Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin

Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin

last updateLast Updated : 2024-12-09
By:  W. SoetisnaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
78Chapters
2.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Alisa Garbareva, gadis suku Karelia yang diselamatkan para perawat dari sebuah desa yang terbakar harus menjalani kehidupannya yang menyedihkan di panti asuhan. Untungnya dia memiliki teman yang setia menemani dan menolongnya setiap saat, namanya Floria Fresilca dari suku Vitania. Kedekatan antara keduanya mengantarkan mereka ke dalam sebuah ikatan persahabatan diantara dua suku yang berseteru. Namun sayangnya, persahabatan mereka tak berjalan dengan baik. Serangan brutal pasukan penyihir Vitania ke panti asuhan tersebut menyebabkan keduanya terpisah. Delapan tahun berlalu. Alisa yang kini bersekolah di SMA Khusus Wanita Kartovik menjalani kehidupan barunya sebagai seorang siswi, serta dirapalkan menjadi gadis penyihir yang diharuskan menjalani berbagai macam misi yang diperintahkan pihak sekolah. Salah satu misi ternyata berhasil mempertemukannya dengan teman masa lalunya, Floria yang kini sudah jadi gadis penyihir Vitania. “Apa yang terjadi padamu, Flo?" Pertemuan Alisa dengan teman masa lalunya itu meninggalkan sebuah misteri besar tentang apa yang sebenarnya terjadi antara Karelia dan Vitania. Akankah mereka berhasil mengungkap misteri tersebut dan membawa perdamaian bagi negaranya?

View More

Chapter 1

Bab 1 : Berawal dari Api

Hawa panas begitu terasa di depan wajah mereka. Kedua belas perawat bergaun hitam dengan corak putih di lehernya itu berusaha mencari orang-orang yang masih bisa diselamatkan. Sayangnya hampir semua rumah di sini sudah musnah dilalap api.

“Apa masih ada orang disini?” teriak seorang perawat.

Nyaris tidak ada suara lain yang bisa didengar selain suara api yang perlahan melalap bangunan yang terbuat dari kayu. Walaupun termasuk ke dalam Distrik Wallenstein Kota Telhi, desa ini masih terlalu jauh jaraknya dari pusat kota. Bantuan juga tak kunjung datang karena harus melewati hutan belantara yang cukup lebat.

“Ada seseorang di sini?” perawat lainnya kembali berteriak.

Meskipun bertaruh nyawa, para perawat ini rela melakukannya hanya untuk menyelamatkan orang-orang yang tersisa dari peristiwa mengerikan itu. Bau material yang terbakar bercampur dengan bau darah dan mayat, semuanya ada di tempat ini.

“Ini sungguh mengerikan,” gumam seorang perawat berambut perak.

Hanya berbekal peralatan seadanya tanpa senjata, para perawat ini berusaha menolong siapa saja yang masih hidup. Mereka seakan tak peduli seandainya masih ada penyihir musuh yang siap menyerang mereka kapan saja,

Di tengah ketidakpastian itu, terdengar suara seorang bayi yang tengah menangis dari arah jam dua. Sang perawat berambut perak itu sontak menghampiri suara tersebut, diikuti oleh dua perawat di belakangnya.

“Ini ...”

Benar saja. Terlihat sesosok bayi yang berusia kurang lebih satu tahun tergeletak di depan mereka. Sedangkan di belakangnya ada seorang wanita dewasa yang tertindih material bangunan. Tampak pula kobaran api yang mulai melahap semua benda yang ada di sekitarnya.

Dengan sigap ketiga perawat itu langsung berusaha menolong mereka berdua. Perawat berambut perak itu langsung menggendong sang bayi, sementara dua perawat lainnya berusaha mengeluarkan wanita itu dari tindihan material berupa tumpukan kayu tersebut.

“A-Anakku masih hidup ya? Syu-kurlah,” ucap wanita itu terbata-bata.

“Bertahanlah di sana, Nyonya. Kami akan segera menyelamatkan Anda," kata perawat berambut perak itu.

Seakan sudah pasrah, wanita itu hanya menggelengkan kepalanya lalu menjawab dengan suara pelan.

“Tidak. Se-lamatkan saja anakku. Waktu-ku akan segera tiba.”

“Anda bicara apa, Nyonya? Kami akan segera-”

Salah seorang perawat menyemangatinya sambil berusaha mengeluarkannya dari tumpukan kayu itu. Namun perkataannya terhenti setelah melihat sesuatu yang menyedihkan ada di depannya.

