Walaupun sikapnya terkesan sedikit menjilat, tetapi Wilgo tidak bermaksud untuk mengenalkan Domio pada Ardika.Tentu saja Ardika tidak akan memedulikan hal ini. Setelah daging domba tersebut matang, dia mencelupkannya di dalam mangkuk saus, lalu memakannya. Setelah itu, dia baru berkata dengan acuh tak acuh, "Aku bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan. Yang sudah matang, sudah bisa kumakan. Pak Wilgo, kamu fokus makan makananmu saja, nggak perlu memedulikanku.""Karena kalau kamu seperti ini, aku akan merasa sangat malu. Aku akan merasa seperti berutang budi pada orang lain. Aku ini adalah tipe orang yang nggak suka berutang budi.""Kalau nggak begini saja, pembayarannya kita bagi dua saja, Pak Wilgo?"Saat berbicara, Ardika benar-benar mengeluarkan selembar kartu bank dari sakunya, lalu meletakkannya di atas meja. Sangat jelas dia tidak senang bercanda.Melihat pemandangan itu, ekspresi Wilgo langsung sedikit berubah.Sementara itu, ekspresi Domio yang duduk di sebelah kirinya juga
Jam sepuluh malam, memang waktu makan camilan malam.Saat Ardika dan Rosa tiba di restoran hotpot daging domba tersebut, tempat ini sudah disewa untuk konsumsi pribadi.Di dalam restoran yang sepi itu, Wilgo menempati sebuah meja yang terletak di tengah-tengah ruangan. Di hadapannya ada sebuah panci tembaga dengan asap yang sedang mengepul.Beberapa piring daging domba yang telah diiris-iris tipis tersajikan di atas meja. Dia menggunakan sumpit untuk menjepit potongan daging tersebut, lalu merendamnya ke dalam panci tembaga tersebut dengan santai.Dia merendamnya dengan hati-hati, juga memakannya dengan hati-hati. Ekspresi santai seolah-olah sedang menikmati hidangan lezat juga menghiasi wajahnya, sama sekali tidak terlihat panik dan gelisah seperti saat di rumah sakit.Di samping Wilgo, ada seorang pria yang terlihat seperti sosok hebat, berbalut jubah panjang dan memiliki janggut, juga tengah merendam potongan daging dengan santai. Dia terlihat seperti orang yang sangat bebas dan men
Walaupun dalam hatinya dia sudah jauh memandang tinggi Ardika sekarang, tetapi menghadapi pemuda yang telah melayangkan sebuah tamparan ke wajahnya, memecah belah hubungannya dengan putrinya, bahkan menghalangi jalannya untuk menduduki posisi sebagai ketua cabang, Wilgo tetap sangat membenci Ardika.Apalagi memintanya untuk pergi memohon bantuan Ardika."Betty, jangan panik, kita tunggu lagi, ya ...."Wilgo menghindari tatapan putus asa Betty, lalu berkata dengan suara dalam, "Raja Obat sudah menghubungi dua orang dokter genius lainnya, mereka pasti akan bergegas kemari ....""Tok ... tok!"Tepat pada saat ini, pintu bangsal diketuk oleh seorang anggota Organisasi Snakei. Kemudian, orang tersebut mendorong pintu hingga terbuka, lalu memasuki ruangan dengan tergesa-gesa dan berkata dengan ekspresi masam, "Pak Wilgo, Raja Obat memintaku memberi tahu Bapak, dia sudah mencoba untuk menghubungi dua orang dokter genius lainnya.""Tapi Raja Akupunktur sudah hilang kontak, sama sekali nggak bi
Dokter segera maju untuk menenangkan Betty, ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, seolah-olah takut tiba-tiba terjadi sesuatu pada wanita itu."Aku saja yang bicara dengannya, kalian keluar saja untuk beristirahat dulu."Wilgo melambaikan tangannya, mengusir semua orang keluar dari bangsal. Hanya dirinya yang tetap berada di sisi Betty.Para staf medis yang berada di tempat menghela napas lega. Merawat tokoh terkemuka seperti ini benar-benar memberikan tekanan yang sangat besar untuk mereka.Hingga tersisa dirinya seorang diri di dalam bangsal, Wilgo baru melangkah maju untuk menggenggam tangan Betty yang sedingin es itu dan berkata, "Betty, aku sudah meminta Raja Obat untuk menghubungi Raja Akupunktur dan Tangan Ajaib.""Mereka akan bergegas datang kemari. Saat itu tiba, mereka sudah bisa menyembuhkanmu.""Kamu harus bertahan!"Ekspresi Betty yang berbaring di tempat tidur tampak pucat pasi, dia berkata dengan suara bergetar, "Wilgo, jangan membohongiku, aku sudah mendengar semua pem
"Baik."Raja Obat dan yang lainnya juga menangkupkan tangan mereka.Sementara itu, Wilgo memanggil Zilvana dan berkata, "Sebelumnya saat Jerfis datang, bukankah dia bilang dia sudah mengirim orang untuk menyerang Ardika? Beri tahu dia, setelah berhasil menangkap Ardika, jangan dibunuh dulu."Walaupun dia tidak bersedia memohon Ardika, tetapi tentu saja dia bersedia mengancam Ardika untuk menyembuhkan Betty.Namun, Zilvana malah berkata dengan ekspresi aneh, "Pak Wilgo, barusan aku mendapatkan informasi, Jerfis mengirim Lisea, sekretarisnya membawa belasan orang ke Vila Yuhuen untuk menangkap Ardika.""Alhasil, Ardika nggak hanya pergi lebih awal, bahkan memasang perangkap ledakan debu di dalam vila.""Begitu Lisea membawa orang-orang masuk ke dalam, vila itu sudah meledak. Di antara puluhan orang itu, ada yang mati, ada pula yang terluka parah, bahkan Lisea sendiri nyaris kehilangan nyawanya!""Apa?!"Wajah Wilgo berkedut, dia membelalak kaget sampai tidak bisa berkata-kata.Aksi Jerfi
Sorot mata Wilgo berubah menjadi makin muram. Setelah terdiam sejenak, dia berkata, "Dengar-dengar Raja Obat sering berinteraksi dengan dua dokter genius lainnya, Raja Akupunktur dan Tangan Ajaib. Bisakah Raja Obat memberiku muka dengan mengundang dua dokter genius itu ke ibu kota provinsi? Terima kasih banyak!"Sebelumnya dia juga telah mengirim orang untuk pergi mengundang Raja Akupunktur dan Tangan Ajaib.Namun, sifat Raja Akupunktur cukup aneh, sulit untuk diajak berinteraksi. Ditambah lagi, orang yang dikirim oleh Wilgo ke sana kala itu, mengandalkan identitasnya sebagai anggota Organisasi Snakei dan bersikap kurang baik, alhasil orang tersebut langsung dilempar keluar oleh Raja Akupunktur.Setelah kejadian itu, Wilgo mengirim orang ke sana lagi untuk meminta maaf, tetapi Raja Akupunktur bahkan enggan menerima tamu.Menghadapi dokter genius yang bahkan dihormati dan dijunjung tinggi oleh keluarga kaya dan keluarga bangsawan, Wilgo tidak bisa menggunakan cara kekerasan. Jadi, dia h