“Melvin, kau kenal dengan perempuan ini?”Melvin yang baru bangun dari tidurnya, mengesap vodka dan menyalakan rokok sebentar.Matanya menyelidik inchi tiap inchi perempuan yang dibawa Davin, seperti tidak asing dan pernah bertemu.Matanya hitam pekat, rambut sebahu dan sedikit bergelombang di bagian ujungnya, hidung mancung sekaligus bibir tipis, hmm, Melvin makin penasaran.“Seperti sebuah bayangan tiba-tiba muncul di pikiranku, tapi entah siapa?”“Kau ingat sarapan pagi kita di kafe The Dome waktu itu?”“Sebentar, Tuan ... ahh, dia adalah Rainy!”Muka Melvin langsung sumringah padahal badannya seperti remuk akibat bertarung dengan Paul kemarin malam.Sebelum kedatangan Davin di Blackford, Reyhan sudah menceritakan tentang sosok perempuan muda cantik yang dimanfaatkan oleh Hans.Dan perempuan itu adalah Rainy.Keterkejutan tidak bisa ditutupi dari mimik muka Melvin.“Bagaimana perempuan secantik dan seanggun dirimu mau dimanfaatkan? Bukannya bekerja di kafe The Dome sudah lebih dari
Siang ini, Davin berangkat dengan pakaian serba rapi.Kemeja putih dengan tuxedo yang merangkap. Tak lupa, jas hitam super mewah bahan katun juga dipakai Davin.Setelah sekian lama tidak memakai pakaian mewah, kini Tuan Muda menggunakannya karena membawa martabat seorang Prince Eiduart di tanah London.“Melvin, aku sudah siap untuk berangkat. Bagiamana denganmu?”“Sebentar, Tuan, tunggulah disana. Sebentar lagi aku akan menjemput Anda.”“Bukankah aku berangkat sendiri menuju bandara Munchen? Kenapa kau menjemputku di istana?”“Rainy tadi sempat mengabariku jika ada utusan dari Paul sedang menuju istana. Aku sendiri takut terjadi apa-apa pada Anda.”“Oke, Melvin, aku menunggu di dekat parkiran.”Beberapa menit kemudian, Melvin datang dengan membawa mobil Dacia abu-abu tanpa pengawasan siapapun.Di dalamnya ada Rainy dan Reyhan yang sudah saling mengawasi satu sama lain.Reyhan belum sepenuhnya percaya pada keberpihakan Rainy kepada Nayama dan masih menuduhnya musuh.Berbeda dengan Melv
Mobil sedan melaju kencang menembus salju yang kembali turun hari ini.Di dekat bandara, ada Greg yang sudah menunggu kedatangan Davin.“Dari mana dia mengetahuinya, Melvin?”“Entah, aku tidak pernah mengabari siapapun tentang rencana ini.”“Mustahil, orang Lone Werewolf sepertinya mengetahui keberangkatan kita menuju London Utara.”Benar saja, begitu mobil akan memasuki bandara, Greg berhenti dan menghentikan mereka.“Hey, Greg, kenapa kau bisa ada disini?”Davin langsung keluar dari mobil dan memandang Greg dengan tatapan yang tidak mengenakkan.“Siapa yang memberitahumu jika aku akan berangkat menggunakan pesawat?”“Ada satu orang yang berkhianat dan dia sedang berpura-pura agar memihakmu.”“Maksudmu apa? Jangan mengancam dan menakut-nakutiku, Greg.”Cengkeraman yang dilakukan Davin pada kerah baju Greg tidak membuat orang nomor dua si Suzuran itu bergeming.Dia sudah mengatakan yang sebenarnya, tidak berbohong dan sesuai fakta.Ada seseorang yang ternyata menyamar dan mengelabuhi
Pesawat terasa seperti terganjal oleh awan-awan hitam.“Semua diharap tenang. Kita sedang melewati badai yang tidak bisa diperkirakan. Pelampung ada di bawah kursi dan harap berdoa dalam hati masing-masing.”Suara pramugari memenuhi ruang pesawat.Davin hanya memejamkan mata dan mengikuti semua saran dari pramugari.Berbeda dengan Melvin, ia nampak tenang dan sudah siap ketika pesawat tiba-tiba jatuh.Hampir sepuluh menit sejak pesawat seperti sedang digoyang-goyang karena awan tebal hitam dan badai langit, matahari mulai tampak dari kejauhan.“Syukurlah, kita sudah aman.”“Apa aku kata, tidak perlu takut. Ini hanya awan hitam biasa dan pilot pasti sudah lihai melewati masalah seperti ini.”Sekitar satu jam perjalanan sudah dilewati.Mereka bertiga duduk-duduk santai di lounge bandara sembari menunggu jemputan dari anak buah Harry.Di samping mereka, berjejer banyak toko makanan ringan berupa roti dan minuman panas.Melvin memandang ke arah kanan, perutnya berbunyi karena sejak tadi s
Harry memutar lagu seorang musisi terkenal Inggris zaman 90-an dan membuat Melvin tertidur pulas.Perut yang kenyang adalah sumber kantuk paling utama.Dibalik itu, rasa capek yang dialami Melvin karena sejak pagi melakukan aktivitas juga menjadi pemicu lanjutan dari rasa kantuknya.Harry duduk di depan bersama Davin.“Bagaimana udara di London, Tuan?”“Hmm, sedikit lebih hangat daripada Edinburgh. Tapi kalau dibandingkan Glasgow dan sungai Clyde-nya, aku rasa disana lebih baik.”“Suhu perkotaan di Glasgow yang letaknya ada di kiri-kanan sungai Clyde tidak bisa dikalahkan, bahkan bisa dibilang yang terbaik di Inggris.”Perbincangan membuat perjalanan tidak terlalu berasa.Mereka sudah memasuki batas kota dan disambut dengan arsitektur kuno di plakat ucapan selamat datang.Dari struktur kayu yang sedikit rapuh, sudah jelas sekali kalau plakat ini berdiri dari puluhan tahun yang lalu.Saat mobil sedan sudah memasuki kawasan Cambridge, Davin teringat ada hal penting yang harus ia sampaik
“Harry, kau pergi dan jaga pintu,” bisik Davin sangat pelan.“Jangan segan-segan untuk menusukkan pisau ini kalau ada orang yang membahayakan.“Dan satu lagi, pastikan tidak ada orang yang lalu-lalang atau mengintip di pintu rumah yang jebol.”Semua perintah Davin langsung digarap cepat oleh Harry.Sang pangeran memberikan pisaunya kepada kerabat ayahnya itu dan membiarkan Ken untuk tetap menemani majikannya.Sementara Melvin menunggu aba-aba dari Davin.“Kalau dari titik ini, sepertinya mereka sudah siap menerkam begitu kita naik ke tangga lantai dua.”“Lantas aku harus bagaimana?”“Hmm, sebentar...”Davin memutar otaknya dan melihat sekeliling.Ada sebuah ketapel kecil yang ada di dekat aquarium tanpa ikan.“Aku punya ide, Melvin, tapi ini sangatlah beresiko.”Setelah mengecek jika ketapel itu masih berfungsi normal, Davin langsung mempersiapkan belati kecilnya yang digunakan sebagai amunisi.Melvin mendapat perintah untuk membuat suara derap langkah kaki seperti orang berlari menai
Harry memberikan pisau yang ada di tangannya kepada Melvin.“Aku sangat takut, Melvin. Mungkin kau saja yang membunuh, aku tidak berani.”“Baiklah, tapi kakiku sudah tidak kuat lagi untuk berlari.”“Kita akan aman disini. Aku akan terus berdoa, semoga Tuhan masih membela kita.”“Doa tidak ada gunanya untuk sekarang. Yang terpenting adalah aksi, jangan berhenti berusaha dan hanya menunggu keajaiban!”Di bawah tangga itu, Melvin sempat bertatapan sekilas dengan Davin dan mereka saling memberi kode dengan isyarat jari.“Ambil pisau itu, dan lemparkan saat aku memberi aba-aba.”Begitu Davin mengerti maksud kalimat Melvin, ia menyeret mayat lelaki yang dibunuhnya tadi ke dalam kamar.Untung, kecepatan tangan Davin mengalahkan reflek dua orang yang tersisa dan membuatnya aman tanpa terkena goresan peluru.Setelah mencabut pisau kecil miliknya, Davin menaruh pisau itu di samping telunjuk kiri dengan posisi tangan kanan membentuk angka nol.Jika kalian ingat posisi ketika melempar kelereng, k
“Sombong sekali kau anak muda. Jangan menyesal saat membuat laporan di penjara nanti!” kata salah satu polisi.“Silakan saja, aku tidak akan menyesali ucapanku.” Melvin dengan sombongnya menantang para polisi. Dia ingin mengetes seberapa cerdas sang polisi jika dibandingkan dengan petugas keamanan istana.Di depan Melvin, ada Harry yang ketakutan setengah mati karena ditangkap polisi.Cambridge bukanlah daerah kekuasaannya karena ia lebih terkenal di Nottingham.Bisnis restorannya belum sampai menggaet orang-orang dunia bawah karena anak resto di Cambridge belum terlalu besar.Dari tangga lantai dua, terdengar suara pijakan kaki.Davin turun dan disambut dengan todongan senjata enam anggota polisi.“Stop! Jangan bergerak lebih atau aku akan melumpuhkanmu!”Teriakan polisi tidak berakibat apapun pada Davin, tapi sang pangeran menuruti keinginan enam polisi yang menodongnya.“Angka