Setelah tiga tahun pacaran, gue ditinggalin gitu aja di saat dia ketahuan selingkuh. Setelah susah payah gue berusaha move on, dia tiba-tiba datang dan terus aja ganggu kehidupan gue. Lebih tepatnya ganggu kehidupan percintaan gue! "Gue gak suka lo jalan sama dia" "Lo dimana? biar gue jemput! " Hellooo Ezra Darma Winanta yang selalu jadi juara satu, lo itu cuma mantan! MANTAN!!.
View More"Van, lo masih ada hubungan kan, sama Winanta?" Tanya Kayla Monica, Sahabat gue sejak kelas dua SMP, disaat kita baru aja mau duduk di kursi kantin sambil bawa pesanan kami.
Biasa, emang jarang sarapan pagi di rumah. Jadinya yah sebelum bel masuk kami mampir ke kantin dulu. Walaupun sering banget kena marah karena gurunya masuk duluan. Bahkan disaat udah mulai belajar. "Hah? Maksud lo? " tanya gue. "Iya, lo masih jadian kan, sama si Winanta? " jelas Kayla lagi. "Iya, masih kok. kenapa sih memangnya?" tanya gue spontan. "Semalam gue ke bioskop sama Dimas, gue kayak ada ngeliat dia gitu sama cewek. Coba aja film yang gue mau tonton belum mulai, pasti gue samperin dia" Ini bukan kali pertama gue dengar kabar kalau cowok gue ada jalan sama cewek lain. Udah sering banget anak sekolah bahkan bukan sekelas bilang itu ke gue. Namun yah gue gak mau percaya. Bisa jadi itu cuma hoax dan meraka hanya sekedar manas-manasin gue. karena lo tau? Gue dan Winanta jadian itu, adalah hari patah hati se sekolah. Yes, itu artinya hampir semua cewek di sekolah menyukai Winanta. Kalau yang cowok? Hah... males gue ngakuinya, tapi hanya beberapa yang pernah nyatain cinta ke gue. Jadi yah wajar dong kalau gue nganggap mereka itu bohong? Tapi, hey.. ini Kayla Monica loh! Sahabat gue yang gak pernah bohong ke gue. "Aah... mungkin lo salah liat kali. Sedangkan gue yang ceweknya aja kadang gak tanda liat dia dari jauh. " Walaupun gue ngucapinnya degan santai dan seakan baik-baik aja, tapi jujur, gue sebenernya sedikit khawatir. Karena gue tau sendiri sahabat gue ini. Dia punya penglihatan yang amat sangat tajam. Dan sahabat gue ini, bukanlah salah satu cewek yang naksir Winanta. Jadi, buat apa dia manas-manasin gue?. So, kemungkinan besar yang Kayla Monica bilang itu benar, kalau Winanta ada jalan sama cewek lain. "Hm... masa sih gue salah liat?" tanya Kayla "Bisa aja kan?"jawab gue "Tapi kan lo tau sendiri Van.. kalau gue punya indra ke-enam" "Haha sejak kapan lo punya indra ke-enam?" "Lagian selama ini kami baik-baik aja kok.. apalagi udah mau tiga tahun. Seminggu lagi loh kami aniv yang ke tiga tahun pacaran. Masa iya tiba-tiba dia selingkuh padahal selama ini gak ngelirik cewek lain. Yaudah lah.. belum benar-benar terbukti juga kan? " ucap gue Yep! Omongan gue itu benar-benar masuk akal, sampai-sampai Kayla langsung diam sambil sedikit mengangguk-anggukan kepala. Dan yang tadinya gue merasakan sedikit khawatir, berkat omongan cemerlang gue sendiri, jadi gak merasa apa-apa. "Woi, makan sendiri aja.. gak ngajak-ngajak" Temannya Winanta tiba-tiba datang dan langsung duduk disamping gue dan nyosor siomay gue. "Eh? Elo kok sendiri? Winanta mana?" Tanya gue yang gak kepo-kepo amat. "Lahh mana gue tau.. kan elo pacarnya" "Tapi kan elo temannya" "Tapi kan gue bukan pacarnya, lagian kalian juga tetangga masa ga tau?" "Ish! " pembicaraan kami diakhiri dengan gue yang benar-benar merasa kesal dibuat Alvin Renaldo, temannya Winanta itu. Dan dia pun mulai memesan makanan. Tak lama bel sekolah pun berbunyi. "Hah.. sialan! Baru juga makan nasgor beberapa suap! udah bel aja" gerutu Alvin sambil berjalan menuju kelas. Sesampainya kami di kelas, untunglah guru belum datang. Namun... kursi dan meja Winanta juga masih kosong. Orangnya gak ada, tas gak ada.. barang-barang di meja juga sama sekali gak ada. Apa dia telat?. "Heh! Alvin Ronaldo! Serius Winanta kemana? Soalnya dari pagi juga gak jumpa di rumah. Gue kira kalian pigi bareng " tanya gue sedikit kencang karna kami sudah duduk di kursi masing-masing yang berjarak degan empat kursi