Keesokan harinya.Kediaman Jenderal.Charlie berdiri di hadapan cermin dengan telanjang dada. Ia memandang tubuhnya yang dipenuhi oleh perban.Charlie mengingat kejadian semalam, dirinya yang harus melawan belasan pembunuh, "Astone Villare, kau Ingin membunuhku? Kau belum layak. Lihat saja sampai akhir...siapa yang mati. Suatu hari kau akan mati di tanganku," ucap Charlie.Vivian membuka pintu ruangan itu dan melangkah masuk ke dalam, "Charlie, Makanan sudah siap!" seru Vivian yang terdiam sejenak. Mata wanita itu terbelalak kaget saat melihat tubuh suaminya yang penuh dengan balutan."Kamu terluka?" tanya Vivian.Charlie tersenyum melihat istrinya,"Masuklah!" titah Charlie yang masih berdiri di sana.Vivian menghampiri pria itu yang sedang menatapnya, Ia dikejutkan oleh pemandangan yang ada di hadapannya itu."Sejak kapan kamu terluka?" tanya Vivian."Semalam, hanya luka kecil," jawab Charlie."Begitu banyak perban, Kamu menganggapnya luka kecil?" "Kamu takut? Luka ini tidak seband
Charlie mendekati ayahnya yang terdiam tanpa sepatah kata pun," Kenapa? Apakah Papa sedang memikirkan sesuatu?" Ronald langsung tersadar dan menatap putranya itu," Tidak ada, Aku hanya memikirkan tentang adikmu. Mungkin dia cocok ikut denganmu!" jawabnya dengan alasan."Dia tidak layak ikut denganku," jawab Charlie."Kamu hanya membencinya sehingga mengunakan alasan ini, bukankah begitu? Kenapa kalian tidak bisa bekerja sama?""Bagaimana bisa bekerja sama dengan seorang pengecut? Menjadi dokter Militer harus profesional. Sedangkan dia baru melihat mayat saja sudah ketakutan. Bagaimana aku bisa percayakan dia," jawab Charlie."Hendy sudah berusaha selama ini, Walau mereka sering mempersulitkan dia...Akan tetapi, dia tetap bisa melakukannya dengan baik.""Semua dokter pemula harus mengikuti sesuai aturan, Kalau tidak bekerja lebih keras mana mungkin bisa ada kemajuan. Bimbingan senior pasti lebih tegas. Tergantung pada Hendy saja...Apakah dia sanggup atau tidak," ujar Charlie.Ronald d
Rekaman Charlie yang diserang sekelompok pembunuh yang disebarkan oleh Astone Villare telah ditonton oleh jutaan warga Los Angeles.Para reporter sedang berkumpul di depan kantor Ronald Parkitson dan juga kediaman Charlie yang dijaga ketat oleh puluhan pengawal.Kejadian tersebut membuat Ronald semakin emosi. "Pak, Saya akan mengusir mereka," ujar Stone."Kenapa rekaman itu bisa tersebar? Apakah ada yang sengaja ingin menjatuhkan Charlie?" tanya Ronald yang berdiri dekat jendela."Sepertinya, Iya. Sebarnya rekaman itu sudah bagian dari rencana musuh." jawab Stone.Sejuta pasang mata di Los Angeles menyaksikan rekaman mengerikan yang menampilkan Charlie diserang oleh sekelompok pembunuh. Rekaman tersebut tersebar luas, seperti racun yang menginfeksi tubuh kota. Astone Villare, yang diketahui sebagai pelakunya, membuat kehebohan di masyarakat. Para reporter berkerumun di depan kantor Perdana Menteri, Ronald Parkitson. dan kediaman Charlie yang dijaga ketat oleh puluhan pengawal. Merek
"Kasus hilangnya mantan Perdana Menteri sungguh mengemparkan saat itu. Tidak ada yang tahu beliau ada di mana. Akan tetapi, mungkin saja tidak ada hubungan sama sekali dengan Pak Perdana Menteri sekarang," ujar Andrew."Tidak ada yang tahu soal ini, Saat itu papaku menjadi panglima yang selalu berada di sisinya untuk melindunginya. Siapa yang tahu dia terlibat atau tidak," jawab Charlie."Pernah dengar informasi, Bahwa beliau memiliki seorang anak laki-laki. Tapi, tidak ada yang tahu di mana anak itu berada. Apakah dia menghilang di waktu yang sama atau dibunuh," ujar Andrew."Banyak bukti yang kita butuhkan, Hingga saat ini kita masih belum menemukannya," kata Charlie."Tuan, Jangan khawatir! Kita pasti bisa. Hanya saja...setelah kita berhasil menemukan bukti kesalahan Pak Perdana Menteri. Apa tindakan Anda?" tanya Andrew.Charlie dengan tegas menjawab,"Kalau bersangkutan dengan ibuku, Aku tidak akan diam saja."Tuk...tuk... Suara ketukan pintu dari seseorang yang berada di luar kama
