Suasana rame masih terjadi di kantor polisi hingga siang tiba. Padahal hari ini matahari bersinar dengan begitu teriknya, seakan – akan matahari itu tepat berada di atas kepala setiap orang.
Pramono yang duduk di ruangan berAC saja masih mengotak – atik remot ACnya untuk menurunkah suhu ruangannya agar terasa sejuk.Tok! Tok! Tok!“Pak! Sudah waktunya istirahat,” pemberitahuan dari Asisten Pramono yang memunculkan kepalanya dari balik pintu. “Jadi ke rumah sakit kah?” tanya sang asisten.“Kamu itu sedang apa kok kaya begitu? Masuklah!” perintah Pramono sembari melambaikan tangannya, lalu sang asisten masuk ke dalam ruangan Pramono. “Jadilah... Buah tangannya sudah disiapkan?” tanya Pramono sembari merapikan berkas – berkasnya.“Tunggu sebentar,” pinta Asisten Pramono. Sang asisten keluar untuk beberapa saat dan kembali dengan membawa sebuah parsel yang lumayan cukup besar dengan isVroom!Dengan menggunakan mobil Aneet. Annan dan Jarot pergi meninggalkan rumah sakit. Jarot menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menembus jalanan ibu kota yang sudah tidak terlalu padat.Sesekali Jarot melirik ke arah Annan, bermaksud untuk menyampaikan sesuatu tapi mulutnya serasa kaku karena rasa ragu yang menyelimuti hatinya.Jarot menghembuskan nafas panjangnya dan mengumpulkan keberaniannya untuk membuka pembicaraan pada Annan.“Kak! Maafi Jarot ya,” ucap Jarot lalu menghembuskan nafas panjangnya. Annan menghadapkan wajahnya ke arah Jarot setelah mendengar itu. “Jarot menyesal, seharusnya Jarot dulu mengikuti kata kakak untuk tidak bersaing. Akibat keegoisan Jarot kita kehilangan Same dan Aneet harus masuk rumah sakit,” tutur Jarot dengan wajah yang menunjukkan rasa penyesalan.Senyum mengembang dari bibir Annan, dia menepuk bahu Jarot. Seseorang yang sudah dianggap sebagai adik kandungnya sendiri.“Jangan dip
“Sudah selesai Pak?” tanya Annan pada tukang Martabak, setelah dirinya mendekat dengan gerobak.“Tunggu sebentar mas. Ini tinggal yang terakhir,” jawab tukang martabak sembari membungkus pesanan terakhir Annan.Jarot dari arah tempat duduknya tersenyum sinis melihat ke arah Linda yang berdiri sembari menangis.“Itu....” Jarot mencoba bertanya sembari menunjuk ke arah Linda.“Biarkan saja, tidak usah dihiraukan... Heran akh! Bisa – bisanya dia mengajakku pergi bersamanya untuk meninggalkan Aneet,” jawab Annan sembari menggelengkan kepalanya.“Ini mas martabaknya,” sela si penjual martabak lalu memberikan lima bungkus martabak pesanannya dalam dua kantung plastik putih.“Berapa Pak?” tanya Annan sembari menerima kantong plastik yang diberikan bapak penjual.“Sudah tidak usah , ini buat mas Annan saja” ujar si pembuat martabak. “Tidak usah heran mas, kami p
Membuka kaca mobilnya Aneet dan Annan melambaikan tangan ke arah Tito yang berdiri di depan pintu utama rumah sakit.“Aakkhh! Akhirnya pulang juga!” teriak Aneet saat sang Ayah mengemudikan mobilnya ke arah keluar rumah sakit.Annan sembari menyetir, mengusap – usap rambut sang putri dengan tangan kirinya untuk ikut merasakan kebahagiaan Aneet.Tangan Annan yang sedang mengusap – usap rambutnya diambil oleh Aneet lalu diciumnya.“Aneet sayang Ayah!” ucap Aneet setelah mencium tangan sang Ayah.“Ayah juga sayang sekali sama Aneet,” balas Annan untuk ungkapan rasa cinta dari putri semata wayangnya.Selesai berkasih sayang Antara anak dan ayahnya, Aneet menyadarkan ke jok yang dibuat menjadi agak sedikit miring. Dia menikmati perjalanan pulangnya dengan mengamati pemandangan di jalan. Sementara Annan fokus dengan kemudian dan sesekali melirik ke arah putrinya.“Memikirkan apa sih? Dari tadi k
