Share

Episode 9

Penulis: Lisa Kagayaki
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-01 10:22:32

Tiga hari kemudian, udah memasuki persiapan ujian. Setelah beberapa hari lalu gue tidur dengan beban pikiran, sekarang pikiran gue yang beneran jadi beban.

Gue udah maki-maki Winanta walaupun dalam hati. Gue juga sangat yakin kalau gue bisa belajar dengan baik dan menaikan peringkat kelas gue. Bahkan otak Halu gue berkata akan merebut gelar juara Winanta. Keterlaluan banget kan gue halusinasi nya?. Secara gue gak pernah naik dari peringkat ke empat, masa tiba-tiba jadi juara satu. Hah... mulai sekarang kayanya gue harus mati-matian belajar. Gue gak mau kalau sampai gue di permalukan lagi sama Winanta kayak kemarin. Gue gak mau kalau dia sampai menyombongkan diri lagi karena gue gak bisa belajar tanpa bantuan dia.

Jujur aja nih, gue bisa dapat peringkat empat juga karena belajar bareng dia. Rasanya tuh beda aja gitu. Walaupun pelajaran yang di bahas sama, tapi lebih masuk ke otak kalau belajarnya bareng dia ketimbang belajar sendiri.

Gak tau deh, capek banget mikirin beban pikiran.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mantan Posesif   Episode 31

    "Cieee gak punya temen. Kasian nyaa menyendirii" goda Alvin begitu melewati bangku gue. Mereka semua pada mau keluar main. Ada juga yang masih duduk di kelas, termasuk gue. "Gue lempar sepatu baru tau rasa lo!" ucap gue seraya bersiap membuka sepatu, walau cuma pura-pura. "Wkwkwk di ajak gabung sama kita ke kantin gak mau lo" ledeknya lagi, mengingat tadi sebelum bel masuk Alvin ada chat ngajak ke kantin dan gue tolak mentah-mentah. Jelas-jelas gue dan Winanta mantan, masa makan bareng. Iya kalo mantan yang baik dan putus secara damai. Lah ini? Mantan terburuk yang pernah ada. "Berisik! Gue bisa ke kantin sendiri!" ucap gue agak kuat karena mereka udah dekat pintu. "Hahaha iya deh iyaa" balas Alvin yang juga sama kuatnya. Winanta kok diem aja? Gue juga gak tau. Baru kali ini dia kayak orang bego. Eh, tapi... gue sempat ngelirik ke arah mukanya. Tau gak? Ekspresi muka nya tuh sulit di artikan. Dia kayak lagi mikirin sesuatu. Tapi yaudahlah. Mau dia punya masalah

  • Mantan Posesif   Episode 30

    Kini mereka udah duduk di warung jajan yang enggak ramai orang lalu lalang, setelah tadi Farez menolong Dilla membelikan bensin. Farez beli bensin nya tepat di warung ini. Warung yang menjual beberapa jenis rokok, jajan, minuman dan juga bensin. "Coba lo ulang lagi, apa yang lo bilang tadi. Ceritain selengkapnya!" "Jadi malam itu waktu kita papasan, aku habis beli buket bunga untuk nembak Vanessa. Awalnya waktu liat kamu yang jalan sambil nangis aku agak kasihan.. tapi begitu dengar teman kamu nyebut Winanta, aku langsung berpikir kalau justru kamu lah yang bikin hubungan Vanessa dan Winanta hancur-" "Eh!! Lo jangan asal nuduh ya! Lo kan gak tau cerita aslinya!" Potong Dilla dengan sedikit berteriak. "Apapun itu, tetap kamu juga salah!" ucap Farez. "Wah enak aja lo-!!" "Udah diem, katanya mau cerita yang lengkap." potong Farez. Dilla pun menurutinya. "Terus begitu aku sampai di sana, aku ada liat Winanta dan Vanesaa yang basah kuyup- tunggu.. jangan-jangan kamu ya yan

  • Mantan Posesif   Episode 29

    "Yaudah tante, Farez izin pulang-" "Ehh tunggu, tunggu!. masa main pulang gitu aja. udah nerima martabak, tapi belum tau kalian habis darimana dengan waktu sesingkat ini." Mampus gue! Padahal gue udah siapin jawaban kalau mama nanya, tapi malah nanya Farez. Mana gue belum bilang Farez lagi.. soal pertemuan gue dan Papa rahasia. "Kami gak darimana-mana kok tante." Farez memberikan jawaban. "Eh??" batin gue. "Tadi emang katanya Vanessa lagi mau makan martabak. Udah lama gak beli katanya." ucap Farez lagi yang udah pasti bohong. "Hah? Loh??" gue tambah bingung. "Oh.. yaudah." respon Mama gue. "Ma, mama masuk duluan aja. Makan martabaknya. Ada yang mau Vanes omongin sama Farez." "Mau ngomong apa kalian?" "Iiih.. Mama kepo." Tanpa sahutan lagi, Mama langsung masuk. Tapi sebelum itu, Farez pamit lagi ke Mama, "Farez pamit ya tante" dan di 'iya' kan Mama. "Eh, elo kok bisa lancar sih bohongnya?" gue sedikit melankan suara. "Yah logika aja sih. Aku gak ada mikir

