Beranda / Urban / Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua / Bab 3: Godaan Silih Berganti

Share

Bab 3: Godaan Silih Berganti

Penulis: mrd_bb
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-19 11:15:32

“Ma-aaaf…!” Raymond buru-buru lepaskan pelukan tak di sengaja. Namun, lilitan handuk terlepas saat mereka tak nyadar jatuh ke kasur…dan pemandangan indah terpampang jelas di matanya.

Bagian tubuhnya yang berisi dan yang terletak di antara kedua paha Indri terhampar nyata, Raymond buru-buru alihkan pandangannya, hatinya kontan berdebar-debar.

Indri hanya senyum kecil melihat ‘kesopanan’ Raymond dan santai saja merapikan handuknya. Sikapnya ini makin membuat siksaan 'asyik di hati Raymond.

“Baiklah ganteng, aku keluar dulu yaah,” kata Indri, suaranya malah mirip desahan, seolah sengaja memancing di air yang sudah keruh ini.

“Aroma kamu bikin aku sulit berpaling,” bisik Indri lagi dan makin tak karuanlah degup jantung Raymond.

Apalagi…dia sudah sangat lama belum dapat jatah dari Rahma!

Godaan silih berganti ini membuat hati Raymond mulai bimbang dan otak-nya mulai konslet.

Namun pikiran ‘aneh’ langsung dibuangnya jauh-jauh, Raymond teringat lagi dengan kiriman video singkat yang bikin emosinya naik itu.

Dia pun cepat-cepat selesaikan pekerjaan ini, lalu ke kamarnya dan dengan sopan bilang kamarnya sudah siap di tempati.

Indri yang baru memasang kaosnya senyum manis, pura-pura tak ingat kejadian yang bikin napas Raymond masih naik turun.

Tante Melly yang tak tahu momen menggoda antara Indri dan Raymond tadi ucapkan terima kasihnya dan bilang Rahma beruntung punya suami seperti Raymond ini.

"Untung sekali si Rahma, punya suami sigap dan ringan tangan," puji Tante Melly dengan senyum memikatnya, hingga sesaat Raymond makin pusing dibuatnya. 

Setelah Tante Melly dan Indri pindah kamar, Raymond membuka kembali video tersebut, tak sadar pintu kamar masih terbuka.

Darahnya masih mendidih, nekat…dia lalu telpon nomor tak dikenal itu, “Berengsek! Apa maumu hah!? Buat apa kau kirim video itu?” cetus Raymond menahan kgeraman hatinya, sekaligus agar tak kedengaran mertua dan ipar tirinya.

Sumpah serapah keluar dari mulut Raymond, namun tidak ada satupun balasan dari seberang sana.

Saat ‘ngamuk’ di telpon Raymond tak sadar suaranya itu terdengar Tante Melly yang saat itu ingin ke dapur dan kaget mendengar Raymond yang ada di bagian belakang rumah ini marah-marah di telpon.

Walaupun suaranya sudah di tekan Raymond agar tak terdengar nyaring.

Jiwa kepo Tante Melly muncul dan dia dengarkan apa yang Raymond omongkan dengan lawan bicaranya di luar kamar ini.

Klikk…usai Raymond keluarkan uneg-unegnya, telpon terputus dan berkai-kali Raymond telpon balik, ponsel ini sudah dimatikan.

Diapun sampai lama melamun di teras belakang rumah mewah mereka, pikirannya benar-benar mumets, hari jelang senja dia pun balik ke kamarnya.

**

Sudah jadi kebiasaan Raymond, kalau ke kamar mandi dia akan langsung lepas pakaiannya dan dengan bertelanjang ria masuk kamar mandi yang ada di kamar ini.

Begitu masuk…!

“Aihh….!”

“Astagaaa….?”

Raymond terkejut, ada orang lain di kamar mandinya dan sedang asyik menyabuni tubuh padatnya dengan busa sabun.

Pria itu melotot, bentuk dan kepunyaan Indri saja masih berbekas di pikirannya, kini milik mertua tirinya lebih... menggoda.

“Tante…eh mami…m-maaf…Ray pikir tak ada orang di dalam?” sahut Raymond tergagap, tak sadar miliknya ternyata terlihat jelas di depan Tante Melly.

Di satu sisi Raymond pun terpesona melihat Tante Melly yang juga polos tanpa sesuatu di tubuhnya ini.

“Ray… punya kamu tuh?”

“Astaagaaaa…m-maaf tante eh mi!” dengan cepat Ray keluar lagi dari toiletnya dan buru-buru pasang kembali celana pendeknya dan baju kaosnya.

Tak sampai 10 menitan, Tante Melly keluar dan senyum manis saja melihat Raymond yang masih berada di kamar ini dan salting menatapnya.

Tante Melly pakai handuk yang juga di lilitkan di dadanya. Penampilannya benar-benar bikin Raymond menelan ludah.