“Jadi begitu kak, saya ingin kak Fung membantu mawar dan wilayah dua dalam pemilihan kepala ganga kenanga,” jelas Tomo. “Kakak cukup meyakinkan para petinggi untuk mempercayakan tugas ini hanya pada Santoso saat kongres digelar dua bulan lagi,” pinta Tomo yang berusaha terus meyakinkan Fungki“Oke, terus apa keuntungan dari untuk aku?” tanya Fung. “Selain uang ini tentunya,” lanjut Fung sembari menunjuk uang yang ada di depannya.“Kak Fung mau minta apa?” tanya Tomo dengan jumawa. “Jika kak Fung mau kerja sama dengan kita, nama kakak pasti selalu dikenang. Bayangkan kak, wilayah dua akan semakin luas dengan bertambahnya gangs kenanga, kita juga bisa semakin luas untuk perdagangan narkotika kita. Pasti akan banyak uang yang bisa kita hasilkan,” jelas Tomo lagi.Corry sebenarnya ingin mencegah Tomo agar tidak menceritakan bisnis narkoba yang mereka jalani, tapi tidak diberi kesempatan. Fung akan san
Sleeessss!!!Dengan lembut Gaying menyemprotkan seprai untuk meredakan rasa sakit ke bekas luka tusuk yang ada di perut Aneet. Beberapa saat setelah di semprot wajah yang tadinya meringis kesakitan menjadi lebih tenang, peluh dingin yang membasahi wajah cantiknya juga tidak keluar lagi.Hati Annan merasa sangat teriris melihat kondisi putrinya yang seperti tadi. Ingin rasanya dia menggantikan posisi Aneet untuk merasakan rasa sakitnya.“Sudah mulai enakkan?” tanya Gaying sembari terus mengamati perubahan Aneet.Aneet hanya menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan sang Paman Gaying.“Ayah ambilkan makan dulu, lalu minum obat biar cepat kering lukanya,” ucap Annan“Tida usah Yah,” tolak Aneet yang bersuara dengan lemas. “Nanti makan bersama – sama saja, sekarang Aneet mau istirahat sebentar,” pinta Aneet***Waktu terpaut dua belas jam lamanya Antara tempat Aneet dan tempat di
Merasa sudah tenang Rika lalu mengajak Aneet bergabung dengan yang lainya. Mereka membicarakan tentang rencana teratai untuk ke depannya.“Rika, sepertinya kami harus mohon diri dulu. Karena nanti malam ada hal yang harus kami lakukan,” Pamit Annan.“Ya kak Annan. Terima kasih atas segala bantuannya untuk Rika,” ucap Rika dengan penuh kesedihan. “Kak Annan. Sampai kapan Rika harus ada di sini?” tanya Rika dengan pelan.“Semua di teratai itu saudara Rika, jadi sesama saudara sudah pantasnya saling membantu,” kata Annan sambil merangkul Rika. “Kalau di sininya, sampai semua aman untukmu. Tapi kakak janji ini tidak akan lama,” jawab AnnanRika mengangguk. “Iya Kak Annan, Rika akan bersabar untuk hal itu.”Saat ini suatu kegalauan besar melanda Arman. Di mana dia harus memilih antara menjaga adiknya di sini atau membantu Annan melakukan balas dendam.Mengetahui kegalauan hati sang kakak
“Wow! Ha...!” teriakan kemenangan Annan, Jarot, Gaying, Gayang dan Aneet terdengar dengan kompak sambil mengangkat kedua tangan mereka secara bersama – sama.Saat layar di dalam mobil yang mereka lihat memunculkan dua karaoke dan satu bar Cokky yang meledak secara bersama – sama.“Ayah puas!” tanya Aneet dengan berteriak.“Puas sayang, ayah puas sekali! Terima kasih sayang!” jawab Annan lalu memberikan ciuman dan pelukan kepada Aneet.“Siapa suruh bakar Bar ayahku, sekarang rasakan dua tempat karaoke dan satu Barmu luluh lantah dengan satu ledakan,” ungkap Aneet pelan saat Annan melepaskan pelukannya.Sekarang mereka langsung menuju ke suatu tempat yang dekat dengan kasino Cokky untuk melakukan aksi berikutnya.***Wiu... Wiu... Wiu...Suara sirene pemadam kebakaran beriringan dengan sirene mobil polisi yang saling bersahutan datang di tiga lokasi terjadinya ledakan dan kebakaran.
Rasa puas melihat ibu Cokky babak belur dan lemas, Ojan dan Fahmi berlari menyelamatkan diri ke arah belakang gedung. Mereka berlari melalui pintu belakang dengan hati – hati dan tetap waspada.Di belakang sudah menunggu Annan dan yang lain dengan sebuah mobil. Jarot yang melihat Ojan dan Fahmi berlari dari kejauhan langsung membukakan pintu.“Bagaimana – Bagaimana? Sukseskan rencana kita?” tanya Jarot dengan antusias dan memeluk dua saudaranya tersebut secara bergantian.“Sukseslah!” jawab Fahmi sambil tertawa.“Kalau Ojan tidak mencegahku, sudah mampus itu nenek peyot.” Ojan menjawab juga dengan antusias sambil melempar rambut palsunya ke tanah.“Ayo naik dulu! Ceritanya di mobil saja,” ajak Gaying, dia kawatir nanti keburu ketahuan dan aksi mereka gagal karena hal tersebut.Saat menaiki mobil, Aneet mengajak kedua pamannya itu tos untuk merayakan kemenangan mereka. Gaying menjalankan mobilny