lainnya. Kami sama-sama duduk di kursi bagian terakhir. "Anjir lo Van.. nama gue Renaldo, bukan Ronaldo. Serius, gue gak tau Wiwin lo kemana" jawab Alvin dengan nada yang sedang. sebenarnya kalau dipikir-pikir.. Alvin nih tipe cowok yang paling bisa ngertiin cewek. Yah... walaupun omongannya kadang agak sedikit kasar, tapi dia itu tipe cowok yang cuek-cuek perhatian. Namun yang gue heranin sampai sekarang dia belum pernah sekalipun pacaran. Gue dengar itu dari Winanta. Eh, kok malah jadi bahas dia?. Sebelum guru masuk, gue sempat-sempatin ngechat Winanta dari W******p, “win, lo telat? Atau memang gak sekolah? Udah masuk soalnya” Udah dua menit chat gue terkirim, tapi gak ada respon sama sekali. Padahal udah centang dua, tapi sama sekali belum dibaca. Pembicaraan gue sama Kai tadi pagi bikin gue kepikiran. Biasanya Winanta gak pernah gini.. paling nggak, kalau emang gak sempat balas, setidaknya udah dibaca ataupun cuma dibuka. Yang jelas selalu langsung centang biru. Mungkin terdengar aneh sih gue ngomong gitu. "Perhatian semuanya! " Suara mis Nay bikin gue kaget. Yang ntah kapan dia masuknya, tau-tau udah di depan aja. "Kalian seharusnya pagi ini pelajaran kimia kan? Tapi Buk Dian gak masuk hari ini. Jadi dia minta kalian kerjakan latihan soal halaman lima puluh tujuh. kalau sudah selesai langsung antar ke kantor dan letakkan di meja buk Dian" Mis Nay berlalu pergi, setelah kami meng-iyakan perintahnya. Belum lama mis Nay keluar pintu, Alvin ngedumel, "Hah... sial. Tau gitu gue gak usah masuk kelas tadi! Mubazir deh nasgornya, sayang duit gue. " Walaupun Alvin ngomong gitu barusan, tapi dia langsung mengeluarkan buku dan mengerjakan tugas yang di bilang mis Nay tadi. Gue juga gak mau kalah rajin sama cowok juara tiga itu. Gue langsung gercep ngerjain tugas. Setelah beberapa soal gue kerjain, chat dari Winanta masuk. "Iya, gue terpaksa jadi ga masuk sekolah hari ini.. motor gue mogok. Ini lagi di bengkel" jelas Winanta yang singkat."Cieee gak punya temen. Kasian nyaa menyendirii" goda Alvin begitu melewati bangku gue. Mereka semua pada mau keluar main. Ada juga yang masih duduk di kelas, termasuk gue. "Gue lempar sepatu baru tau rasa lo!" ucap gue seraya bersiap membuka sepatu, walau cuma pura-pura. "Wkwkwk di ajak gabung sama kita ke kantin gak mau lo" ledeknya lagi, mengingat tadi sebelum bel masuk Alvin ada chat ngajak ke kantin dan gue tolak mentah-mentah. Jelas-jelas gue dan Winanta mantan, masa makan bareng. Iya kalo mantan yang baik dan putus secara damai. Lah ini? Mantan terburuk yang pernah ada. "Berisik! Gue bisa ke kantin sendiri!" ucap gue agak kuat karena mereka udah dekat pintu. "Hahaha iya deh iyaa" balas Alvin yang juga sama kuatnya. Winanta kok diem aja? Gue juga gak tau. Baru kali ini dia kayak orang bego. Eh, tapi... gue sempat ngelirik ke arah mukanya. Tau gak? Ekspresi muka nya tuh sulit di artikan. Dia kayak lagi mikirin sesuatu. Tapi yaudahlah. Mau dia punya masalah
Kini mereka udah duduk di warung jajan yang enggak ramai orang lalu lalang, setelah tadi Farez menolong Dilla membelikan bensin. Farez beli bensin nya tepat di warung ini. Warung yang menjual beberapa jenis rokok, jajan, minuman dan juga bensin. "Coba lo ulang lagi, apa yang lo bilang tadi. Ceritain selengkapnya!" "Jadi malam itu waktu kita papasan, aku habis beli buket bunga untuk nembak Vanessa. Awalnya waktu liat kamu yang jalan sambil nangis aku agak kasihan.. tapi begitu dengar teman kamu nyebut Winanta, aku langsung berpikir kalau justru kamu lah yang bikin hubungan Vanessa dan Winanta hancur-" "Eh!! Lo jangan asal nuduh ya! Lo kan gak tau cerita aslinya!" Potong Dilla dengan sedikit berteriak. "Apapun itu, tetap kamu juga salah!" ucap Farez. "Wah enak aja lo-!!" "Udah diem, katanya mau cerita yang lengkap." potong Farez. Dilla pun menurutinya. "Terus begitu aku sampai di sana, aku ada liat Winanta dan Vanesaa yang basah kuyup- tunggu.. jangan-jangan kamu ya yan
