Jack seorang Jenderal tentara dengan gelar Dewa Perang yang sangat ditakuti. Bersama pasukannya bertugas di garis depan di Afrika. Sebuah telegram memanggilnya pulang. Ibunya tewas dan neneknya sakit. Keadaan memaksa Jack untuk mengambil alih tanggung jawab atas permasalahan keluarga dan perkebunannya. Penelusuran polisi atas kasus pembunuhan sang ibu, mengarah pada keluarga ayah kandungnya. Jack mendatangi keluarga kaya yang telah mengusir ibu dan dirinya. Bukan keadilan yang dia dapat, melainkan penghinaan dari Edward Hamilton yang tak lain adalah kakeknya sendiri. "Kau tak pernah diterima di rumah ini. Masih bagus aku tidak mempermalukan ibumu dengan membiarkan Kau menyandang nama Hamilton! Wanita tak setia itu pantas mati!" kata pria tua itu dingin. Sebelum diseret dan dilempar ke halaman, Jack membalas. "Mulai sekarang aku tidak akan menggunakan nama Hamilton! Ingatlah, mata dibayar mata!"
Lihat lebih banyak“Bos, atasan memanggilmu!”
Seorang prajurit mengetuk di depan sebuah pintu yang terbuka. Beberapa orang yang ada di ruangan itu ikut menoleh ke sana, lalu kembali melihat pria yang dimaksud.
“Apa menurutmu atasan akan memberi hadiah untuk masa cutimu, Bos?” Seseorang berkelakar.
Seorang pria tampan bermata tajam dan berwajah tegas penuh kharisma, berdiri dan melangkah ke pintu. Tanpa mengatakan apapun, dia mengikuti prajurit yang tadi mengantar pesan.
“Jenderal Jack di sini!” seru prajurit itu memberi tahukan di depan pintu ruangan yang cukup luas.
Seorang pria paruh baya yang telah kenyang dengan pengalaman perang, mengangkat wajah dari meja, melihat ke pintu.
“Masuk!” perintahnya.
Jenderal Jack masuk ruangan yang pintunya segera ditutup oleh prajurit penjaga di pintu.
Jack memberi hormat pada atasannya.
“Duduk, Jack!” perintah pria itu.
Jack duduk dengan sikap sempurna. Dia siap mendengarkan perintah ataupun teguran yang mungkin akan disampaikan atasan atas tugasnya yang terakhir kali, kemarin.
“Kami menerima telegram dari Meadow Creek!” Pria itu menyodorkan sebuah kertas yang berisi berita pada Jack.
Pria muda itu menerima dan membacanya. Bola matanya membulat dan mulutnya sedikit terbuka, tak percaya. Ada rintih halus yang nyaris tak terdengar keluar dari bibirnya.
“Kapan ini diterima?” tanyanya dengan suara bergetar. Kertas berita di tangannya juga ikut bergetar. Jack sekuat tenaga menahan diri dari berteriak di depan atasannya.
“Barusan kuterima,” jawab pria itu.
“Mommy selalu sehat. Bagaimana ini bisa terjadi? Aku baru meneleponnya minggu lalu.” Jack menggelengkan kepala tak percaya.
“Aku bisa membantumu memeriksanya dengan satu syarat, Jack!”
“Apa syaratnya?”
“Kau harus terima posisi Kepala Gabungan Tentara Distrik Timur!”
“Kenapa posisi itu lagi? Aku tidak terlalu suka formalitas yang hanya akan dikelilingi orang-orang bermuka dua!” kata Jack ketus.
“Keputusan ada di tanganmu. Hanya itu syaratku.”
“Apakah anggota tim inti bisa ikut bersamaku?” Jack mengajukan syarat.
“Aku akan segera menarik mereka dari zona perang!”
“Beri aku waktu berkabung selama seminggu!” kata Jack.
“Tentu. Ini tiket untukmu kembali. Kau bisa ikut pesawat kargo ke bandara lima belas menit lagi!” Pria itu menyerahkan sebuah amplop pada Jack. “Aku turut berduka, Jack. Urus dulu pemakaman ibumu. Kita bicarakan yang lainnya satu minggu kemudian!” ujarnya penuh pengertian.
Jack mengangguk. Dia segera berdiri dan memberi hormat pada atasannya, sebelum keluar dari ruangan.
***
Tujuh belas jam berikutnya, Jack turun dari taksi dan berdiri di depan lahan perkebunan milik keluarganya. Dia tercengang melihat perkebunan anggur warisan kakek yang dulu subur, indah dan sangat menjanjikan, telah berubah menyedihkan.