Tubuh wanita dewasa itu sudah dalam kondisi yang sangat kritis. Kaki kirinya patah, bahkan nyaris berputar 180 derajat dari posisi awalnya. Tidak hanya itu, perutnya juga terluka sangat parah. Darah segar sudah membasahi hampir seluruh tubuhnya.

“Nyonya ...”

Dengan kondisi yang seperti itu, nampaknya wajar saja kalau wanita dewasa itu sudah pasrah akan nasibnya yang tinggal menunggu ajalnya tiba. Tetapi lain halnya yang dipikirkan para perawat. Mereka terus menyemangati sang wanita dan mencoba mengeluarkannya dari tempat itu, walaupun kobaran api siap melahap mereka kapan saja.

Hampir satu menit berlalu dan tidak ada yang berubah dari kondisi genting itu. Sang ibu masih belum bisa dikeluarkan, sementara bayinya terus meronta dan menangis. Wanita dewasa itu lalu berucap kembali pada perawat berambut perak tersebut.

“Ku-mohon. To-tolong jaga anakku. Rawat di-a.”

Sang perawat berambut perak itu hanya menganggukkan kepalanya tanpa berucap sepatah kata pun, karena memang itulah tujuan dari mereka datang kemari, untuk menyelamatkan dan merawat orang-orang yang masih bisa diselamatkan. Sang ibu pun melanjutkan kata-katanya.

“Na-namanya adalah, A-Alisa Garbareva.”

Sang ibu menyebutkan nama dari anak tersebut. Namun saat mendengar namanya, sang perawat berambut perak itu langsung terkejut. Sebuah nama yang tampak tak asing baginya.

“Alisa Garbareva? Tunggu, Garbareva? Jadi Anda ini adalah-”

Belum selesai perawat itu berujar, sebuah pohon besar di samping wanita itu tumbang ke arah mereka.

“AWAS!!”

BRUKK

Kedua perawat yang berusaha menyelamatkan sang ibu langsung melompat mundur. Namun sayangnya batang pohon besar tersebut tepat menghantam wanita dewasa itu. Kobaran api pun makin membesar.

“NYONYA GARBAREVA!!” teriak sang perawat berambut perak.

Tidak ada jawaban lagi darinya. Suara wanita itu sudah tak terdengar lagi.

“Nyonya Garbareva ...”

“HUAAAA!!”

Sang bayi menangis makin keras, entah karena mendengar suara yang mengagetkan dirinya, hawa panas yang makin menyengat, atau karena ibunya yang sudah tiada. Tidak ada yang tahu pasti.

Melihat hal itu, sang perawat pun langsung memeluknya dengan erat dan meninggalkan tempat itu untuk mencari tempat yang lebih aman. Pelukan hangat sang perawat ternyata berhasil menenangkan bayi itu. Ia pun berhenti menangis.

“Nyonya Garbareva, aku akan melakukan apa yang kau inginkan. Aku akan merawat bayi ini untukmu. Beristirahatlah dalam damai.”

Sang perawat berambut perak itu memperhatikan wajah sang bayi, lalu menciumnya dengan kasih sayang.

“Tenang saja, ya. Alisa Garbareva. Weiss Karny ini akan senantiasa merawatmu sampai kau beranjak dewasa. Aku berjanji kepadamu dan pada ibumu.”

***

GUK GUK GUK

Seekor anjing berwarna abu-abu terlihat mengejar seorang anak perempuan berusia enam tahun. Tampak ia sangat ketakutan.

“SUSTER WEISS!! TOLONG AKU!!”

Gadis itu berlari sambil berteriak memanggil nama perawat itu. Saking paniknya ia pun sampai terjatuh. Anjing itu lalu melompat dan berusaha menggigitnya.

“AAAAAA ...”

Tinggal setengah meter lagi sebelum ia berhasil menggapai anak itu, tiba-tiba sebatang kayu mendarat di kepala hewan itu dengan keras. Anjing itu pun akhirnya lari terbirit-birit karenanya. Sang gadis pun selamat.

Ia menoleh ke arah orang yang berhasil mengusir anjing itu. Ternyata ia adalah anak perempuan lain yang hampir seusia dengannya, mungkin satu tahun lebih tua darinya. Gadis dengan rambut lebih panjang itu menatapnya dengan tatapan dingin.

“Kau tidak apa-apa?” tanya anak itu.

Dengan wajah yang masih tampak ketakutan, gadis itu tak bisa menjawab kata-katanya. Tak lama kemudian, seorang perawat berambut perak datang menghampiri mereka berdua.

“Alisa, Flo, kalian tidak apa-apa?”

Melihat sang perawat yang sudah tiba, Alisa langsung memeluknya dengan erat sambil menangis. Sepertinya ia masih ketakutan dengan peristiwa itu.

“HUWAAA!! SUSTER WEISS!!”

“Sudahlah, Alisa. Tidak apa-apa. Aku ada di sini."

Perawat Weiss pun mengajak mereka berdua kembali ke panti asuhan.

Alisa Garbareva, seorang gadis yang diselamatkan oleh Perawat Weiss kini tinggal di panti asuhan di tengah kota bersama anak-anak korban selamat lainnya. Begitu pula dengan Flo, atau nama aslinya Floria Fresilca. Bedanya ia bersama tiga anak lainnya diselamatkan lewat peristiwa yang berbeda di pantai timur.

Tak terasa mereka pun sudah sampai di panti asuhan. Perawat Weiss mengobati luka di lutut Alisa akibat terjatuh, sedangkan Flo menunggunya di luar ruangan. Alisa tampak meringis kesakitan saat perawat berambut perak itu mengoleskan obat dengan tisu di lututnya.

“Ah, sakit.”

“Sudah, sudah, Alisa. Kau 'kan anak yang kuat. Nanti juga lukanya sembuh kok,” hibur Perawat Weiss sambil mengobati lukanya.

Flo hanya bersandar di dinding sambil menunggu mereka keluar dari tempat itu.

Tak berapa lama kemudian datang tiga anak laki-laki yang menghampirinya. Usianya tampak dua sampai tiga tahun lebih tua darinya. Mereka menatap Flo dengan tatapan sinis.

“Eh, kau gadis Vitania yang bernama Floria itu 'kan?” tanya seseorang dari mereka.

Flo yang mendengarnya hanya mengangguk saja tanpa menjawab sepatah kata pun. Ternyata hal itu membuat salah satu dari mereka naik pitam.

“Heh, jawab dong!!”

“Iya. Aku memang Flo. Floria Fresilca,” jawabnya dengan nada yang dingin.

“Nah, begitu dong. Kalau ada yang nanya jawab,” ujar salah satu anak laki-laki itu.

Flo beranjak dari posisinya dan berdiri di depannya.

“Ngomong-ngomong ada apa kalian mencariku?” tanyanya.

Dengan angkuhnya, salah satu anak laki-laki itu langsung menjawabnya dengan nada yang keras.

“Hah, kau sedang menunggu Alisa 'kan? Orang Vitania sepertimu buat apa sok simpatik seperti itu? Lebih baik kau pergi dari kota ini. Kembali saja ke Vitania sana.”

“Apa maksudmu? Aku juga tinggal di sini kok. Kenapa aku harus pergi?” jawab Flo dengan polos.

Mendengar jawaban itu, seorang anak laki-laki lainnya langsung emosi dan melontarkan kata-kata pada gadis itu.

“Heh, kau masih belum sadar juga ya, Floria? Orang Vitania sepertimu-lah yang telah menghabisi keluarga kami. Kalau kau sudah jadi gadis penyihir nanti, kau juga pasti akan memburu kami 'kan?”

Flo hanya tertunduk diam mendengarnya. Entah apa yang dipikirkan orang-orang ini. Mereka menganggap dirinya adalah monster yang akan menghabisi mereka di masa depan.

Gadis itu pun menjawabnya kembali dengan nada yang sama.

“Tidak. Aku tidak akan pergi dari tempat ini. Aku bukanlah penjahat seperti yang kalian kira. Lagi pula ...,”

Flo menoleh ke arah pintu yang terbuka itu, di mana Alisa sedang dirawat oleh Weiss Karny.

“aku ingin bersama Alisa. Selalu bersamanya.”

Ucapan gadis itu ternyata membuat salah satu dari mereka makin marah. Ia pun langsung menghampiri Flo dan berniat menamparnya.

“HALAH, OMONG KOSONG!! DASAR ORANG VITANIA SIALAN!!”

Tangannya tiba-tiba terhenti saat ia hampir mengenai pipi gadis berambut panjang itu.

“Apa?”

