Kepala Raymond makin puyeng, di kantor sang kepala cabang menekan dirinya yang kini jadi sales senior, karena target penjualan makin jatuh dari minggu ke minggu.
“Kalau sampai dua bulan ke depan target kita lepas, maka siap-siap saja, akan ada gelombang PHK,” ancam si kepala cabang.
Makin meranalah Raymond.
Telponnya berbunyi, ternyata istrinya yang menelpon. “Bang kamu jemput mama mertua dan kakak iparku, kamu kan lagi libur kerja? Bawa saja mobil aku!”
Suara Rahma mirip perintah seorang atasan pada bawahan saja, apesnya Raymond tak berdaya menolak.
“Iya-ya sayang, aku jemput!” sahut Raymond buru-buru, karena tadi otaknya sedang piknik kemana-mana.
Di Bandara Soetta Tangerang. Lagi-lagi Raymond banyak melamunnya, alih-alih menunggu bener-bener mertua sambung dan kakak iparnya.
“Ini Ray kan? Raymond?” sapa seorang wanita paruh baya yang masih cantik.
Memakai blus sifon tipis yang sedikit transparan dipadukan rok pensil ketat, membayangkan isinya yang penuh gairah.
Rambut di sanggul rapi dengan beberapa helai menjuntai, memberikan kesan elegan namun menggoda.
“Iya, aku Ray, tante siapa yaa, kok bisa kenal namaku?” sahut Raymond gagap sambil memandang kagum kecantikan si tante ini.
“Aku Tante Melly, ibu tiri istri kamu si Rahma!” sahut wanita ini sambil senyum merekah.
“Astagaaa…tante, eh mami, dueeh, maafkan Ray mi, sampai pangling aku, mami makin cakep saja,” pujian tulus yang terucap spontan dari bibir Raymond membuat Tante Melly tertawa renyah, senang hatinya di puji menantu gantengnya.
“Hai Mas Ray, aku Indri mas, kakak tirinya Rahma,” sekonyong-konyong datang lagi seorang wanita jelita berambut panjang tergerai.
Mengenakan dress ketat selutut dengan belahan dada rendah. Riasan tajam dan lipstik merah menyala memancarkan aura sensual, yang jauh lebih wow dari Tante Melly.
“Ini…ka Indri,” sahut Raymond tergagap, tak pernah dia sangka, mertua dan kakak istrinya begini cantiknya. Dia pun buru-buru salami tangan lentik Indri.
Padahal seingatnya kedua ibu beranak ini dulunya…burik!
Raymond buru-buru bantu dorong koper kedua, agar kegugupannya tak terlihat jelas. Raymonda bukanlah pria jalang dan flamboyan, dia terlalu sayang serta cinta dengan Rahma dan tak terpikir macam-macam.
Tapi kini…???
Di jalanan yang mulai merambat sekeluar dari bandara, Tante Melly dan Indri ceplas-ceplos saja bicara.
“Kalian ini sudah 4 tahunan berumah tangga, kok belum miliki anak?” terdengar suara Tante Melly, yang duduk di sisi Raymond, Indri di jok belakang.
“Ehemm…jangan-jangan karena kalian sama—sama sibuk, terutama istri kamu si Rahma yang kini jadi orang penting di perusahaan real estate, jadinya kalian jarang melakukan ‘itu’ ya?” sela Indri sambil tertawa, pancingan sederhana, tapi bikin joss di hati Raymond.
“Emm…kami memang sepakat menunda dulu ka Indri, jadinya Rahma nggak hamil-hamil sampai kini. Sebab itu aku sengaja pakai pengaman,” ceplos Raymond bersikap santai dan sengaja goyun agar suasana mencair.
Padahal faktanya benar, mereka kini jarang berhubungan badan. Kalaupun mereka melakukan itu, Raymond diminta Rahma selalu pasang pengaman.
Rahma ogah pakai kontrasepsi, alasannya bisa ngerusak bodynya yang aduhai!
“Waduhh…kok Ray sanggup yaah, padahal nggak enak pake itu tau. Rahma juga keterlaluan, masa laki di suruh pakai pengaman. Laki setampan kamu paling disukai wanita-wanita mapan tau, kalau jarang di kasih dan tak puas bisa bahaya nih…?” cerocos Tante Melly terkekeh genit, sambil ngelirik paha Raymond, sekaligus memuji ketampan ‘menantunya’ ini.
Raymond lagi-lagi tercekat dan dia pun melirik saat Tante Melly menatap pahanya.
“A-anu…pas mau klimaks saja, saat melakukan sih nggak pakai, rugi dong nggak merasakan tubuh Rahma seutuhnya,” sahut Raymond mulai terbawa suasana dan ikutan tertawa.
