Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin

Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin

By:  W. Soetisna  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 ratings
58Chapters
964views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Alisa Garbareva, gadis suku Karelia yang diselamatkan para perawat dari sebuah desa yang terbakar harus menjalani kehidupannya yang menyedihkan di panti asuhan. Untungnya dia memiliki teman yang setia menemani dan menolongnya setiap saat, namanya Floria Fresilca dari suku Vitania. Kedekatan antara keduanya mengantarkan mereka ke dalam sebuah ikatan persahabatan diantara dua suku yang berseteru. Namun sayangnya, persahabatan mereka tak berjalan dengan baik. Serangan brutal pasukan penyihir Vitania ke panti asuhan tersebut menyebabkan keduanya terpisah. Delapan tahun berlalu. Alisa yang kini bersekolah di SMA Khusus Wanita Kartovik menjalani kehidupan barunya sebagai seorang siswi, serta dirapalkan menjadi gadis penyihir yang diharuskan menjalani berbagai macam misi yang diperintahkan pihak sekolah. Salah satu misi ternyata berhasil mempertemukannya dengan teman masa lalunya, Floria yang kini sudah jadi gadis penyihir Vitania. “Apa yang terjadi padamu, Flo?" Pertemuan Alisa dengan teman masa lalunya itu meninggalkan sebuah misteri besar tentang apa yang sebenarnya terjadi antara Karelia dan Vitania. Akankah mereka berhasil mengungkap misteri tersebut dan membawa perdamaian bagi negaranya?

View More
Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Ryan Faksi
Baru baca bentar udah dapet feel world building dan character building yang mantap
2024-02-04 12:36:46
1
user avatar
Andrea Desta
seru banget ceritanya! fresh banget, unik, anti-mainstream!!
2024-01-27 21:38:02
1
user avatar
Rai Seika
Semangat updatenya ...
2024-01-08 13:51:10
1
user avatar
Sari N
mantap thor. lanjut ya. seru ini ...
2023-12-11 18:46:19
1
58 Chapters
Bab 1 : Berawal dari Api
Hawa panas begitu terasa di depan wajah mereka. Keduabelas perawat bergaun hitam dengan corak putih di lehernya itu berusaha mencari orang-orang yang masih bisa diselamatkan. Sayangnya hampir semua rumah disini sudah musnah dilalap api. “Apa masih ada orang disini?” teriak seorang perawat. Nyaris tidak ada suara lain yang bisa didengar selain suara api yang perlahan melalap bangunan yang terbuat dari kayu. Walaupun termasuk ke dalam Distrik Wallenstein Kota Telhi, desa ini masih terlalu jauh jaraknya dari pusat kota. Bantuan pun juga tak kunjung datang karena harus melewati hutan belantara yang cukup lebat. “Ada seseorang disini?” perawat lainnya kembali berteriak. Meskipun bertaruh nyawa, para perawat ini rela melakukannya hanya untuk menyelamatkan orang-orang yang tersisa dari peristiwa mengerikan itu. Bau material yang terbakar bercampur dengan bau darah dan mayat, semuanya ada di tempat ini. “Ini sungguh mengerikan.” Gumam seorang perawat berambut perak. Hanya berbekal perala
Read more
Bab 2 : Karelia dan Vitania
Tamparan anak laki-laki yang diarahkan pada Flo itu berhasil dicegah oleh sang perawat. Weiss Karny yang baru saja mengobati Alisa menahan tangan sang anak dan menatapnya dengan tajam. “I-Ibu Weiss?” “Apa yang kau lakukan, Abraham? Menampar seorang gadis, apakah hal ini yang kami ajarkan padamu?” Kedua anak laki-laki di belakangnya nampak panik setelah melihat raut wajah sang perawat yang hendak memarahi mereka. Namun berbeda dengan anak bernama Abraham itu. Ia malah memberontak dan menjawabnya. “Tapi Ibu Weiss, gadis ini orang Vitania. Orang-orang yang telah menghabisi keluarga kita disini. Aku tidak akan pernah bisa berdamai dengannya.” Abraham terlihat sangat marah pada Flo, benci pada latar belakangnya. Gadis itu hanya diam saja mendengar hal itu, tak mampu berkata apa-apa. Tapi perawat Weiss langsung menasihatinya. “Dengarkan ini, Abraham. Meskipun dia orang Vitania dan kau orang Karelia, tapi kita masih sama-sama Hamu Kamina kan, sama-sama manusia Kamina?” “Itu, aku...” “
Read more
Bab 3 : Bukan Kembang Api
BOOM Bola-bola api yang pecah di angkasa itu menghantam berbagai objek yang ada di permukaan tanah. Jalan, kebun, hingga rumah warga, semuanya terkena serangan itu dan terbakar hebat. Sirine kota pun berbunyi. Kedamaian dan ketenteraman itu seketika berubah menjadi ketakutan dan kepanikan. “Ada serangan! Ada serangan!” “Tolong! Rumahku terbakar” “Anakku, dimana anakku?” Orang-orang berteriak dan berhamburan di jalanan, berlari kesana kemari tak tentu arah. Termasuk para anak-anak yang ada di panti asuhan tersebut. Mereka menjerit dan menangis melihat suasana yang tiba-tiba berubah bak perang itu. Semuanya kacau, para perawat kewalahan menangani mereka. Alisa dan Floria terpaku di tempat itu, hanya bisa melihat dan mendengar kepanikan yang ada di balik jendela. “Apa ini?” Abraham dan kedua temannya yang tengah membeli sesuatu di kedai makanan itu pun juga tak luput dari kepanikan. Sambil melemparkan makanan yang telah mereka beli, ketiganya langsung kembali ke panti asuhan sambi
Read more
Bab 4 : Gadis Penyihir
“JANGAAANNNN!!!!” KRIINNNGGGGG Alarm berbunyi pertanda pagi telah tiba. Sinar dari bintang biru Formalha yang baru saja terbit dari ufuk timur menyilaukan mata dari jendela. Alisa terbangun dari mimpi yang mengerikan itu, dan baru sadar bahwa ia tengah berada di kamar asrama. “Oh, sudah pagi ya?” Ucapnya sambil memandangi cermin dan mengusap matanya. Rambutnya terlihat acak-acakan. “Sudah waktunya sekolah.” Alisa bergegas untuk membersihkan diri lalu sarapan dengan menu yang telah disediakan pengelola asrama. Dengan mengenakan seragam berupa kemeja lengan pendek dan rok pendek berwarna putih bercorak abu-abu, ia pun bergegas ke sekolah. Delapan tahun setelah peristiwa mengerikan itu, Alisa bersama anak-anak korban selamat lainnya dipindahkan ke Kartovik. Disana mereka menjalani kehidupan yang baru, termasuk bersekolah. Alisa yang kini berusia 14 tahun bersekolah di SMA Khusus Wanita Kartovik, sebuah sekolah besar yang mampu menampung lebih dari seribu orang siswi. Kelas dimulai
Read more
Bab 5 : Pertemuan
Alisa dan Frenska membaca pesan yang dikirimkan melalui cincin Angkenya. Ternyata benar tebakan mereka. Itu adalah pesan misi yang disampaikan pada keduanya. “Perintah kepada Alisa Garbareva dari Kelas 2-F dan Frenska Albertovia dari kelas 2-F agar segera berkumpul di aula sekolah. Tertanda Ny. Rumia Firlidina” Salah seorang guru telah memanggil mereka berdua untuk berkumpul di aula sekolah. Oleh karena itu, mereka pun harus menaati perintahnya. Keduanya lalu mengganti pakaian tidur mereka dan bergegas pergi ke aula. Sesampainya di aula sekolah, terlihat ada enam orang siswi yang sudah berkumpul di tempat itu, dan tiga diantaranya adalah senior mereka dari kelas 3-E yang terkenal arogan itu, Sophie Alkatiri beserta dua temannya, Rinka Sukhova dan Jouiria Valderlia. Melihat kedatangan Alisa dan Frenska, ketiganya menatap mereka dengan sinis, apalagi setelah peristiwa tadi siang. “Cih, ngapain dua bocah itu kemari?” gumam Sophie dengan suara pelan. Tak lama berselang, sang pengirim
Read more
Bab 6 : Keputusasaan, Kesejahteraan, Keadilan
Angin malam yang dingin meniup rambut panjangnya itu. Wajah yang anggun nan dingin itu terlihat jelas melalui sinar purnama. Gadis itu hanya diam saja melihat Alisa Garbareva yang kebingungan setelah melihat paras wajahnya. Dirinya benar-benar tak menyangka akan bertemu kembali dengan teman lamanya itu setelah delapan tahun terpisah karena sebuah tragedi. “Flo, kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?” Gadis Vitania itu berdiri menghadapnya sambil membiarkan pedangnya tergeletak di tanah. “Alisa, sudah lama kita tidak bertemu.” “Tapi, kenapa? Kenapa kau jadi seperti ini? Apa yang terjadi sebenarnya padamu?” Flo terdiam sejenak sebelum mengatakan sepatah dua patah kata. “Keputusasaan, kesejahteraan, keadilan.” Hembusan angin yang cukup besar memotong pembicaraan mereka. Alisa yang mendengar ketiga kata tersebut bertanya-tanya, apa maksud dari perkataannya itu. Sebelum mempertanyakannya, Floria kembali berujar. “Awalnya kita tidak tahu apa yang ada di luar sana karena pada saat itu k
Read more
Bab 7 : Keberangkatan
