Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 1418 Konflik Makin Memanas

Share

Bab 1418 Konflik Makin Memanas

Author: Sarjana
"Ayo, kita pergi. Kamu nggak perlu memedulikan hal-hal lain, sekarang hal yang perlu kamu lakukan adalah menemaniku makan."

Ardika menggandeng tangan Luna. Di bawah arahan dari bos hotel, mereka langsung pergi ke sebuah ruang pribadi di lantai atas. Biasanya mereka makan di restoran lantai satu.

Namun, karena Ardius dan lainnya pasti akan terus menerus memanggil bantuan, dia tidak ingin Luna menyaksikan pemandangan seperti itu.

Siapa sangka, setelah dia dan Luna selesai makan, Ardius dan yang lainnya masih belum memanggil bantuan.

"Sayang, kamu pulang saja, istirahat di rumah."

Ardika meminta staf Asosiasi Dagang Kota Banyuli untuk mengantar Luna pulang. Selain itu, dia juga menghubungi Levin, meminta Levin untuk mengirim orang melindungi istrinya sepanjang jalan.

Namun, mereka hanya perlu memastikan istrinya aman sampai di luar Kompleks Vila Bumantara saja.

Tidak ada orang yang berani menerobos masuk ke dalam Kompleks Vila Bumantara untuk menargetkan Luna.

Futari, ayah dan ibu mertuan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2745 Membantu

    Matthew menyunggingkan seulas senyum kemenangan. Terutama saat melihat ekspresi malu sekaligus marah menghiasi wajah Rosa, nafsu yang bergejolak dalam hatinya menjadi makin tak tertahankan.Secara naluriah, Rosa melangkah mundur satu langkah, lalu berkata dengan nada bicara sedingin es, "Tuan Muda Matthew, ada banyak teman di sini, tolong jaga bicaramu.""Jaga bicara, ya?"Matthew berkata dengan acuh tak acuh, "Apaan itu?""Bukankah aku sedang membicarakan tentang kerja sama dengan Bu Rosa?""Aku nggak puas dengan penawaranmu, juga nggak peduli dengan penawaranmu itu, jadi aku mengajukan persyaratanku sendiri. Ya, hanya sesederhana itu.""Apa ini sangat keterlaluan?""Bukankah Bu Rosa ingin bekerja sama dengan Rumah Sakit Marim? Ingin menghasilkan banyak uang, 'kan?""Saat berbicara tentang kerja sama dan uang, yang lainnya nggak penting!" kata Matthew dengan ekspresi arogan. Dia sama sekali tidak takut menyulut amarah Rosa karena hal ini, menyebabkan dirinya kehilangan kesempatan untu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2744 Melewati Malam yang Indah Bersama

    Matthew tersenyum. Hanya dengan uluran tangannya, langsung ada orang yang mengantarkan segelas sampanye untuknya.Pada saat dia mengangkat kepalanya dan meneguk seteguk minumannya itu, dia mengamati kaki jenjang dan leher seputih salju rosa dengan sorot mata lancang. Beberapa saat kemudian, dia baru mencecap bibirnya dengan puas."Bu Rosa, apa kamu pernah mendengar satu kalimat?""Semua hadiah yang diberikan oleh takdir, diam-diam sudah ditetapkan harganya.""Jadi, Bu Rosa, kamu mengerti maksudku, 'kan? Ingin bekerja sama dengan Rumah Sakit Marim? Boleh saja. Itu adalah hal yang sangat mudah bagiku.""Tapi, pengorbanan seperti apa yang Bu Rosa bersedia lakukan?"Matthew memicingkan matanya, menatap Rosa dengan tatapan seolah-olah menatap mangsa.Semua orang di tempat itu tentu saja mengerti maksud di balik ucapannya itu.Sangat jelas, Tuan Muda Matthew ini sudah tertarik pada Rosa pada pandangan pertama. Dia tidak akan berhenti sebelum mendapatkan wanita itu."Bu Rosa, jangan diam saja

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2742 Tuan Muda Matthew

    Rosa mengerutkan keningnya, berkata dengan agak kesal, "Ini nggak ada hubungannya dengan Ardika. Tadi aku juga memaki Gandhi.""Rosa, kamu nggak bisa melindunginya seperti ini."Benedith berkata dengan ekspresi serius, "Kamu memaki Gandhi, itu karena kamu adalah atasannya. Adapun mengenai Ardika, apa dia punya identitas tertentu? Berani-beraninya dia memperlakukan orang lain seperti itu.""Yah, berbicara kurang mengenakkan, kalau bukan karena kamu membawanya, dia bahkan nggak berhak untuk muncul di tempat seperti ini.""Orang yang nggak tahu jelas posisi sendiri, bahkan suka bicara omong kosong sepertinya, sama sekali nggak bisa membantu. Sebaliknya, dia hanya akan merusak rencana."Rosa sangat tidak puas mendengar Benedith menjatuhkan Ardika seperti itu, terlebih lagi pria itu bukan melakukan hal tersebut sekali atau dua kali."Benedith, kalau kamu nggak ingin membantu, ya sudah ...."Rosa berbicara dengan dingin. Namun, saat dia baru saja berbicara, Ardika menepuk-nepuk pundaknya dan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2742 Rendahan

    "Gandhi, kalau standar menjadi presdir adalah bertanding siapa yang lebih nggak tahu malu, aku pasti akan menyerahkan posisiku padamu sekarang juga," kata Rosa dengan agak kesal.Emosinya memang sudah tersulut oleh sikap tidak tahu malu Gandhi ini.Saat rapat sebelumnya, pria itu mengatakan dia bisa segera mengamankan kerja sama dengan Rumah Sakit Marim, memanfaatkan hal ini untuk mengancamnya dan menghasut para petinggi perusahaan.Sekarang pria itu malah mengatakan Mandy memiliki harapan paling besar untuk mengamankan kerja sama tersebut, bahkan ingin mengandalkan mereka untuk membalikkan situasi.Gandhi sama sekali tidak peduli pada ejekan Rosa. Dia terkekeh dan berkata, "Bu Rosa, kamu nggak perlu bicara omong kosong seperti ini padaku. Memangnya ada artinya? Biarpun kamu mengejek semua leluhurku, aku juga nggak akan rugi apa pun.""Kamu, dan juga si Ardika itu, kalau kalian benar-benar berkemampuan, tikung saja Keluarga Tenggara dan amankan kerja sama itu.""Bukankah Mandy sampai m

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2741 Berkorban Besar

    "Benedith, aku yang membawa Ardika kemari, tentu saja aku mau membawanya masuk," kata Rosa dengan agak kesal.Benedith mendecakkan lidahnya dan berkata, "Rosa, jangan menganggapku cerewet. Aku bisa mengerti kamu membawanya datang untuk memperluas wawasannya, tapi kamu juga harus lihat tempat. Kamu lihat orang sepertinya, bagaimana dia bisa muncul di acara sepenting ini? Terlebih lagi, kamu membutuhkan bantuan Tuan Muda Matthew dalam urusan bisnismu.""Memangnya apa salahnya orang sepertinya ...."Rosa sudah mulai marah, dia baru saja hendak membantah ucapan Benedith.Siapa sangka Ardika malah langsung meletakkan piringnya, lalu tersenyum dan berkata, "Nggak apa-apa. Aku nggak makan lagi, oke? Lagi pula, aku juga sudah kenyang. Setelah perut kenyang, baru bisa bertindak. Hehe."Benedith melirik Ardika dengan sorot mata jijik. Dia bisa melihat Rosa sudah bertekad untuk membawa Ardika pergi menemui Matthew. Karena takut menyulut amarah wanita itu, dia hanya bisa mengangguk dan berkata, "B

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2740 Sopan Santun Buruk

    Kedua, Ardika juga bisa melihat Rosa ingin melakukan sesuatu, jadi dia harus segera menghentikan wanita itu.Dia bisa memahami perasaan Rosa.Hanya saja, seperti yang dikatakan oleh wanita itu sendiri, dia sudah punya istri. Dia benar-benar tidak bisa memberikan apa yang Rosa inginkan.Karena itulah, dia ingin berusaha semampunya untuk tidak menyakiti gadis ini."Rosa, sepertinya kamu menghadiri pesta koktail bersama Ardika kali ini, seharusnya ada urusan, 'kan?"Saat ini, Benedith yang dalam suasana hati luar biasa baik, kembali berinisiatif bertanya pada Rosa.Karena tujuan Rosa datang kemari bukan untuk mengungkapkan perasaan secara terang-terangan pada Ardika seperti yang disebutkannya sebelumnya, maka seharusnya karena ada urusan yang perlu ditangani.Bagaimanapun juga, Rosa sudah tidak menghadiri acara kalangan mereka selama beberapa waktu.Hari ini dia tiba-tiba datang menghadiri pesta ini pasti karena ada tujuan lain.Walaupun Rosa tidak puas terhadap sikap Benedith yang mereme

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status