Sampai di rumah, Raymond tak segan rapikan kamar tamu dan persilakan keduanya untuk sementara pakai kamar dia dan Rahma buat istirahat, setelah menempuh perjalanan panjang dari Melbourne.
Tiba-tiba ponselnya bergetar.
Dadanya bergemuruh, lagi-lagi nomor yang sama dan tak dikenalnya mengirimkan sebuah lampiran, tapi kali ini bukan foto..tapi video pendek berdurasi 8 detik.
Video ini memperlihatkan gaun merah seperti yang di pakai wanita di foto itu, kali ini terlihat gaunnya terlepas, lalu perlihatkan tubuh molek seorang wanita dari bagian punggung.
Yang bikin Raymond hampir semaput, ada tanda lahir di punggung mulus itu yang identik dengan milik Rahma…juga antingnya, termasuk rambutnya tersebut, saat merebahkan diri di sebuah kasur empuk, yang mirip ranjang hotel mewah.
“Lhooo, kok kamu sih yang bersihkan kamar, kenapa nggak panggil aku?” tiba-tiba Indri sudah berdiri di depan pintu, hanya kenakan handuk putih yang melilit sampai di dadanya yang membusung.
“Tak apa ka Indri, istirahat saja dulu, nanti setelah bersih, bisa pindah ke sini dengan mami,” sahut Raymond sambil buru-buru melanjutkan merapikan sprei.
Tapi Indri tiba-tiba jongkok dan ikutan rapikan sprei ini.
“Jangan ka Indri, kakak kan tamu di rumah ini,” Raymond buru-buru menarik sprei ini dan sesaat tarik menarik terjadi.
Sekonyong-konyong tubuh Indri doyong ke depan, lantai dari ubin yang baru Raymond lap ternyata masih licin dan Raymond sigap menangkap tubuh indah ini….!
**
BERSAMBUNG
Kini Raymond duduk termangu di ruang kerja kecilnya, ucapan terakhir Clara membuatnya antara tak percaya dan bingung.Clara mengajaknya ke Jogjakarta, 2 mingguan lagi. Dengan alasan melihat langsung penyerahan mobil-mobil pesanannya ke perusahaannya yang ada di Jogja dan Semarang.Yang membuat Raymond termangu, tatapan ‘aneh’ Clara itulah yang membuatnya merasa ada sesuatu.“Ahh paling perasaanku saja,” batinnya, membantah tatapan ‘mesra’ Clara tadi. Sebagai pria yang tak pernah berselingkuh, Raymond tak pernah berpikir aneh-aneh.Apalagi Clara adalah klien kakap perusahaannya dan sebentar lagi dia akan dapat anuerah, yakni bonus besar dari perusahaanya.Kecantikan wanita pebisnis ini memang tak beda jauh dari Tante Melly dan Indri, tak selisih jauh pula dengan Rahma istrinya. Biarpun usia Clara sudah 30 tahun, tapi berkat perawatan mehong, Clara bak masih berusia 20 tahunan.Sebagai pria normal dan jarang dapat belaian dari istrinya, pikiran kotor Raymond pun mulai menari-nari di otak
Pukul 11.30 Raymond izin dengan Bingo sang Pincab, untuk bertemu klien.Entah kenapa kali ini Raymond tak beri tahu siapa klienya itu, Bingo sampai penasaran, tapi gengsi bertanya, lagian yang namanya klien, saat ini cabang mereka meminta semua pemasaran jemput bola.Dan ini masih dalam koridor pekerjaan..!Raymond sudah terbiasa keluar dan melobi langsung klien-kliennya, baik dengan sales lain, ataupun sendiri, sehingga Bingo tak mau perlihatkan jiwa keponya.Raymond langsung menuju ke restoran yang di boking Clara, seorang pelayan tunjukan ruangannya.Ternyata ini sebuah ruangan private dan Raymond lega, di sini boleh nge-rokok, masih ada waktu kurang dari 1 jam, sehingga dia tak bete menunggu kelamaan.“Mending aku yang menunggu, kalau dia yang menunggu bisa amsiong aku, kalau Bu Clara batalin kontrak jumbo, hancur karirku!” batin Raymond dan nikmati kopi panasnya dan cicipi buah segar yang di sediakan sang pelayan ini.Raymond lepas jaketnya dan dengan him di tubuhnya, badan kokohn