  • Mantan Posesif   Episode 28

    "Sorry ya, lama" ucap gue setelah kami berjalan menuju parkiran. Sebelumnya Farez udah pamit ke Papa dari jauh, dengan senyum dan menganggukkan kepala. "Gak kok.. gak lama. Lagian pasti kalian jarang jumpa. Jadi harusnya lebih lama dari ini." Gue mendengus lalu senyum, "Haha" tawa gue yang gak ikhlas. "Kenapa?" tanya Farez sambil menyalakan motor. "Gak.. udah yuk jalan" ucap gue. Setelah kami Pergi, gak lama Farez ngomong, "Mama kamu suka martabak gak?" tanya nya. "Yah manusia mana sih yang gak suka martabak?" tanya gue bercanda. Jelas Mama gue suka. "Aku gak suka" ucap Farez. Yang bener aja! Farez gak suka martabak?! MARTABAK?!!. "Tapi martabak telur suka sih" lanjut nya. Gue diam. Teringat kalau Winanta juga paling suka martabak telur. Dan anehnya daripada pakai saus khusus martabak telur, Winanta lebih suka pakai saus botolan. "Apalagi di makan pakai saus botolan" -Farez. JLEB!! "A-apa apaan ini?! Kenapa pas banget?" Teriak gue dalam hati. "Y-yauda

  • Mantan Posesif   Episode 27

    Walaupun kejadian kemarin membuat Farez sedih, tapi berkat ucapan gue kalau gue gak mau kehilangan dia sebagai teman, dia bersikap seperti biasa. Dan malam ini gue minta temani Farez keluar buat ketemu papa. Papa sore tadi nelpon, minta ketemu sama gue. Kami jarang ketemu dan Papa juga jarang ngasih gue uang. Padahal Papa kerja sebagai mekanik di salah satu perusahaan mobil. Udah pasti kan, gaji nya lumayan. Tapi gue ikhlas aja kok, kalau misalnya Papa lebih milih keluarga baru nya. Apalagi anak dari isteri baru papa, alias anak dari selingkuhan Papa ada dua. Yang cewek seumuran gue, kelas tiga SMA dan yang cowok masih kelas dua SMP. "Ma, Vanes izin keluar dulu ya sama Farez" ucap gue sambil menyalami tangan mama. Kami bertiga udah di teras rumah. "Iya, jangan terlalu malam ya pulangnya" ucap Mama mengizinkan gitu aja tanpa tanya tujuan kami mau kemana. "Hati-hati ya Farez, jagan ngebut" ucap Mama lagi, di iringi Farez yang juga salam ke Mama gue. "Iya tante, kami pamit y

  • Mantan Posesif   Episode 26

    "Lo mau nembak Vanessa?" tanya Winanta setelah melihat apa yang Farez genggam. Sebuket bunga dengan ukuran tidak terlalu besar, pas di genggam. Pertanyaan itu sukses membuat kami bertiga membeku, khususnya Farez. "Kalau iya, jangan harap Lo bisa" lanjut Winanta lagi sebelum Farez sempat jawab. Farez sedikit kesal dengan apa yang Winanta ucapin barusan. Dia menekuk kedua alisnya dengan tidak terlalu kuat. "Kenapa?" tanya Farez dengan nada bicara yang gak kayak biasanya gue denger,, nada bicara yang sedikit dingin. Belum sempat Winanta buka mulut, gue yang masih belum sadar saat ini situasi apa, langsung spontan nanya Farez, "T-tunggu..! Farez, ini ada apa sebenernya?" "Lo tadi izin pigi sebentar buat beli bunga itu? buat gue?" tanya gue lagi. Farez diam. "Haha kok diam? Takut di tolak duluan ya?" ucap Winanta sengaja memancing emosi Farez. "Lo bisa diem gak? makin hari mulut lo makin kayak cewek tau gak?" gue tanpa sadar ngeluarin kata - kata yang pasti bikin sakit hat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status