Share

Pemakaman

Gerimis membasahi tanah. Hari masih pagi, namun gerimis seolah ingin ikut andil dalam kesedihan yang dirasakan Arsenio saat ini. Arsenio duduk termenung di samping batu nisan putranya. Arsenio tak langsung pergi. Meski prosesi pemakaman sudah selesai.

“Kenapa begitu cepat kamu meninggalkan Papa, Arlo. Meninggalkan Papa sendirian seperti ini.”

Perhatian Arsenio tak teralihkan dari batu nisan yang bertuliskan nama putranya. Rasanya Arsenio masih belum percaya jika putranya telah pergi untuk selamanya. Berat bagi Arsenio menerima kenyataan pahit ini. Berulang kali air mata Arsenio berjatuhan. Mungkin jika tidak gerimis. Pipinya penuh dengan air mata.

"Maafkan Papa, Arlo. Jika malam itu Papa tidak meninggalkan kamu. Papa tidak akan mungkin kehilangan kamu.”

Ingatan Arsenio mengingatkannya dengan kejadian tadi malam. Tangan Arsenio mengepal kuat. Mengingat omnya sendiri. Tega membohonginya.

"Semua ini gara-gara tua bangka itu. Gara-gara dia, aku kehilangan putraku."

Mulai detik itu Arsenio
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status