“Loh kok kok buru-buru ngantor, masih pagi lohh?” Tante Melly menegur Raymond yang pukul 6.30 sudah rapi dan harum.Tante Melly punya kebiasaan suka minum air putih kalau pagi dan dia ke dapur nyari air putih kesukaannya itu.Tak di sangka pagi ini bertemu Raymond yang sudah siap ke garasi samping untuk ambil motor matic bongsornya ke kantor.“Hindari macet saja Mi, maklumlah Jakarta,” sahut Raymond dan matanya sampai nyalang menatap gaun tidur Tante Melly yang transparan yang lagi-lagi menampilkan pemandangn aduhai.Matanya makin membulat, Tante Melly lagi-lagi tak kenakan beha dan CD di balik baju tidur warna krim-nya ini, gaun span-nya ini malah di atas lutut.Sehingga kaki jenjang si tante ini bikin kalamenjing Raymond naik turun, mana sore kemarin sudah sempat cicipi kacang kedelai Indri lagi, makin senewen dan konslet-lah otaknya di pagi ini.“Ehemm…matanya kemana,” tegur Tante Melly senyum nakal, nyadar sang ‘menantu’ tiri ini menjelajahi tubuh denok dan aduhainya ini.“Ahh…a-nu
“Indri…!” Raymond yang masih pakai handukan bergegas ke dapur dan dia kaget melihat wanita denok ini terjatuh di dapur sambil memegang kakinya.“Ray tolong bantu aku, tadi aku ke asyikan terima telpon, nggak tahu ada turunan,” keluh Indri sambil memegang tangan kokoh Raymond yang sigap menarik badannya.Walaupun tubuh Indri semok dan dikit gemoy, tanpa kesulitan Raymond bisa mengangkatnya dan membawanya ke sofa di ruangan tengah.Raymond lalu periksa kaki Indri yang meringis menahan sakit.“Sebentar ya ka Indri, aku mau ambil es, ini agaknya memar,” tanpa menunggu jawaban Indri, Raymond bergegas ke kulkas dan ambil es, lalu dia cari handuk kecil dan membungkusnya.Raymond pun kini terus memegang es ini sambi jongkok, sial baginya atau ini malah keberuntungan, karena posisinya jongkok, wajahnya persis berada di hadapan kedua paha milik Indri.Bahkan garis halus di antara pahanya ikut terlihat, karena celana yang dia pakai sangat pendek. Apalagi kedua paha Indri yang warnanya putih keku
Tiba-tiba Clara memanggil sekretarisnya yang tadi membawa Raymond dan dua staf pemasaran ke ruangan ini.“Agnes, panggil Anton dan Sony, bilang pada keduanya siapkan draf kontrak, kita akan beli 100 buah mobil dari dealer mobil ini dan kelak kita akan pesan 150 mobil lagi di tahap kedua,” ceplos Clara, hingga Raymond dan dua stafnya melongo dan saling pandang.Padahal Raymond sudah dapat info, Clara adalah klien yang terkenal sulit diajak kompromi dan orangnya saklak serta terkenal angkuh."Bu Clara seorang CEO perusahaan travel besar dan punya ego keras, kalian harus bujuk agar dia mau teken kontrak," itulah ucapan si Pincab ke Raymond, yang di ingat betul pria ini.Kini, betapa terkejutnya ia ketika menyadari klien ini adalah Clara dan wanita yang sama yang ia tolong beberapa jam sebelumnya.Bahkan belum juga Raymond mulai berbicara, tanpa basa-basi Clara langsung menerima tawaran sekaligus meng ACC dan memesan 100 buah mobil, ini di luar prediksinya.Sibuklah Raymond kini bersama d
Rumah terasa sepi, ruang makan kosong, dan pintu kamar ibu mertua serta iparnya tertutup rapat, tanda belum bangun pagi.Raymond hela nafas, ia bersyukur pikiran warasnya masih jalan, ia masih bisa menjaga attitudenya. Tidak nekad masuk ke kamar kakak ipar dan ibu mertuanya itu untuk tuntaskan godaan maha dahsyat yng terjadi kemarin, di tambah Rahma bikin hasratnya harus nambah daftar hari puasanya.“Berangkat kerja Ray? Kenapa nggak bawa mobil,” tiba-tiba terdenger suara Tante Melly, kagetkan Raymond, saat dirinya akan starter motornya.Sial atau malah keberuntungan…!Raymond melongo melihat penampilan mami mertua tirinya yang masih pakai baju tidur transparan dan sama sekali tak mengenakan pakaian dalam!Hal itu membuat bagian pribadinya tersingkap samar!“I-iya Mi, aku ngantor, bawa motor saja, takut kejebak macet Mi,” sahut Raymond bikin alasan dan buru-buru pasang helmnya, karena tak sanggup melihat pemandangan yang menyambutnya di pagi hari yang mendung ini.Lalu buru-buru ke ke