Mansion Astone Villare.Seorang anggota bernama Luiz datang untuk melapor"Bos, Jenderal itu tidak menampakan diri. Bukankah sungguh aneh sekali?"Astone menghabiskan minumannya dalam satu tegukan"Apa dia sekarat karena beberapa tusukan itu," ujar Astone yang penasaran."Mungkin juga! Apa rencana kita selanjutnya?" tanya Luiz."Tunggu beberapa hari lagi, Aku ingin tahu apakah dia sedang berpura-pura atau memang tergeletak di atas ranjang," jawab Astone."Depan gedung perdana Menteri juga dikerumuni sejumlah reporter, dan kemudian diusir oleh mereka.""Seorang pejabat tinggi tidak akan suka diganggu, Aku lebih penasaran dengan kondisi Jenderal itu," ujar Astone."Bagaimana kalau kita memastikan dulu?""Luiz, Apa kamu sudah menjadi bodoh? Mengunakan senjata api tidak menjanjikan kita akan menang. Kediaman brengsek itu dikelilingi oleh sejumlah bawahannya," ujar Astone.Kediaman Jenderal.Charlie yang masih fokus dengan laptopnya, Ia sedang duduk di samping istrinya. Tubuh pria itu tanpa
Wanita itu, pemilik nama Carlina, merasakan jantungnya berdebar kencang saat bagian dada seksinya disentuh oleh tangan pria itu, Charlie. Tubuhnya merinding, dan sebuah desahan lembut terlontar dari bibirnya. "Aahhh! Lakukan lagi! Aku berharap kamu memilikinya sekarang," goda Carlina dengan suara yang penuh nafsu, sambil mendesah pelan. Charlie dengan cepat menarik tangannya dari tubuh Carlina. Wajahnya tampak marah dan kecewa, lalu ia mendorong wanita itu hingga terjatuh dan terkapar di lantai. "Kamu ini sudah gila, Carlina?!" bentaknya dengan nada tegas. Carlina menatap Charlie dengan wajah sedih, matanya berkaca-kaca. "Kenapa kamu begitu tega padaku? Apakah kamu tidak penasaran dengan tubuhku? Aku belum pernah disentuh oleh siapa pun," ujarnya dengan suara getir, merasakan rasa sakit dalam hatinya. Charlie menarik nafas dalam-dalam, berusaha meredam amarahnya. "Carlina, satu kesalahan besar kalau kamu menuruti nafsu semata. Kamu harus menghargai dirimu sendiri dan jangan sampai
Setelah meninggalkan hotel, Charlie melajukan mobilnya menuju ke kediaman lainnya. Ia langsung menghubungi temannya mencari sesuatu untuk dirinya. Pria itu semakin kepanasan sehingga melepaskan semua pakaiannya. Tanpa menunggu lama ia pun langsung berendam di dalam bathub. Tidak lama kemudian Micheal, Andrew dan Alexa langsung mendatangi kediamannya sambil membawa es batu dan menuangkan ke dalam bathub. Charlie masih melawan efek obat yang sangat kuat yang membuatnya mengila.Micheal yang sedang menuangkan es batu ke dalam bathub ikut merasa cemas melihat kondisi temannya itu,"Siapa yang meracunimu, kenapa bisa seperti ini?" tanya Micheal."Carlina," jawab Charlie yang memejamkan matanya."Kenapa jal*ng itu melakukan ini? Dia keterlaluan," ketus Alexa."Selama ini dia mencintai tuan, dan sekarang dia mengunakan cara ini untuk mendapatkan tuan," kata Andrew."Efek obat ini sangat kuat, dia mengolahnya menjadi parfum," ucap Charlie yang melawan efek obat itu yang membuatnya sangat men
"Apakah Charlie akan melakukannya, kenapa sangat sunyi. Tidak ada suara sama sekali," kata Alexa yang penasaran. Ia mendekatkan telingannya ke pintu."Aku yakin dia pasti melakukannya, sebagai seorang pria normal pasti tidak akan bisa menahan na*su yang sudah memuncak. Charlie sudah bertahan selama berjam-jam lamanya," jawab Micheal."Aku saja harus empat kali dalam seminggu dengan istriku. Apa lagi terkena obat yang memiliki efek kuat. Pasti deritanya menusuk jantung," ujar Alexa.Andrew mengenggam kedua tangannya dengan cemas,"Mudah-mudahan setelah ini, Tuan baik-baik saja!" ucap Andrew."Apakah kamu mencemaskan hubungan Charlie dan istrinya?" tanya Micheal pada Andrew."Tentu saja! Andaikan ketahuan, hubungan mereka pasti hancur," jawab Andrew."Sebagai prajurit terkadang memiliki banyak wanita, karena mereka lebih banyak di luar dari rumah. Jadi, bila menikahi seorang prajurit...sebagai seorang istri harus siap-siap," ujar Micheal.Alexa mengeleng kepalanya dan berkata,"Aku tidak