Alfie tiba-tiba berkata dengan penuh semangat, "Ibu benar, Audrey benar-benar berpendidikan. Audrey pergi ke lokasi konstruksi hari ini untuk melamar pekerjaan sebagai petugas pengolah data dan langsung diterima. Besok dia akan mulai bekerja.""Benarkah?" Bibi menatapku dengan mata cerah. "Sepertinya pendidikan Audrey tinggi. Oh, aku ingin sekali punya anak perempuan yang luar biasa sepertimu."Keduanya sangat memujiku hingga aku merasa malu.Hari ini Bibi menatapku dengan aneh.Aku segera mengganti topik pembicaraan, melihat hidangan di atas meja dan berkata sambil tersenyum, "Bibi pandai sekali memasak. Hidangan ini kelihatannya enak.""Benarkah?" Bibi buru-buru menyajikan sepiring nasi untukku dan berkata, "Kalau begitu makanlah yang banyak. Kalau ada waktu, makan saja di rumah kami."Aku menjawab dengan senyuman di wajahku, berpikir dalam hati bahwa aku benar-benar tidak bisa datang untuk mengganggu mereka lagi, aku sudah sangat malu.Bibi dengan antusias menyajikan makanan untukku
Setibanya di rumah sakit ....Aku langsung pergi ke kamar rawat kakakku untuk mencarinya. Namun, di luar dugaanku, kamar itu ternyata kosong, bahkan sprai dan selimut sudah dirapikan.Di luar pintu, kebetulan ada seorang perawat lewat. Aku segera memanggilnya dan bertanya, "Permisi, boleh tanya, pasien yang sebelumnya tinggal di kamar ini pindah ke mana?"Perawat itu membuka buku catatan pemeriksaan dan melihatnya, lalu berkata, "Yang Anda maksud adalah Irvin, ya? Dia tadi pagi baru saja urus prosedur keluar rumah sakit.""Keluar rumah sakit?" Aku terkejut.Ada apa ini?Kakakku jelas bilang masih harus tinggal di sini dua bulan lagi, kenapa tiba-tiba keluar rumah sakit?Selain itu, kenapa dia tidak kembali ke rumah kontrakan mencariku setelah keluar? Yang lebih mengkhawatirkan lagi, kenapa teleponnya terus-menerus tidak bisa dihubungi?Makin kupikir, makin tidak tenang.Aku segera bertanya lagi pada perawat itu, "Jadi, dia urus prosedur keluar rumah sakit sendiri, atau ada orang lain y
Aku tertegun, "Dengar saran Sella?""Ya, aku ceritakan situasimu ke Sella, lalu dia sarankan aku segera keluar rumah sakit. Dia suruh aku bersembunyi di tempatnya. Katanya, dia khawatir orang itu akan datang tangkap aku sehingga kamu terpaksa muncul.""Rupanya, memang seperti yang dia bilang.""Oh."Sepertinya, kakakku benar-benar sangat mempercayai gadis bernama Sella ini, bahkan sampai menceritakan keadaanku padanya.Kakakku berbicara, berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Audrey, kamu tidak perlu khawatir tentang kakak. Kakak yang patahkan kartu SIM sendiri, karena takut Zayn merebut ponsel Kakak, lalu gunakan ponsel itu untuk bohongi kamu keluar. Tentu saja, ini juga saran dari Sella."Mendengar itu, aku makin penasaran dengan gadis bernama Sella ini.Aku tersenyum dan berkata, "Gadis yang disukai Kakak memang berpikiran sangat matang. Nanti, setelah semua masalah ini selesai, Kakak harus kenalkan aku pada pacar Kakak, ya.""Hehe, tentu saja. Pokoknya, Kakak di sini baik-baik saja,
Ternyata Alfie sedang menunggu di luar pintu.Dia tersenyum lebar padaku dan berkata, "Pagi, Nona. Ayo kita pergi kerja bareng."Kupikir, toh tujuannya naik bus juga, pergi bareng tidak masalah, jadi aku mengangguk.Namun, saat tiba di lantai bawah dan melihat dia mendorong keluar sebuah motor listrik dari lorong, aku benar-benar terkejut.Aku bertanya dengan heran, "Kamu setiap hari naik itu ke tempat kerja?""Ya, ibuku bilang naik ini lebih hemat, cuma tinggal isi daya saja setiap hari. Lagi pula, motor ini aku beli bekas, murah sekali, cuma beberapa ratus ribu."Sambil bicara, dia duduk di atas motor listrik itu, lalu memanggilku, "Nona, ayo naik."Aku buru-buru mengibaskan tangan, "Tidak, tidak usah, aku naik bus saja."Kemarin aku sudah mengamati jalanan, makin dekat ke lokasi proyek, jalannya makin sulit dilalui, penuh lubang.Kalau motor ini tidak stabil dan jatuh, bagaimana?Aku jatuh tidak masalah, yang penting adalah bayi di dalam perutku.Selain itu, aku juga tidak terlalu a
Saat aku pulang kerja, baru pukul enam sore.Beberapa orang tinggal di lokasi proyek, beberapa lagi tidak, tetapi umumnya mereka makan malam di kantin sebelum pulang.Aku juga begitu.Namun, Alfie jelas-jelas selalu sengaja mencariku.Baru saja aku mengambil makan malam, dia sudah membawa nampannya ke arahku.Aku sengaja mencari sudut yang sepi untuk duduk.Alfie mengikutiku dan duduk di depanku. Dia tersenyum sambil berkata, "Audrey, malam ini aku harus lembur, nanti kamu pulang duluan, ya.""Hmm."Aku mengangguk pelan, lalu mengembalikan minuman yang dia belikan siang tadi dalam keadaan utuh.Alfie tertegun sejenak, lalu menatapku dengan senyum di wajahnya, "Audrey, ini maksudnya ....""Sebetulnya, aku sudah menikah."Wajah Alfie langsung berubah.Aku melanjutkan, "Selain itu, aku juga sudah punya anak."Kali ini, ekspresi wajah Alfie berubah menjadi jauh lebih suram.Dia berkata, "Audrey, kalau kamu mau tolak aku, tidak perlu membuat alasan seperti itu. Usia kamu kelihatan baru dua
"Audrey!"Benar saja, itu suara Zayn yang bernada dingin, seperti berasal dari neraka.Dia terdengar seolah yakin sekali bahwa itu aku. Suaranya yang penuh amarah seperti ingin menghancurkan aku menjadi serpihan.Aku menahan napas, tidak berani menutup telepon, juga tidak berani bersuara.Sekarang harus bagaimana?Saat aku panik seperti semut di atas penggorengan, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.Aku langsung berpikir itu pasti Alfie. Mataku berbinar dan aku segera berlari membuka pintu.Benar saja, itu Alfie.Alfie tertegun sejenak, belum sempat dia berbicara, aku buru-buru memberi isyarat untuk diam, lalu menyodorkan ponselku padanya, memintanya menjawab telepon itu untukku.Alfie memandangku dengan curiga, kemudian berkata ke telepon, "Halo?"Aku menatapnya tanpa berkedip.Dia berkata lagi, "Halo?" Lalu, dia bertanya, "Kamu siapa? Bicaralah!"Setelah beberapa saat, Alfie mengembalikan ponselku dan berkata, "Orang itu sepertinya sudah menutup telepon."Aku melihat layar ponsel,
Zayn adalah investor utama dari drama itu, jadi tidak aneh jika dia menghadiri acara pembukaan.Namun, dengan statusnya sekarang, dia hadir secara langsung di acara pembukaan seperti itu benar-benar mengejutkan."Lalu?" tanyaku."Lalu, aku lihat dia bertanya ke Yosef soal keberadaanmu. Yosef bilang dia tidak tahu. Dia juga bertanya ke Arya.""Kamu tahu Arya, 'kan? Pemeran utama pria dalam drama ini. Dia aktor yang sangat tampan.""Tapi, apa hubungannya kamu dengan Arya? Kenapa Zayn sampai bertanya ke dia soal keberadaanmu?""Oh, dulu aku pernah kerja beberapa hari di bawah kepemimpinan Arya, di perusahaan Yosef dan kelompoknya.""Oh ...." Dorin terlihat paham. Setelah beberapa saat, dia melanjutkan, "Sebenarnya, dia tidak datang bertanya padaku. Tapi, kebetulan kamu tiba-tiba meneleponku.""Begitu aku lihat nomor itu, aku langsung tahu itu kamu. Untung aku tidak menyimpannya dengan nama kontak.""Saat kamu menelepon, aku langsung pergi mencari tempat untuk menjawabnya. Tapi, siapa sang