“Apa yang terjadi?” Dengan pikiran itu, kakinya bergegas melangkah menuju kediaman besar di tengah lahan perkebunan. Tempat itu sangat sunyi. Bahkan meski hari sudah remang senja, lampu-lampu belum juga dinyalakan.
“Hallo, apakah ada orang?” Jack mengetuk pintu rumah. Hanya kesunyian yang menyahuti. Hingga kemudian seorang pria berkulit hitam, muncul dan menyapa.
“Anda mencari siapa?” tanyanya.
Jack berbalik dan menemukan seseorang yang sangat dikenalnya. Itu adalah pria yang sejak kecil diasuh oleh kakek dan bekerja di perkebunan. “Ini aku, Tom. Apa kau tidak mengenaliku lagi?” sapanya dengan mata menyipit.
“Jack? Akhirnya kau kembali!” sahut Tom sedikit terkejut. Pria itu mendekat dan membuka pintu. Jack melihat ke sekitar.
“Apa yang terjadi dengan perkebunan, Tom,” ujarnya.
“Mari masuk dulu. Kau pasti lelah karena perjalanan jauh,” potong Tom.
Pria itu mempersilakan Jack untuk masuk. Lampu-lampu mulai dinyalakan. Namun, Jack bisa melihat bahwa tidak semua lampu yang menyala. Rumah perkebunan itu jelas sedang menahan pengeluaran listrik.
“Aku bisa melihat keanehan di sini, Tom. Katakan ada apa!” desak Jack tak sabar.
“Yang pertama mesti kau pikirkan adalah upacara pemakaman Nyonya Daniella, Jack!” Tom mengingatkan.
“Oh ya, dimana mommy disemayamkan?” tanya Jack yang akhirnya sadar hal pertama yang mesti diurusnya.
“Aku baru dari kantor forensik di kota. Mereka bilang, mungkin besok pemeriksaan nyonya selesai. Jadi kau bisa mulai memesan tempat di gereja dan lahan pemakaman!” kata Tom.
Seakan mengetahui bahwa Jack masih kebingungan dengan keadaan mereka, Tom kembali menambahkan. “Aku akan menemanimu besok pagi. Sekarang istirahatlah,” ujarnya.
Jack termangu sebentar, lalu ingat sesuatu. Dia mengejar Tom ke ruang tengah. “Tom, di mana granny? Aku tidak melihatnya sejak tadi.”
“Nyonya Besar dibawa ke rumah sakit. Beliau jatuh sakit saat berita kematian ibumu disampaikan polisi ke sini!” sahut Tom nyaris tak terdengar.
“Granny sakit? Apa kata dokter?” desak Jack.
“Tuan Fred menjaga beliau di rumah sakit. Kau bisa tanya perkembangan Nyonya Besar padanya,” jawab Tom.
“Oh, baiklah.” Jack berniat masuk ke kamarnya, tapi berhenti lagi dan kembali memanggil Tom yang hampir menghilang di belakang.
“Tom, adakah makan yang bisa dimakan sekarang? Aku lapar sekali,” kata Jack.
Tom menunduk. “Tidak ada persediaan makanan di penyimpanan, Jack. Coba kulihat, mungkin aku bisa memasakkan sesuatu untuk kita,” sahut Tom sebelum benar-benar menghilang di belakang.
“Tidak ada persediaan di penyimpanan?” Mata Jack membesar tak percaya. Cellar*1) mereka begitu besar. Biasanya sealu ada persediaan bahan makanan untuk satu bulan di sana. Bagaimana mungkin tempat itu sekarang kosong?
“Apa yang terjadi sebenarnya?” batinnya.
Jack pergi ke dapur. Dilihatnya Tom sibuk memasak sesuatu di atas kompor. “Apa yang kau masak?” tanya Jack.
“Daun anggur tanpa isian daging, Jack. Mungkin buatanku tidak akan selezat masakan nyonya---” Suara Tom kembali tercekat.
“Kebetulan aku ada membawa sedikit makanan kaleng di ransel. Mari kita tambahkan ke situ,” timpal Jack, menghibur Tom.
Setelah masakan matang, mereka makan dalam diam. Jack yang merindukan masakan ibunya yang lezat, meneteskan air mata melihat masakan Tom yang sedikit gosong. Mereka hanya makan tumis kacang merah bercampur daun anggur. Tanpa roti wangi dan hangat yang selalu dibuat ibunya. Itu makan malam paling menyedihkan yang dia rasakan di rumah itu.
Sayup, isak tangis Tom terdengar oleh Jack. Didekatinya pria gagah yang mengabdikan diri di perkebunan itu. “Apakah situasi kita sangat berat, Tom?”