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Ryan Faksi
Baru baca bentar udah dapet feel world building dan character building yang mantap
2024-02-04 12:36:46
1
user avatar
Andrea Desta
seru banget ceritanya! fresh banget, unik, anti-mainstream!!
2024-01-27 21:38:02
1
user avatar
Rai Seika
Semangat updatenya ...
2024-01-08 13:51:10
1
user avatar
Sari N
mantap thor. lanjut ya. seru ini ...
2023-12-11 18:46:19
1
78 Chapters
Bab 1 : Berawal dari Api
Hawa panas begitu terasa di depan wajah mereka. Kedua belas perawat bergaun hitam dengan corak putih di lehernya itu berusaha mencari orang-orang yang masih bisa diselamatkan. Sayangnya hampir semua rumah di sini sudah musnah dilalap api.“Apa masih ada orang disini?” teriak seorang perawat.Nyaris tidak ada suara lain yang bisa didengar selain suara api yang perlahan melalap bangunan yang terbuat dari kayu. Walaupun termasuk ke dalam Distrik Wallenstein Kota Telhi, desa ini masih terlalu jauh jaraknya dari pusat kota. Bantuan juga tak kunjung datang karena harus melewati hutan belantara yang cukup lebat.“Ada seseorang di sini?” perawat lainnya kembali berteriak.Meskipun bertaruh nyawa, para perawat ini rela melakukannya hanya untuk menyelamatkan orang-orang yang tersisa dari peristiwa mengerikan itu. Bau material yang terbakar bercampur dengan bau darah dan mayat, semuanya ada di tempat ini.“Ini sungguh mengerikan,” gumam seorang perawat berambut perak.Hanya berbekal peralatan sea
last updateLast Updated : 2023-11-06
Read more
Bab 2 : Karelia dan Vitania
Tamparan anak laki-laki yang diarahkan pada Flo itu berhasil dicegah oleh sang perawat. Weiss Karny yang baru saja mengobati luka Alisa menahan tangan anak laki-laki itu dan menatapnya dengan tajam.“Su-suster Weiss?”“Apa yang kau lakukan, Abraham? Menampar seorang gadis, apakah hal ini yang kami ajarkan padamu?”Kedua anak laki-laki di belakangnya tampak panik setelah melihat raut wajah sang perawat yang hendak memarahi mereka. Namun berbeda dengan anak bernama Abraham itu. Ia malah memberontak padanya.“Tapi Suster Weiss, gadis ini orang Vitania. Orang-orang yang telah menghabisi keluarga kita di sini. Aku tidak akan pernah bisa berdamai dengannya.”Abraham terlihat sangat marah pada Flo, benci pada latar belakangnya. Gadis itu hanya diam saja mendengar ucapan Abraham, tak mampu berkata apa-apa. Tetapi Perawat Weiss langsung menasihatinya.“Dengarkan ini, Abraham. Meskipun dia orang Vitania dan kau orang Karelia, tapi kita masih sama-sama Hamu Kamina 'kan, sama-sama manusia Kamina?”
last updateLast Updated : 2023-11-06
Read more
Bab 3 : Bukan Kembang Api
BOOMBola-bola api yang pecah di angkasa itu menghantam berbagai objek yang ada di permukaan tanah. Jalan, kebun, hingga rumah warga, semuanya terkena serangan itu dan terbakar hebat. Sirene kota pun berbunyi. Kedamaian dan ketenteraman itu langsung berubah menjadi ketakutan dan kepanikan.“ADA SERANGAN!! ADA SERANGAN!!”“TOLONG!! RUMAHKU TERBAKAR!!”“Anakku, dimana anakku?”Orang-orang berteriak dan berhamburan di jalanan, berlari ke sana kemari tak tentu arah. Termasuk para anak-anak yang ada di panti asuhan tersebut. Mereka menjerit dan menangis melihat suasana yang tiba-tiba berubah bak perang itu. Semuanya kacau, para perawat kewalahan menangani mereka.Alisa dan Floria terpaku di tempat itu, hanya bisa melihat dan mendengar kepanikan yang ada di balik jendela.“Apa, ini?”Abraham dan kedua temannya yang tengah membeli sesuatu di kedai makanan itu juga tak luput dari kepanikan. Sambil melemparkan makanan yang telah mereka beli, ketiganya langsung kembali ke panti asuhan sambil ber
last updateLast Updated : 2023-11-06
Read more
Bab 4 : Gadis Penyihir