"Yaudah tante, Farez izin pulang-" "Ehh tunggu, tunggu!. masa main pulang gitu aja. udah nerima martabak, tapi belum tau kalian habis darimana dengan waktu sesingkat ini." Mampus gue! Padahal gue udah siapin jawaban kalau mama nanya, tapi malah nanya Farez. Mana gue belum bilang Farez lagi.. soal pertemuan gue dan Papa rahasia. "Kami gak darimana-mana kok tante." Farez memberikan jawaban. "Eh??" batin gue. "Tadi emang katanya Vanessa lagi mau makan martabak. Udah lama gak beli katanya." ucap Farez lagi yang udah pasti bohong. "Hah? Loh??" gue tambah bingung. "Oh.. yaudah." respon Mama gue. "Ma, mama masuk duluan aja. Makan martabaknya. Ada yang mau Vanes omongin sama Farez." "Mau ngomong apa kalian?" "Iiih.. Mama kepo." Tanpa sahutan lagi, Mama langsung masuk. Tapi sebelum itu, Farez pamit lagi ke Mama, "Farez pamit ya tante" dan di 'iya' kan Mama. "Eh, elo kok bisa lancar sih bohongnya?" gue sedikit melankan suara. "Yah logika aja sih. Aku gak ada mikir
"Sorry ya, lama" ucap gue setelah kami berjalan menuju parkiran. Sebelumnya Farez udah pamit ke Papa dari jauh, dengan senyum dan menganggukkan kepala. "Gak kok.. gak lama. Lagian pasti kalian jarang jumpa. Jadi harusnya lebih lama dari ini." Gue mendengus lalu senyum, "Haha" tawa gue yang gak ikhlas. "Kenapa?" tanya Farez sambil menyalakan motor. "Gak.. udah yuk jalan" ucap gue. Setelah kami Pergi, gak lama Farez ngomong, "Mama kamu suka martabak gak?" tanya nya. "Yah manusia mana sih yang gak suka martabak?" tanya gue bercanda. Jelas Mama gue suka. "Aku gak suka" ucap Farez. Yang bener aja! Farez gak suka martabak?! MARTABAK?!!. "Tapi martabak telur suka sih" lanjut nya. Gue diam. Teringat kalau Winanta juga paling suka martabak telur. Dan anehnya daripada pakai saus khusus martabak telur, Winanta lebih suka pakai saus botolan. "Apalagi di makan pakai saus botolan" -Farez. JLEB!! "A-apa apaan ini?! Kenapa pas banget?" Teriak gue dalam hati. "Y-yauda
Walaupun kejadian kemarin membuat Farez sedih, tapi berkat ucapan gue kalau gue gak mau kehilangan dia sebagai teman, dia bersikap seperti biasa. Dan malam ini gue minta temani Farez keluar buat ketemu papa. Papa sore tadi nelpon, minta ketemu sama gue. Kami jarang ketemu dan Papa juga jarang ngasih gue uang. Padahal Papa kerja sebagai mekanik di salah satu perusahaan mobil. Udah pasti kan, gaji nya lumayan. Tapi gue ikhlas aja kok, kalau misalnya Papa lebih milih keluarga baru nya. Apalagi anak dari isteri baru papa, alias anak dari selingkuhan Papa ada dua. Yang cewek seumuran gue, kelas tiga SMA dan yang cowok masih kelas dua SMP. "Ma, Vanes izin keluar dulu ya sama Farez" ucap gue sambil menyalami tangan mama. Kami bertiga udah di teras rumah. "Iya, jangan terlalu malam ya pulangnya" ucap Mama mengizinkan gitu aja tanpa tanya tujuan kami mau kemana. "Hati-hati ya Farez, jagan ngebut" ucap Mama lagi, di iringi Farez yang juga salam ke Mama gue. "Iya tante, kami pamit y
"Lo mau nembak Vanessa?" tanya Winanta setelah melihat apa yang Farez genggam. Sebuket bunga dengan ukuran tidak terlalu besar, pas di genggam. Pertanyaan itu sukses membuat kami bertiga membeku, khususnya Farez. "Kalau iya, jangan harap Lo bisa" lanjut Winanta lagi sebelum Farez sempat jawab. Farez sedikit kesal dengan apa yang Winanta ucapin barusan. Dia menekuk kedua alisnya dengan tidak terlalu kuat. "Kenapa?" tanya Farez dengan nada bicara yang gak kayak biasanya gue denger,, nada bicara yang sedikit dingin. Belum sempat Winanta buka mulut, gue yang masih belum sadar saat ini situasi apa, langsung spontan nanya Farez, "T-tunggu..! Farez, ini ada apa sebenernya?" "Lo tadi izin pigi sebentar buat beli bunga itu? buat gue?" tanya gue lagi. Farez diam. "Haha kok diam? Takut di tolak duluan ya?" ucap Winanta sengaja memancing emosi Farez. "Lo bisa diem gak? makin hari mulut lo makin kayak cewek tau gak?" gue tanpa sadar ngeluarin kata - kata yang pasti bikin sakit hat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments