas Bram. Kasihan sekali sudah mati-matian menguasai suamiku malah dibuang begitu saja.”

Sitta mengepalkan kedua tangannya, dada wanita itu bergemuruh. Apa yang dikatakan oleh Adeline seperti penghinaan untuknya.

Sedangkan Bram sendiri kaget setengah mati karena Adeline ternyata tahu semuanya. ketakutan menyelimuti hati lelaki itu, takut jika akhirnya Adeline akan pergi.

“Sayang ....”

Adeline mengelus rahang suaminya. “Aku mengerti, Mas. Kamu hanya diperdaya oleh wanita iblis ini ‘kan? Aku percaya padamu.”

“Dasar sinting! Kamu itu hanya dimanfaatkan oleh dia!” teriak Sitta. “Dari awal dia milikku sampai kapanpun akan menjadi milikku, jangan harap bisa mendapatkannya. Aku akan membongkar hubunganku dan Mas Bram biar semua orang tahu.”

“Hanya wanita murahan yang mengejar suami orang. Dimana harga dirimu sebagai seorang wanita, apa tidak laku sampai menginginkan suami orang.” Adeline tersenyum mengejek.

“Sialan!”

Plak. Dengan gerakan cepat Sitta melayangkan tamparan pada pipi Adeline.

“Sitta!”

Plak. Bram membalasnya sampai wanita itu tersungkur dengan sudut bibir yang berdarah.

“Jangan pernah berani sentuh istriku. Hubungan kita sudah selesai.”

Mata Sitta berkaca-kaca. “Mas, kamu menamparku?” Ia memegangi pipinya yang memanas.

Selama berhubungan dengan Bram, baru kali ini lelaki itu menamparnya bahkan di depan Adeline, wanita yang sangat Sitta benci.

“Kamu tidak apa-apa, sayang?” Bram menatap khawatir pada Adeline.

“Perih, Mas,” rengeknya.

Sudut mata wanita itu melihat Sitta yang masih terduduk di lantai.

Kau juga harus merasakan bagaimana sakitnya aku. Ini baru permulaan, Sitta. Ada kejutan lainnya untukmu yang akan membuatmu tidak berani memperlihatkan muka di depan orang lain.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 22

    Hati Bram teriris melihat begitu memprihatinkan kondisi istrinya saat ini. seorang Adeline Putri Wirakusuma yang begitu cantik paripurna sekarang tampak lusuh tak terawat.“Del.” Mata Bram memanas, ada rasa lega setelah lima tahun lamanya mencari keberadaan Adeline, sekarang wanita itu ada di hadapannya tanpa dicari.“Sayang, ayo pulang.” Adeline menghampiri Batari dan menggendongnya.Ia sama sekali tidak memperdulikan keberadaan Bram yang terus memperhatikannya.“Kamu mau kemana? Kita pulang, sayang.” Bram menahan langkah Adeline.“Maaf, Anda mungkin salah orang, Pak!” Adeline menepis tangan Bram.Ya, mungkin kalau dilihat sekilas tentu tidak akan ada yang percaya kalau wanita ini adalah Adeline, pewaris tunggal keluarga Wirakusuma.“Jangan begini, Del. Sudah cukup lima tahun ini aku tersiksa setelah kepergianmu. Mami juga merindukanmu.”Adeline menyeringai, ia terus saja melangkah. Aku dikhawatirkan karena takut tidak ada yang meneruskan perusahaan, bukan khawatir orang tua pada ana

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 21

    5 Tahun Kemudian. “Dek, mau kemana? Sudah kamu di rumah saja, biar aku yang mengantar Tari.” Dimas menahan Erina yang akan bangkit dari tempat tidur. Kondisi Erina memang kurang sehat. Beruntung hari ini Dimas tidak memiliki kesibukan apapun. Sedangkan toko kelontong milik mereka dijaga oleh dua orang karyawan, meski bukan toko besar tapi setiap hari selalu ramai. Rezeki mereka mengalir begitu deras. Mungkin itu dari kelapangan hati Erina yang ikhlas merawat darah daging suaminya dari wanita lain. Karena tidak semua wanita akan kuat melakukan itu. “Tapi, Mas-” “Sayang, kamu sedang tidak sehat. Sudah diam saja di rumah, aku tidak lama. Hanya mengantar Tari setelah itu langsung pulang.” “Ayah, Ayah.” Suara cempreng itu terdengar melengking. “Lihat, putri kita sangat cerewet.” Dimas terkekeh. “Aku berangkat dulu ya.” Dimas mendaratkan kecupan di kening sang istri sebelum keluar kamar. Kehidupan mereka sudah kembali normal semenjak kehadiran Mentari. Erina sudah lama meng

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 20

    [Maaf, maaf, maaf. Aku benar-benar menyesal sudah menjerumuskan Dimas. Perbuatanku sudah sangat melukaimu. Aku mohon jangan tinggalkan Dimas, dia tidak salah. Aku yang salah, aku yang menggodanya. Sesuai permintaanmu. Rawatlah bayi ini dengan baik, kamu juga ibunya. Sekali lagi maafkan aku, aku harap kalian bahagia. Adeline.]Tidak mudah bagi seorang ibu menyerahkan anaknya untuk dirawat orang lain, namun Adeline merelakannya. Ia ingin menebus dosa yang pernah dilakukan.“Ja-jadi ... bayi ini ....” Erina benar-benar tidak menyangka kalau Adeline menyerahkan bayi itu padanya.Sebelumnya Erina bahkan sudah berpikir buruk, sekarang malah anak yang dimintanya sudah ada di depan mata.“Bawa masuk dulu, Dek. Kasihan di luar dingin.”“Iya, Mas.”Sebelum masuk. Dimas mengarahkan pandangannya ke seluruh arah untuk mencari keberadaan Adeline tapi nihil, tidak ada siapapun di sana.“Ini benar-benar anak yang Mbak Adel lahirkan.” Erina menatap gelang yang bertuliskan tanggal lahir di lengan mungi

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 19

    “Kita bisa punya anak sendiri, sayang. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan untuk memberikannya lagi. Kalaupun takdir kita hanya berdua, aku tidak masalah. Mbak Adel lebih berhak atas anak itu, bahkan nasabnya pun bukan padaku.”Erina menyeringai. “Sekarang saja kamu bicara begitu, Mas. Tidak ada yang menjamin nantinya kamu bosan dan meninggalkanku.”Dimas meraih tangan Erina, digenggamnya erat. “Dengarkan aku baik-baik, sayang. Aku tidak hanya berjanji padamu, orang tuamu dan orang tuaku. Aku berjanji pada Tuhan untuk selalu ada disampingmu seberat apapun masalah yang kita jalani. Aku tahu kamu terluka karena perbuatanku tapi aku minta satu kesempatan. Apa tidak bisa?” Matanya sudah berembun.Kilasan momen kebahagiaan tiba-tiba melintas dalam benak Erina. Selama ini Dimas memperlakukannya dengan baik, menjadikan Erina seperti istri yang sangat beruntung. Bahkan Dimas yang selalu mengalah saat ada masalah meskipun masalah itu timbul karena Erina.“Maafkan aku, maafkan aku.” Tubuh D

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 18

    “Aku-”“Tidak perlu dijawab. Kamu pasti tidak bisa memilih. Mungkin di hatimu kamu memilih anak itu tapi di mulut kamu memilihku.”“Bukan-”“Kamu urus saja sendiri. Aku juga nanti punya kesibukan, aku mau mulai bekerja.”“Kamu tidak usah bekerja, biar aku yang bekerja. Kamu di rumah saja dan-”“Dan duduk diam, melamun, meratapi nasib malang yang menimpaku,” sambungnya.Berada di rumah, Erina akan terus berlarut dalam kesedihan. Sebelum bertemu Dimas ia juga bekerja di salah satu toko pakaian. Sekarang ia juga ingin punya kegiatan lagi.Seharusnya kesibukannya bersama dengan bayi mungil yang baru ia lahirkan, tapi semua itu hanya sebatas mimpi saat Tuhan mengambil kembali malaikat kecil yang dititipkan di rahim Erina.“Memangnya mau kerja dimana? Kamu baru selesai operasi, jangan dulu banyak gerak, tidak boleh mengangkat yang berat-berat.”“Nanti setelah kondisiku memungkinkan, aku akan bekerja di toko sembangko Bu Ema.”“Tapi janji harus pulih dulu ya.”“Hm.”Sebenarnya Dimas ingin se

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 17

    “Kamu marah padaku, sakiti aku, jangan sakiti dirimu sendiri.” Bram ingat saat Bi Atin mengatakan Adeline melukai tangannya sendiri dengan pisau dan ia yakin itu adalah kali pertama Adeline tahu perselingkuhannya.Adeline tidak merespon apapun, ia berdiri mematung, fokusnya pada pelipis Bram yang berdarah.Susah payah wanita hamil itu mengendalikan emosi dan mengelola stres, sekarang Bram datang dan membuat semuanya jadi kacau.Lelaki itu berjongkok untuk memungut pecahan vas bunga dengan tangan kosong, takut kalau Adeline tak sengaja menginjaknya. Rasa sakit karena istrinya dihamili lelaki lain tidak sebanding dengan besarnya cinta pada wanita itu.Waktu yang begitu singkat tapi Adeline berhasil memenuhi relung hati Bram. Sebenarnya Bram saja yang baru menyadari jika istrinya sangat berharga, ia sudah punya rasa dan tersentuh dengan pengabdian Adeline sebagai istri tapi selalu ditepisnya jauh-jauh. Karena apa? Tentu saja pengaruh dari Sitta.“Tenangkan dirimu, aku akan pulang.”Sete

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status