“Mi…maaf sekali lagi, Ray benar-benar nggak sengaja, tadi aku pikir kamar mandi ini kosong,” kata Raymond sambil menundukan wajahnya, tak sanggup menatap wajah ibu mertuanya ini.

“Tak apa Ray, tante juga salah, lupa ngunci kamar mandinya, lagian si Indri lama banget ke toilet. Tante kan gerah dan mau mandi, makanya tante masuk saja ke kamar kamu dan Rahma lalu numpang mandi di sini,” sahut Tante Melly seolah kejadian barusan tidak perlu di permasalahkan.

Tapi mata Tante Melly menatap paha Raymond. “Hmm… susah dikendalikan ya,” bisik Tante Melly lalu menowel gemas dan keluar dari kamar ini sambil tertawa kecil.

Raymond sampai terkaget-kaget. “Busyet dahhh…!” batinnya dan buru-buru mandi.

Sambil mengguyur badannya dengan air dingin lewat shower, untuk redakan kepalanya yang pusing 7 keliling.

Otak Raymond pun membayangkan bentuk tubuh polos Indri dan Tante Melly. “Kalau di pikir-pikir, body mereka tak beda jauh dengan Rahma,” batinnya.

Pikiran liar Raymond sempat jalan, apalagi teringat bagian tubuh milik Indri dan Tante Melly yang bikin dia sampai kini sulit lupa.

Sesaat Raymond lupa dengan ‘perselingkuhan’ Rahma, kehadiran Tante Melly dan Indri yang membuat dia piknik ke mana-mana, seolah jadi obat baginya untuk redakan gejolak hatinya.

**

BERSAMBUNG

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sri ami
Lanjutkan dan makin seru tapi jangan di batas donk
goodnovel comment avatar
Willem Dacosta
Lanjutkan ceritanya dong
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua   Bab 296: Sebuah Rahasia Tentang Armani

    “Kamu bakalan punya PR besar kelak, si Veloxia agaknya klepek-klepek denganmu Raymond?” kata Rahma perlahan, saat menatap Gojali, Veloxia dan Bonar yang justru asyik berjoget di depan panggung kecil ini dan si Gojali malah asyik nyawer Veloxia yang lagi nyanyi.Raymond yang nggak pernah se humble yang di lakukan Gojali tak bisa melarang kelakuan remaja ini, yang malah sangat menikmati tubuhnya tertukar. “Aku justru membayangkan gimana perasaan Massayu melihat sepupunya malah naksir raga aku yang di pakai si Gojali!” sela Raymond spontan.“Whattts…jadi si Veloxia itu?” Rahma sampai membulat matanya, kaget baru tahu Veloxia dan Massayu sepupuan.“Benar Rahma, ibunya Massayu dan ibunya Veloxia bersaudara!” sahut Raymond.“Hmm…bakalan tambah rumit hubungan kalian Raymond, Veloxia anggap Gojali dirimu dan Gojali sejak lama naksir Veloxia, sementara kamu dan Massayu malah masih suami istri bukan...??!” sela Rahma kalem, kembali ke setelan pabrik.“Rumit, gara – gara kelakuan si Gojali!” sun

  • Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua   Bab 295: Hilang Matsani Cs, Datanglah Gojali Cs

    “Pergilah cepat dari hadapanku, atau kaki kalian aku patahkan lagi. Itu hukuman bagi kalian yang secara kurang ajar menganggu berani Rahma,” dengus Raymond, keluar sifat aslinya, dingin dan agak kejam.Matsani dan Farid dengan airmata bercucuran menahan sakit yang terasa nyiut-nyiut hingga ke kepala langsung pergi, diikuti dua orang centeng mereka tadi, tak menyangka si ‘remaja’ bertubuh kokoh itu begitu hebat, belum lagi munculnya ‘Raymond’ ke tempat ini.Sesaat suasana kafe ini hening sesaat.Tiba-tiba semua kaget, saat Gojali bertepuk tangan dua kali. “Hayoo semua kembali nikmatin musik, semua kerusakan aku Raymond Razak yang ganti, kalian semua juga aku traktir,” ceplos Gojali, hingga Raymond tak nyadar sampai menepuk jidatnya, melihat kelakuan Gojali ini.Ini sifat aslinya kalau lagi habis akal dan hanya Rahma yang tahu kebiasaan mantan suaminya ini.“Kamu hebat sekali keponakanku,” Gojali dengan cueknya, tepuk - tepuk bahu Raymond, sampai sakit perut Rahma menahan tawa melihat k

  • Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua   Bab 294: Hajar Pengganggu Rahma