Sepertinya, Zayn masih curiga bahwa orang yang tadi menelepon Dorin adalah aku.Memang, pria ini sama sekali tidak mudah ditipu.Aku melihat ponsel yang terus berdering, tetapi aku benar-benar tidak berani menjawabnya.Aku sekarang sangat takut mendengar suaranya yang dingin itu.Sejujurnya, aku memang takut padanya. Jika dia mulai mengancam, besar kemungkinan aku akan ketakutan dan menyerah untuk kembali padanya.Jadi, aku memutuskan untuk tidak menjawab teleponnya. Biarlah dia marah-marah di sana, aku tidak peduli.Selama aku tidak menjawab teleponnya, aku tidak akan mendengar ancamannya, dan aku juga tidak akan merasa takut.Pikiranku tenang setelah menyusun rencana itu. Aku mengatur ponsel menjadi mode senyap, lalu melemparnya ke samping.Entah berapa lama berlalu, layar ponsel akhirnya menjadi gelap.Aku mengambil ponsel itu untuk memeriksanya.Astaga, pria itu meneleponku delapan kali berturut-turut.Melalui ponsel, aku bisa merasakan kegigihan obsesifnya yang menakutkan.Kenapa
Zayn berkata dengan serak tanpa mengangkat kepalanya."Aku sedang merancang gaun pengantinmu."Aku tertegun sejenak, hatiku tiba-tiba terasa sangat manis.Aku berkata, "Kamu istirahatlah lebih awal. Kamu tidak harus merancang gaun pengantinnya sekarang, kita masih punya banyak waktu di masa depan."Zayn sudah selesai membuat sketsa di atas kertas.Zayn meletakkan pensil, lalu bersandar di sandaran kursi sambil meregangkan pinggangnya. Dia berkata sambil tersenyum, "Butuh waktu yang lama untuk buat gaun ini, jadi aku harus segera menyelesaikan rancangannya."Setelah terdiam sejenak, Zayn tiba-tiba menatapku lekat-lekat, kemudian berkata dengan suara yang rendah dan lembut, "Aku mau kasih tahu seluruh dunia kalau kamu adalah satu-satunya istriku yang kucintai."Meskipun kami sedang melakukan panggilan, aku tetap merasa malu saat seorang pria mengucapkan kata-kata yang romantis dengan begitu serius padaku.Wajahku sedikit memerah setelah mendengar ini. Aku mengalihkan tatapanku, kemudian
Zayn mengatakan jika situasi ibunya sangat stabil. Selain itu, Zayn juga mengatakan jika ibunya sangat merindukanku dan ingin menemuiku.Aku berencana untuk menjenguk Agatha setelah ibuku selesai menjalani operasi pada tanggal 20.Omong-omong, aku hampir melupakan satu orang, yaitu Cindy.Cindy sangat pendiam akhir-akhir ini, dia bahkan tidak membuat masalah.Berdasarkan sikap Cindy sebelumnya, dia pasti sengaja muncul di sisi Zayn saat aku tidak sempat bertemu dengan Zayn selama beberapa hari ini. Kemudian Cindy akan memotret foto, lalu mengirimkannya padaku untuk pamer dan juga untuk membuatku salah paham.Hanya saja Cindy sama sekali tidak melakukan apa pun, yang terasa sangat aneh.Aku sama sekali tidak percaya jika Cindy sudah berpikir dengan jernih dan berubah menjadi orang baik.Pepatah pernah mengatakan jika anjing yang suka menggonggong tidak akan menggigit orang, tapi anjing yang bisa menggigit orang tidak akan menggonggong.Jadi aku semakin merasa tidak tenang saat orang sek
Aku tanpa sadar menatap Irvin, tapi matanya menatap lurus ke depan.Dengan kata lain, Irvin sama sekali tidak sadar jika pacarnya baru saja berjalan melewatinya.Aneh sekali.Irvin begitu mencintai Sella, dia seharusnya sangat senang saat tiba-tiba bertemu dengannya.Hanya saja, Irvin tidak hanya tidak membuat reaksi apa pun, dia bahkan juga tidak melirik Sella. Irvin terus berjalan ke kamar pasien ibuku seperti biasa.Saat aku sedang kebingungan, Irvin menoleh untuk menatapku, "Kenapa?"Aku menatapnya lekat-lekat, lalu berkata, "Tadi aku lihat pacarmu."Irvin tertegun, lalu tanpa sadar menatap sekeliling, "Di mana? Kenapa aku tidak melihatnya?"Aku menatap Irvin sambil mengerutkan keningku, "Tadi dia baru saja jalan di depan kita, apakah kamu tidak melihatnya?"Terdapat kilatan cahaya di mata Irvin, dia berkata sambil tersenyum, "Tadi aku sedang memikirkan masalah Ayah dan masih marah karena perbuatannya, jadi aku tidak terlalu memerhatikan keadaan sekitar."Aku menatap Irvin lekat-le
"Anggap saja kamu bantu Ayah minta modal 200 miliar pada Zayn.""Ayah janji akan mengembalikan uang ini padamu kalau proyek ini berjalan dengan lancar."Aku menepis tangannya, lalu berkata dengan datar, "Aku tidak akan pinjam uang pada Zayn, terserah kamu mau menolong Ibu atau tidak. Kami juga tidak akan memaksamu kalau kamu tidak mau menolongnya, semuanya tergantung pada hati nuranimu!""Benar sekali, aku tidak akan meremehkanmu kalau kamu tidak minta uang. Sayangnya di matamu cuma ada uang dan kekasihmu."Irvin memelototi ayahku dengan tajam, "Cepat pergi, jangan pernah muncul di hadapan kami lagi. Kalau tidak, aku tidak akan sungkan-sungkan padamu!"Ayahku memasang ekspresi sedih, dia menggerakkan bibirnya untuk mengatakan sesuatu, tapi aku sudah ditarik hingga ke depan lift oleh Irvin.Saat sedang menunggu lift, aku tidak bisa menahan diri untuk melirik ayahku.Ayahku sedang menelepon, entah dia sedang bertelepon dengan siapa sampai bersikap sesopan itu.Aku khawatir ayahku akan me
Ibuku dulu sangat mencintai ayahku.Hingga semua dunianya adalah ayahku.Saat itu, ibuku memikirkan ayahku dalam segala hal dan bergantung padanya dalam segala hal.Namun kini, Ibuku tidak memendam apa pun selain kebencian terhadap ayahku. Hal ini menunjukkan betapa buruknya Ayah yang sudah menyakiti Ibu.Setelah menghibur ibuku, aku keluar dari bangsal dan melihat ayah serta kakakku bersandar di jendela di koridor, seolah sedang menungguku.Aku menghampiri ayahku lalu bertanya, "Untuk apa kamu datang hari ini?"Ayahku terisak, berkata dengan wajah sedih, "Aku tidak menyangka ibumu akan sakit parah. Kalian juga sama. Kalian tidak memberitahuku bahwa hal sebesar itu terjadi."Kakakku mencibir, "Kalau aku ceritakan hal ini, apa kamu akan meninggalkan kekasihmu dan kembali lagi?""Kalau aku ceritakan hal ini, apa ibuku akan membaik? Lagi pula, ibuku jadi sakit karena kamu.""Kalau kamu tahu diri, pergilah dari sini, berhentilah berpura-pura sayang pada kami.""Kenapa kamu bicara pada ayah
Ya, kakakku memang benar.Menceritakan hal-hal ini pada seseorang yang sudah berubah pikiran tidak akan menyelamatkan apa pun.Keesokan paginya, aku dan kakakku pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibuku.Begitu sampai di pintu, aku dengar suara pertengkaran dari arah bangsal ibuku.Aku juga samar-samar mendengar suara ayahku.Aku dan kakakku saling memandang dan bertanya, "Bagaimana Ayah tahu?""Siapa yang tahu? Sial, aku tahu kedatangannya akan menimbulkan masalah bagi ibu kita," kata kakakku sambil mendorong pintu bangsal.Aku melihat ayahku berdiri di samping tempat tidur dengan tangan di pinggangnya, wajahnya penuh dengan kemarahan.Ibuku duduk di ranjang rumah sakit, menyeka air matanya dalam diam.Kakakku langsung marah, lalu berlari ke depan dan mendorong ayahku, "Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa kamu menindas ibuku lagi?"Aku bergegas menghampiri, memegang bahu ibuku dan bertanya apa yang terjadi.Ibu tidak mengatakan apa pun, hanya menggelengkan kepalanya.Kakakku makin
Untungnya, aku baru saja menginjak anak tangga pertama.Begitu aku bergerak mundur, ada tanah datar di belakangku hingga membuatku kehilangan keseimbangan.Setelah bergoyang dua kali, akhirnya aku berhasil berdiri tegak.Aku mendongak dengan kaget, ternyata itu adalah kakakku."Apa yang kamu lakukan? Kamu tiba-tiba berlari ke bawah, hampir saja menjatuhkanku."Kakakku melirik ke arah Zayn pergi dan mendengus, "Kenapa kamu turun ke bawah? Aku sudah berdiri di sini tanpa bergerak dari tadi.""Kamu sedang memikirkan suamimu begitu serius hingga menabrak aku!"Aku menatapnya tanpa berkata apa-apa.Apa artinya 'memikirkan suami'? Aku mendapati kata-kata Irvin semakin lama semakin keterlaluan.Hah?Eh, salah!Kalau kakakku berdiri di sini sepanjang waktu, bukankah akan melihat dan mendengar semua yang baru saja kami lakukan, saat Zayn mencium serta memelukku dan mengucapkan begitu banyak kata-kata mesra?Tepat saat aku memikirkan hal ini, kakakku datang, menyentuh hidungnya dan tersenyum pad
"Ingat kirim pesan padaku setiap hari. Kalau ada waktu, telepon aku.""Betapa pun sibuknya aku, aku akan mengangkat teleponmu.""Ya."Keengganan Zayn membuat hatiku luluh.Pada saat ini, aku sepenuhnya merasakan cintanya yang begitu kuat.Namun cintanya tampak bercampur dengan sedikit kekhawatiran.Hatiku juga mulai merasa agak sedih serta gelisah.Aku bertanya padanya, "Apa yang kamu khawatirkan? Apa karena operasi ibumu?"Zayn menggelengkan kepalanya. "Dokter bilang untuk jenis operasi ini, selama ginjalnya cocok, tingkat keberhasilannya sangat tinggi.""Lalu apa yang kamu khawatirkan?" Aku bisa dengan jelas merasakan ketakutannya.Jadi aku tidak mengerti, selain penyakit ibunya, apa lagi yang ditakutkan oleh orang seperti dia?Zayn menatapku dengan serius, membelai pipiku dan berbicara dengan suara yang keras."Tidak apa-apa. Aku hanya merasa sedikit tidak nyaman. Aku khawatir tidak akan bisa melihatmu lagi.""Dasar bodoh!"Aku melemparkan diriku ke dalam pelukannya, memeluk pinggan
Malam harinya, Zayn datang untuk makan malam bersamaku.Zayn pertama-tama pergi ke bangsal untuk menjenguk ibuku lalu membawa aku ke restoran yang sudah direservasi terlebih dahulu.Tahun ini bisa dikatakan sebagai tahun terdingin di Kota Jenara.Angin dingin yang menggigit terasa bagai pisau yang menyayat wajah orang.Zayn menutupiku dengan syal sambil menuntunku ke dalam mobil.Akhir-akhir ini aku tidak sering mengunjungi ibunya karena urusan ibuku.Aku mengencangkan sabuk pengaman dan bertanya padanya, "Apa akhir-akhir ini ibumu baik-baik saja?"Zayn mengangguk. "Setiap hari menerima suntikan serta perawatan tepat waktu, sekarang hanya menunggu operasi pada tanggal 20 saja."Aku berkata, "Pada tanggal 20, aku mungkin tidak bisa mengunjungi ibumu, aku juga tidak bisa menemanimu sampai operasi ibumu selesai.""Aku mengerti." Zayn memegang tanganku erat sambil tersenyum lembut padaku. "Pada hari itu, ibumu juga harus menjalani operasi. Meskipun kamu adalah istriku dan menantu ibuku, ka