“JANGAAANNNN!!”KRIINNNGGGGGAlarm berbunyi pertanda pagi telah tiba. Sinar dari bintang biru Formalha yang baru saja terbit dari ufuk timur menyilaukan mata dari jendela. Alisa terbangun dari mimpi yang mengerikan itu, dan baru sadar bahwa ia tengah berada di kamar asrama.“Oh, sudah pagi ya?” ucapnya sambil memandangi cermin dan mengusap matanya. Rambutnya terlihat acak-acakan.“Sudah waktunya sekolah.”Alisa bergegas untuk membersihkan diri lalu sarapan dengan menu yang telah disediakan pengelola asrama. Dengan mengenakan seragam berupa kemeja lengan pendek dan rok pendek berwarna putih bercorak abu-abu, ia pun bergegas ke sekolah.Delapan tahun setelah peristiwa mengerikan itu, Alisa bersama anak-anak korban selamat lainnya dipindahkan ke Kartovik. Di sana mereka menjalani kehidupan yang baru, termasuk bersekolah. Alisa yang kini berusia 14 tahun bersekolah di SMA Khusus Wanita Kartovik, sebuah sekolah besar yang mampu menampung lebih dari seribu orang siswi.Kelas dimulai pukul 8
last updateLast Updated : 2023-11-06
Read more
Bab 5 : Pertemuan
Alisa dan Frenska membaca pesan yang dikirimkan melalui cincin Angkenya. Ternyata benar tebakan mereka. Itu adalah pesan misi yang disampaikan pada keduanya.“Perintah kepada Alisa Garbareva dari Kelas 2-F dan Frenska Albertovia dari kelas 2-F agar segera berkumpul di aula sekolah. Tertanda Ny. Rumia Firlidina.”Salah seorang guru telah memanggil mereka berdua untuk berkumpul di aula sekolah. Oleh karena itu, mereka pun harus menaati perintahnya. Keduanya lalu mengganti pakaian tidur mereka dan bergegas pergi ke aula.Sesampainya di aula sekolah, terlihat ada 6 orang siswi yang sudah berkumpul di tempat itu, dan 3 diantaranya adalah senior mereka dari kelas 3-E yang terkenal arogan itu, yakni Sophie Alkatiri beserta dua temannya, Rinka Sukhova dan Jouiria Valderlia. Melihat kedatangan Alisa dan Frenska, ketiganya menatap mereka dengan sinis, apalagi setelah peristiwa tadi siang.“Cih ..., kenapa dua bocah itu kemari?” gumam Sophie dengan suara pelan.Tak lama berselang, sang pengirim p
last updateLast Updated : 2023-11-06
Read more
Bab 6 : Keputusasaan, Kesejahteraan, Keadilan
Angin malam yang dingin meniup rambut panjangnya itu. Wajah yang anggun nan dingin itu terlihat jelas melalui sinar purnama. Perempuan itu hanya diam saja melihat Alisa Garbareva yang kebingungan setelah melihat paras wajahnya. Dirinya benar-benar tak menyangka akan bertemu kembali dengan teman lamanya itu setelah delapan tahun terpisah karena sebuah tragedi.“Flo, kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?”Perempuan Vitania itu berdiri menghadapnya sambil membiarkan pedangnya tergeletak di tanah.“Alisa, sudah lama kita tidak bertemu.”“Tapi, kenapa? Kenapa kau jadi seperti ini? Apa yang terjadi sebenarnya padamu?”Flo terdiam sejenak sebelum mengatakan tiga buah kata.“Keputusasaan, kesejahteraan, keadilan.”Hembusan angin yang cukup besar memotong pembicaraan mereka. Alisa yang mendengar ketiga kata tersebut bertanya-tanya, apa maksud dari perkataannya itu. Sebelum mempertanyakannya, Floria kembali berujar.“Awalnya kita tidak tahu apa yang ada di luar sana karena pada saat itu kita masi
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more
Bab 7 : Keberangkatan
Pagi telah tiba. Sang bintang biru Formalha kembali menyinari Kartovik. Di hari yang cerah ini saatnya bagi Alisa untuk pergi dari sekolahnya demi melaksanakan Program Akselerasi ke wilayah yang dikenal tertutup dan misterius, Daerah Otonom Vitania di timur Kerajaan Archipelahia.Hari ini Frenska masih tertidur karena sekarang kelas sore. Sementara Alisa sudah membereskan semua barang-barangnya tanpa mengganggu tidur lelap teman sekamarnya itu.“Oke, sudah selesai.”Ia pun bersiap untuk berangkat. Namun sebelum meninggalkan kamarnya, terlebih dahulu ia mengenakan sepasang sarung tangan khusus yang diberikan padanya dari pihak sekolah.“Pakailah sarung tangan ini selama menjalani program. Itu akan melindungi identitasmu sebagai gadis penyihir Karelia,” ujar kepala sekolah saat memberikannya sebelum keberangkatan.Alisa berjalan menuju gerbang kompleks sekolah. Terlihat Sophie yang kini bersama lima temannya kembali memandangi gadis itu dengan sinis, namun ia kali ini tak mempedulikannya