    Begitu Raymond berjalan menuju ke arah Rahma yang sedang di ganggu Matsani dan Farid, dia sudah di hadang dua orang berbadan gempal.“Santai jagoan, biarkan temanmu itu rayuin tante cantik berwajah kayak bidadari dan boerbody asoy itu, kan biasa atuhh bagi-bagi enak he-he-he,” cetus seorang berbadan gempal ini, dengn gaya jagon hadang langkah Raymond. Semua pengunjung tegang, apalagi pemilik kafe ini, si taoke ini sudah bisa membayangkan berapa kerugian yang dia derita andai terjadi keributan di kafenya ini.Mata Raymond kontan berubah jadi bengis. Matsani dan Farid juga berhenti ganggu Rahma dan melihat apakah kedua centeng yang sengaja mereka bayar ini akan mampu hajar Gojali alias Raymond.Untuk balaskan dendam mereka, karena dulu di hajar Raymond.Anehnya Rahma justru tak khawatir dengan Raymond, tapi…dua orang itu dan dua remaja yang secara kurang ajar berani menganggu dirinya.“Kalian semua cari penyakit,” batin Rahma yang sudah tahu bagaimana tabiat mantan suaminya ini kalau su

  • Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua   Bab 293: Mau Nostalgia Malah Diganggu!

    “Ray, temani aku makan malam”Chat dari Rahma dan Raymon senyum di kulum, tumben mantan ayank bebnya ngajak makan malam.“Boleh Rahma, mau makan di mana?” Raymond balas chat mantan istrinya ini.“Kamu masih ingat kan Kafe 90 an, yang terletak di Jakarta Selatan, nggak jauh dari Blok M, kafe pertama kali kita kencan saat masih jadi mahasiswa? Kita bertemu pukul 7 malam” Raymond langsung sahuti yaa dan pasti akan datang.Seulas senyum merekah di bibirnya, aneh baginya, Rahma seolah ingin ajak dia bernostalgia di jaman mereka masih jadi anak kuliahan.Saat itu dia dan Rahma janjian di kafe kenangan itu dan Raymond dengan motor yang kini dia simpan di garasi rumah mewahnya masih ia simpan sebagai kenangan, saat itu semangat 45 sekali ke sana.Walaupun kala itu dia harus relakan uang kiriman uangnya berkurang hingga separu buat traktir Rahma. Tapi dia bahagia, karena Rahma sejak malam itu mau jadi kekasihnya dan berakhir di pelaminan.Saking semangatnya, Raymond malah datang duluan sejak

  • Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua   Bab 292: Melihat Armani dan Massayu Jalan Bersama!

    Gara-gara Rahma bercerita soal Armani, ingin rasanya Raymond menegur kelakuan adiknya itu, agar menghargai Rahma sebagai istrinya."Kenapa si Armani harus diam-diaman begitu? Bukankah tujuannya adalah untuk membantu baby Astrid? Apa mungkin dugaan Rahma, Armani justru diam - diam menyukai Massayu, karena wajahnya yang mirip mendiang Astrid," gumam Raymond.Tapi…diam-diam pun harus jujur dengan hatinya, apakah selama ini dia juga mencintai Massayu Ellana dari hati…?Raymond sampai termenung di balik kemudi mobil mewahnya. Kini hatinya malah tiba-tiba mulai mentah dengan Massayu.Anehnya, dia sama sekali tak marah dengan 'pengkhianatan' Massayu. Dirinya justru flassback dengan kelakuannya sendiri.Biarpun belum ada ikrar talak yang ia ucapkan, tapi secara agama, dia dan Massayu boleh di bilang sudah bercerai, karena lebih 6 bulan tak ada nafkah batin dan materi yang ia berikan buat Massayu. Otaknya kini malah ingat terus dengan Rahma, si mantan istrinya tersebut.Se-jutek dan protektif-

  • Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua   Bab 291: Curhat Rahma Soal Armani dan…Massayu

    “Raymond…bolehkah aku sedikit curhat, tentang…Armani!”“Silahkan Rahma!” sahut Raymond yang sudah tak bisa lagi menutupi jati dirinya, walaupun masih menggunakan raga Gojali.“Tapi…kamu juga janji rahasiakan ini dan jangan marah dengan Armani?”Lagi-lagi Raymond mengangguk dan diam-diam ia sangat penasaran, apa yang terjadi dengan rumah tangga Rahma dan Armani ini? Serta kenapa dia di minta jangan marah ke adik se ayahnya itu.“Kejadiannnya saat kamu masih koma di rumah sakit dan Massayu datang berkunjung. Kala itu ada aku dan Armani di sana. Saat itu aku keluar dari ruang perawatan, karena si Mamon menelpon, ketika balik aku tak sengaja mendengar mereka berdua bercakap-cakap!”“Iya…lantas, apa yang mereka percakapkan?” sahut Raymond makin tak sabaran.“Armani minta tolong dengan Massayu menemaninya ke Banjarmasin, untuk menemui anaknya, Astrid. Sebab kata mantan mertua Armani, baby Astrid yang kini berusia hampir 2 tahunan sering sakit dan mengigau, kalau melihat foto mendiang ibun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status