Pagi telah tiba. Sang bintang biru Formalha kembali menyinari Kartovik. Di hari yang cerah ini saatnya bagi Alisa untuk pergi dari sekolahnya demi melaksanakan Program Akselerasi ke wilayah yang dikenal tertutup dan misterius, Daerah Otonom Vitania di timur Kerajaan Archipelahia. Hari ini Frenska masih tertidur karena sekarang kelas sore. Sementara Alisa sudah membereskan semua barang-barangnya tanpa mengganggu tidur lelap teman sekamarnya itu. “Oke, sudah selesai.” Ia pun bersiap untuk berangkat. Namun sebelum meninggalkan kamarnya, terlebih dahulu ia mengenakan sepasang sarung tangan khusus yang diberikan padanya dari pihak sekolah. “Pakailah sarung tangan ini selama menjalani program. Itu akan melindungi identitasmu sebagai gadis penyihir Karelia.” Ujar kepala sekolah saat memberikannya sebelum keberangkatan. Alisa berjalan menuju gerbang kompleks sekolah. Terlihat Sophie yang kini bersama lima temannya kembali memandangi gadis itu dengan sinis, namun ia kali ini tak mempedulik
Read more
Bab 8 : Penelitian
Ayam berkokok di pagi hari terdengar jelas disini, hal yang tak mungkin bisa ditemukan di Kartovik maupun kota besar lainnya. Ini karena Vestaria sendiri hanyalah sebuah kota kecil yang kumuh. Jalanan aspal disini banyak yang berlubang, sebagiannya lagi malah masih berupa tanah. Trotoar tempat pejalan kaki pun banyak dipenuhi sampah, serta hewan ternak yang lalu lalang di jalanan menambah kesan kumuh kota ini. Namun hal itu tak menyurutkan Alisa untuk memulai penelitiannya tentang masyarakat Vitania, yang dimulai dari kota kecil ini. “Yosh. Ayo kita mulai.” Awalnya Alisa hendak mewawancarai nenek pemilik rumah yang ia tinggali sekarang. Namun karena dirinya sedang sakit-sakitan dan tengah tertidur, ia pun mengurungkan niatnya dan memilih untuk mencari narasumber lain di Pasar Vestarlut, tempat jual beli yang terletak satu kilometer dari kediamannya. “Wah, ramai sekali.” Layaknya pasar pada umumnya, banyak sekali orang yang berjual beli di tempat ini. Dari berbagai bahan makanan, h
Read more
Bab 9 : Sebuah Rumah di Selenaberg
BRUMM BRUMM Sebuah kendaraan bermotor dengan dua roda terlihat melesat di jalan raya tengah hutan itu. Kendaraan yang disebut sebagai Motosicca itu dikendarai oleh dua orang gadis. Mereka berangkat dari Vestaria menuju sebuah kota yang lebih besar yang terletak di tengah-tengah daratan Vitania. “Jadi, aku harus meninggalkan Vestaria, Flo?” tanya Alisa yang dibonceng di belakang. “Sayang sekali kau harus melakukannya. Kau tidak akan mendapatkan apapun disana.” Jawab Flo. “Oh, begitu ya?” “Kalau kau mau mendapatkan informasi yang lebih baik, kau harus pergi ke kota yang lebih besar.” Lanjut gadis Vitania itu. Alisa pun terpaksa menuruti saran dari temannya itu. Setelah melesat menembus kabut malam, akhirnya mereka sampai di sebuah distrik kecil di lereng perbukitan. Distrik itu langsung terhubung dengan kota besar yang ada di depannya. Namanya Selenaberg, dinamai sesuai dengan nama bukit di belakang distrik itu. “Nah, kita sudah sampai.” Mereka berhenti di sebuah rumah tua yang
Read more
Bab 10 : Toko Roti di Tengah Kota
Mentari naik ke atas langit menyinari daratan Vitania di planet Kamina ini. Gadis berambut pendek bernama Alisa Garbareva itu nampak tengah membantu teman lamanya Floria memetik bunga. Berbagai jenis bunga di kebun itu mereka petik untuk nantinya dijual pada masyarakat kota. “Segini sudah cukup, Flo?” tanya Alisa. “Sudah lebih dari cukup malah. Ayo kita pergi.” Dengan mengendarai Motosicca, mereka pun menuruni bukit Selenaberg untuk sampai ke kota. Hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari kediaman Flo, mereka sudah bisa melihat sebuah gapura besar yang melintang di atas jalan. “Kita sudah tiba. Willkommen in Matrotshaven” Ujar Flo yang artinya ‘Selamat Datang di Matrotshaven’ dalam bahasa Vitania. “Whoa... Besar sekali kota ini.” Ucap Alisa kagum. Matrotshaven, nama sebuah kota besar di selatan Selenaberg. Walaupun bukan ibukota Daerah Otonom Vitania, tapi kota ini cukup besar untuk menampung ratusan ribu orang. Pemandangan kota yang penuh dengan ruko dan bangunan bertingkat ti
Read more
DMCA.com Protection Status