last updateLast Updated : 2023-12-13
Read more
Bab 8 : Penelitian
Ayam berkokok di pagi hari terdengar jelas di sini, hal yang tak mungkin bisa ditemukan di Kartovik maupun kota besar lainnya. Ini karena Vestaria sendiri hanyalah sebuah kota kecil yang kumuh. Jalanan aspal di sini banyak yang berlubang, sebagiannya lagi malah masih berupa tanah. Trotoar tempat pejalan kaki pun banyak dipenuhi sampah, serta hewan ternak yang lalu lalang di jalanan menambah kesan kumuh kota ini.Namun hal itu tak menyurutkan Alisa untuk memulai penelitiannya tentang masyarakat Vitania yang dimulai dari kota kecil ini.“Yosh. Ayo kita mulai.”Awalnya Alisa hendak mewawancarai nenek pemilik rumah yang ia tinggali sekarang. Namun karena dirinya sedang sakit-sakitan dan tengah tertidur, ia pun mengurungkan niatnya dan memilih untuk mencari narasumber lain di Pasar Vestarlut, tempat jual beli yang terletak kurang dari satu kilometer dari kediamannya.“Wah, ramai sekali.”Layaknya pasar pada umumnya, banyak sekali orang yang berjual beli di tempat ini. Dari berbagai bahan ma
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more
Bab 9 : Sebuah Rumah di Selenaberg
BRUMM BRUMMSebuah kendaraan bermotor dengan dua roda terlihat melesat di jalan raya yang terletak di tengah hutan. Kendaraan yang disebut sebagai Motosicca itu dikendarai oleh dua orang gadis. Mereka berangkat dari Vestaria menuju sebuah kota yang lebih besar yang terletak di tengah-tengah daratan Vitania.“Jadi, aku harus meninggalkan Vestaria, Flo?” tanya Alisa yang dibonceng di belakang.“Sayang sekali kau harus melakukannya. Kau tidak akan mendapatkan apa pun di sana.” jawab Flo.“Oh, begitu ya?”“Kalau kau mau mendapatkan informasi yang lebih baik, kau harus pergi ke kota yang lebih besar.” lanjut perempuan Vitania itu.Alisa pun terpaksa menuruti saran dari temannya itu.Setelah melesat menembus kabut malam, akhirnya mereka sampai di sebuah distrik kecil di lereng perbukitan. Distrik itu langsung terhubung dengan kota besar yang ada di depannya. Namanya Selenaberg, dinamai sesuai dengan nama bukit di belakang distrik itu.“Nah, kita sudah sampai.”Mereka berhenti di sebuah rumah
last updateLast Updated : 2023-12-15
Read more
Bab 10 : Toko Roti di Tengah Kota
Mentari naik ke atas langit menyinari daratan Vitania di Planet Kamina ini. Gadis berambut pendek bernama Alisa Garbareva itu tampak tengah membantu teman lamanya Floria memetik bunga. Berbagai jenis bunga di kebun itu mereka petik untuk nantinya dijual pada masyarakat kota.“Segini sudah cukup, Flo?” tanya Alisa.“Sudah lebih dari cukup malah. Ayo kita pergi,” jawabnya.Dengan mengendarai Motosicca, mereka pun menuruni Bukit Selenaberg untuk sampai ke kota. Hanya berjarak sekitar satu setengah kilometer dari kediaman Flo, mereka sudah bisa melihat sebuah gapura besar yang melintang di atas jalan.“Kita sudah tiba. Willkommen in Matrotshaven,” ujar Flo yang artinya ‘Selamat Datang di Matrotshaven’ dalam Bahasa Vitania.“Whoa, besar sekali kota ini,” ucap Alisa kagum.Matrotshaven, nama sebuah kota besar di selatan Selenaberg. Walaupun bukan ibukota Daerah Otonom Vitania, akan tetapi kota ini cukup besar untuk menampung ratusan ribu orang. Pemandangan kota yang penuh dengan ruko dan ban
last updateLast Updated : 2023-12-16
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status