"Kau! Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jordy sambil mencengkram kerah baju Marlon.Marlon baru saja terjerembab ke anak tangga kelima setelah Jordy menariknya keluar dari dalam kamar Crystal dan mendorongnya hingga jatuh."Hei, justru aku yang harus bertanya padamu. Kenapa kau mendorongku seperti ini? Apa begini sikapmu ketika berhadapan dengan tamu bosmu?" kekeh Marlon berusaha memprovokasi Jordy."Justru itu, aku ingin tahu apa yang sedang dilakukan tamu ketika berada di rumah orang lain namun dia menyelinap ke ranah pribadi sang tuan rumah? Tuan Marlon, apa kau tidak pernah diajari tata krama sebelumnya?" balas Jordy dengan geram."Aku mendapat izin dari Papa Ben untuk naik ke lantai dua memanggil Crystal untuk ikut bergabung dengan makan malam kami. Apa kau ada masalah dengan itu?" gumam Marlon tak peduli.Jordy terdiam sejenak. Serba salah kalau ini menyangkut persetujuan dari bosnya."Kenapa? Apa kau mulai berubah pikiran sekarang? Kau pikir Papa Ben akan marah padaku? Ahhh
Crystal tercengang mendengar pengakuan Marlon yang mengatakan kalau di adalah calon suami Crystal. Sebaliknya Marlon malah menanggapi dengan seringai menyebalkan."Ya, apa yang kukatakan itu adalah benar. Kenapa? Apa kau sangat terkejut atau justru sebaliknya terharu mendengar kalau aku bersedia menjadi kekasihmu?" tanya Marlon sambil menaik-turunkan alisnya."Ap-apa?!" Crystal membelalakkan matanya, tak habis pikir dengan kata-kata Marlon yang lebih sering seperti asal bunyi dan tak dipikirkan terlebih dahulu."Hei, Marlon! Apa kau tidak berpikir kalau kau benar-benar keterlaluan sebelum mengatakan hal itu?! Kau pikir dirimu itu siapa sampai- sampai kau merasa pantas menjadi calon suamiku? Ya Tuhan, kau sangat menggelikan sekali namun sayangnya aku sedang tidak ingin bercanda dengan siapapun! Sekarang bisa aku minta tolong padamu untuk keluar dari kamarku sekarang juga? Katakan pada kalau aku sedang tidak lapar dan aku sama sekali tidak tertarik bergabung makan malam dengan kalian
"Hai, Marlon. Kau datang?" Arabella yang baru datang dan bergabung dengan suaminya untuk makan malam itu menyapa Marlon untuk berbasa-basi. Marlon pun tersenyum mengiyakan."Ya, ini aku, Nyonya Mensina," jawab Marlon dengan sopan. "Papa Ben mengajakku untuk makan malam di sini. Apakah kedatanganku terasa mengganggu?""Ah, tidak, tidak. Bagaimana mungkin kedatanganmu akan mengganggu. Justru Benigno mengundangmu ke sini pastilah karena dia telah menganggapmu seperti putranya sendiri,"jawab Arabella. "Santai saja. Kita nikmati kebersamaan keluarga ini dalam makan malam ini. Oh, ya ngomong-ngomong di mana Crystal?"Arabella menatap ke sekeliling lalu melihat pada suaminya itu untuk mendapatkan jawaban. Pandangan Benigno pun spontan tertuju ke arah pintu ruang makan seperti sengaja sedang menunggu seseorang untuk datang. Dan orang yang dia tunggu adalah Crystal yang sudah disuruhnya dijemput oleh anak buahnya."Mungkin sebentar lagi dia akan turun ke sini. Aku telah menyuruh lain untuk me
Benigno mendengus mendengar pertanyaan Marlon itu. "Sebenarnya kau tidak perlu menanyakan itu. Yang terpenting adalah kau mengakui itu atau bukan. Jadi benar kau yang telah melaporkan Ethan pada kepolisian Palermo?" tanya Benigno.Marlon tidak langsung menjawab. Ia sedang mengira-ngira kira-kira bagaimana respon Benigno terkait hal ini. Apakah pria itu senang ataupun sebaliknya Benigno tidak suka dengan tindakan Marlon terlalu jauh dan terburu-buru melaporkan Ethan pada kepolisian Palermo. Tentu Marlon harus siap sedia menghadapi sikap Benigno yang seperti apa pun itu."Marlon ..." tegur Benigno untuk mengalihkan kembali perhatian Marlon yang melamun agar tertuju padanya lagi.Marlon buru-buru menatap orang tua itu. Segera ia bersikap setenang mungkin."Ya, Papa Ben? Emm ... oh, baiklah. Karena Papa Ben memiliki insting yang sangat kuat dan memiliki pengalaman menghadapi berbagai macam orang dan juga yang telah banyak makan asam garam kehidupan, aku ... hmmm ... aku tidak mie al
Saat Benigno masuk ke rumahnya, ketika ia melewati ruang keluarga, Benigno bertemu dengan Bertha yang sedang menemani Clarissa menonton televisi."Bertha, Crystal dimana?" tanya Benigno pada Bertha.Bertha yang perhatiannya sedang tertuju pada layar televisi sontak termangu beberapa melihat Benigno yang saat ini sedang menegurnya. Bagaimana tidak? Bagaimana pun ketika berhadapan dengan Benigno langsung, mau tidak mau Bertha tetap merasa tidak enak hati mengingat dia pernah menolak memilih Benigno menjadi tuannya dan lebih memilih Crystal dan berpaling pada putri majikan itu sebagai asisten rumah tangga yang setia melayani. Hal itu membuat Bertha menjadi salah tingkah dan untungnya saja Benigno tidak sadar dengan reaksi Bertha saat berhadapan dengannya."Bertha?" tegur Benigno lagi, membuat Bertha menjadi semakin tergagap."Ya, ya Tuan?" "Aku bertanya padamu, di mana Crystal?""Oh, Nyonya ... nyonya muda ... nyonya saat ini sedang berada di kamarnya, Tuan," jawab Bertha terbata-bata.
Fabio mendekat ke arah pagar menghampiri Massimo yang memanggilnya dari luar."Ya? Kenapa kamu masih berada di sini? Kami sudah bilang padamu untuk pergi saja dari sini. Nyonya Crystal tidak mau bertemu denganmu. Pergilah!" usir Fabio."Tidak. Aku tak akan pergi dari sini sebelum kau memanggil nyonya Crystal. Aku diperintahkan oleh capo untuk menjaga nyonya. Aku harus memastikan kalau nyonya Crystal baik-baik saja," kata Massimo menolak perintah Fabio yang menyuruhnya pergi."Dia akan baik-baik saja, jangan khawatir. Nyonya Crystal sedang berada di dalam rumahnya sendiri. Dia dikelilingi oleh keluarganya, ayahnya. Untuk apa kau mengkhawatirkan nyonya Crystal. Tak usah kau suruh pun kami pasti akan menjaga nyonya Crystal dan nona Clarissa dengan jiwa raga kami. Sekarang pergilah!" Fabio kembali menyuruh Massimo untuk pergi."Aku tetap akan berada di sini sampai minyak Crystal keluar. Capo-ku tidak mengijinkan aku untuk lalai menjaganya. Jadi sudah pasti aku akan tetap berada di sini un