Jack dapat merasakan anggukan kepala Tom di bahunya. “Maafkan aku karena terlambat menyadari hal ini dan membuat kalian semua begitu menderita,” sesal Jack.
Tangis Tom makin keras. Dia sudah merasakan sesak di dadanya sejak beberapa hari sebelum kematian Daniella. Tapi terus berusaha kuat karena nyonya dan nyonya besarnya masih optimis bahwa mereka akan keluar dari krisis. Siapa yang menduga wanita tangguh itu akan tewas begitu cepat?
Jack menghela napas. Dia membiarkan Tom melepaskan semua beban di hatinya dengan menangis. Mungkin teman bermainnya ini sudah menyimpan kepenatan begitu lama.
Setelah Tom berhenti menangis, Jack bertanya. “Sekarang, kau harus katakan apa yang terjadi di sini. Hanya itu cara agar aku bisa mengerti dan membuat keputusan dengan benar!”
Setelah penjelasan Tom yang emosional, Jack akhirnya mengerti permasalahan yang dihadapi ibunya. Perkebunan mereka mengalami masa sulit dan mommy mengambil pinjaman bank dua tahun lalu. Hanya saja keadaan tidak kunjung membaik, hingga perkebunan terancam disita untuk lelang.
“Kenapa mommy tidak pernah cerita soal itu padaku? Aku mungkin bisa membantunya!” kata Jack menyesali.
“Menurut nyonya, tidak baik membebanimu masalah rumah. Itu bisa mengganggu fokusmu saat bekerja. Sementara kau bekerja di tempat yang sangat berbahaya!” Tom mengatakan apa yang diketahuinya.
“Mommy, maafkan aku terlambat menyadari kesulitanmu. Aku akan menyelidiki semua ini dengan serius,” lirih Jack tertunduk.
*****
*1) Cellar: Tempat penyimpanan bahan makanan bawah tanah, di pedesaan
Jack tidak mengerti sama sekali tentang urusan medis ini. Dia berpikir dan membuat dugaan-dugaan denagn beragam kemungkinan yang mungkin terjadi di lapangan, tanpa butuh banyak teori rumit. “Bagaimana jika kakek ternyata dihipnotis oleh orang lain agar melupakan semua hal yang dialaminya selama ini?” Jack terkejut sendiri denagn praduganya itu. Dengan cepat jarinya mengetik pesan pada Hudson untuk menyampaikan dugaannya pada dokter. Jack ingin dokter mencari ahli hipnoterapi untuk memeriksa kakeknya besok pagi! “Yah ... kita memang harus terbuka dengan segala kemungkinan!” gumamnya sendiri. Sebuah helikopter sudah menjemputnya di halaman rumah. Lion,Falcon, dan Ned, pergi menemani Jack ke pertemuan para pimpinan militer negara. Nyonya Smith juga turut serta dalam helikopter. Sebuah tas kerja yang menggelembung berada di pangguannya. Begitu Jack masuk dan duduk dengn baik, dia sudah menyerahkan tablet untuk dibaca sang jenderal muda. Granny dan Valerie menatap helikopter tentara it
Pria bertopeng itu tak peduli. Dia terus berjalan menuju pintu keluar. “Itu kalau kau bisa bertahan hidup di penjara dan tidak dijatuhi hukuman mati!” balasnya sinis.Keesokan pagi, kepolisian Philadelphia gempar karena Calvin Fisher ditemukan tergeletak tak berdaya di pinggir jalan depan kantor polisi. Pria itu langsung dilarikan ke rumah sakit dengan kawalan polisi dari kedua kota untuk menyelamatkan nyawanya.Di Meadow Creek, Jack sarapan dengan puas. Six telah melaporkan hal itu padanya sebelum subuh. Hatinya menjadi tenang dan seringan kapas. “Kau harus sembuh, Brianna,” bisiknya dalam hati.Iring-iringan mobil Jack menembus jalanan y ang ditutupi salju tipis. Kecepatan mereka tidak melebihi batas yang diperbolehkan, karena jalanan licin dan berbahaya. Tiba-tiba muncul seseorang yang tubuhnya penuh salju dan pucat, berdiri merenangkan tangan menghadang laju mobil.Para pengawal Jack segera waspada dan mengacungkan pistol lewat jendela pada orang itu sambil menurunkan kecepatan.“
Hudson menggeleng tak berdaya. “Itu nomor private. Tak ada jejak panggilan di ponsel.”Jack diam dan memperhatikan kakeknya. “Aku terlalu letih dengan banyaknya rahasia masa lalumu. Aku tidak akan mempedulikannya lagi. Jika kau ingin aku mencari orang itu, maka sadarlah dan ceritakan masalahnya padaku. Jika tidak, aku tak ingin menggalinya. Biarkan dia muncul sediri jika berani!”Dokter tidak mengatakan ada yang buruk dengan kondisinya, selain pingsan yang diperkirakan karena kejutan kecil. Namun, tidak sampai membuat Edward Hamilton mengalami serangan jantung. Mereka sudah melakukan tes dan tidak melihat ada yang salah di jantungnya.“Aku akan istirahat di sini, malam ini. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Hanya saja, besok pagi aku harus kembali bekerja.” Jack menjelaskan posisinya yang sulit.“Saya mengerti.” Hudson mengangguk.Malam itu Jack menghubungi Brodie Baker untuk datang dan membawakan laporan perusahaan yang membutuhkan persetujuannya ke rumah sakit. Dia mungkin aka
Jack tercengang mendengar pengakuan Six. Dia menggeleng gusar. “Kau sangat tahu. Dengan posisiku di ketentaraan, aku tidak akan membiarkan tindakan main hakim sendiri seperti ini!” dengusnya kasar. “Jangan khawatir, jika terjadi sesuatu, akulah yang akan bertanggung jawab. Kami sangat tahu bahwa kau telah membahayakan karier militermu dengan mengambil alih kepemimpinan kelompok dalam masa krisis ini. Kami sangat berterima kasih untuk itu.” Six mengangkat tubuhnya yang semula membungkuk jadi duduk tegak dan menoleh pada Jack di samping. “Kami semua sudah menyepakati bahwa kami tidak akan pernah menyebutmu sebagai pimpinan jika terjadi hal yang mungkin akan menyeret kita semua ke ranah hukum!” Jack tak menyangka akan mendengar hal seperti itu. Kalian ....” Six mengangguk. “Kau jangan merasa terbebani dengan Kelompok Bawah Tanah. Sedikit hal yang kusesali tentang keinginan Deska yang menjodohkanmu dengan Brianna, meskipun dia mengetahui pekerjaanmu.” Six berdiri dan menghampiri lagi
Para pelayan di kediaman Deska langsung menyiapkan pemakaman untuk keesokan hari setelah mendapatkan informasi resmi tentang meninggalnya tuan mereka. Sementara itu, Jack dan pelayan pribadi Vladimir Deska tetap menunggu hingga semua prosedur selesai. Mereka membawa pulang peti jenazah Deska beberapa jam kemudian saat malam sudah turun.Jack mengabarkan pada Tuan Fredd bahwa dia tak bisa pulang, karena ayah mertuanya meninggal hari itu. Dia akan tinggal hingga pemakaman selesai dilakukan.Wajah seisi rumah itu diliputi kesedihan mendalam. Apapun pekerjaan Vladimir Deska di luar, dia tetaplah majikan yang baik pada para pekerjanya di rumah itu. Hingga tengah malam, makin banyak tamu dan perwakilan perusahaan yang datang ke kediaman dan melihat Vladimir Deska untuk terakhir kali.“Kami tidak melihat Brianna sejak tadi. DI mana kah dia?” tanya salah seorang tamu pada pelayan rumah.“Nona juga sedang sakit saat ini. Itu sebabnya tidak bisa hadir di sini,” jawab salah seorang pelayan.“Sa
Jack melangkah cepat mengikuti pelayan pribadi Vladimir Deska yang menunggunya di helipad.“Bagaimana keadaannya sejauh ini?” tanya Jack.“Tak ada kemajuan, Tuan Muda,” jawab pria itu lesu.Jack melirik pria di sampingnya. Pelayan itu tampak sangat letih, tapi tetap berusaha sigap melayani tuannya.“Kau bisa istirahat sebentar setelah ini. Biar aku yang menjaga Tuan Deska!” kata Jack.“Saya tahu Anda murah hati, Tuan Muda. Namun, saya juga tahu bahwa Anda pun memiliki banyak hal untuk diurus. Saya tidak akan membebani Anda lebih jauh,” tolaknya dengan penuh pengertian.Jack memaksa jika memang pria itu merasa masih sanggup melakukan tugasnya. Mereka memasuki lift menuju lantai perawatan Vladimir Deska.Jack menatap nanar mertuanya terbaring dengan begitu banyak alat bantu di tubuhnya. Pria yang pernah sangat berkuasa di Kelompok Bawah Tanah itu, kini terbaring tak berdaya. Bahkan untuk menarik napas saja sudah tak mampu.“Tuan Muda, Dokter ingin bertemu dengan Anda.” Pelayan pribadi i
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen