Maria langsung menunjuk ke arah sebuah kalung, “Aku mau ini.”
Karyawan itu mengeluarkannya dengan ekspresi yang tidak menyenangkan, Maria mengambilnya dan langsung mencobanya, “Aku mau ini, sangat bagus,” ucap Maria.
Sans mengangguk dan mengeluarkan kartu VIP miliknya, “Bayar,” ucapnya kepada karyawan itu. Tatapan karyawan itu sedikit tidak percaya terhadap kartu yang diberikan Sans.
Maria tersenyum dan berkata, “Terima kasih, Sans.”
“Ya, sama-sama,” ucap Sans tersenyum menatap Maria.
Sosok tubuh Maria sangat indah, kakinya yang mulus, badannya yang ramping menunjukkan lekuk tubuhnya yang indah. Ditambah dengan kalung ini, siapapun tidak akan bisa memalingkan pandangannya. Bahkan Sans, tapi ia tetap memikirkan istrinya. Ketika karyawan tersebut kembali, senyumannya berubah menjadi leb
Kakek Lindsay memilih untuk mengabaikan Wans dan Soraya. Ia masih tertawa dan mengobrol dengan orang lain. Itu menandakan dirinya diam-diam setuju atas sindiran Wans terhadap Soraya. Soraya merasa sedih, semuanya merupakan cucu dari kakek, namun mengapa dia mendapat perlakuan yang berbeda? Saat ini, Carla Lindsay yang berada di sebelahnya tiba-tiba tersenyum kepada Soraya, “Soraya, sudahlah. Ayo makan yang banyak.” Soraya tersenyum senang merasa ada yang berbeda dari oragn lain dan berkata, “Terima kasih, Carla.” Tapi perkataan Carla selanjutnya membuat Soraya kembali sedih, “Biasanya kamu tidak mampu makan makanan mahal seperti ini, sekarang kamu harus makan lebih banyak,” ucapnya. “Hahaha ... Benar sekali, makanan kali ini bisa menghemat uangmu,” ucap Wans tersenyum kemenangan, dan
Siapakah orang misterius ini? Dan, siapakah sang menantu tersebut? Seorang pria muda berusia dua puluh tahun tiba-tiba menghampiri mereka dari depan pintu. “Ternyata hari ini adalah acara tahunan keluarga Lindsay, semoga bisnis Keluarga Lindsay semakin makmur.” Setelah semua orang melihatnya, sepertinya mereka semua menemukan jawaban atas kebingungan yang dialami oleh semua orang. Kakek Lindsay juga mengerti, dia tersenyum menyapanya, “Tuan Muda, Lou, ayo duduk.” Tuan Muda Lou adalah penerus dari Keluarga Lou. Keluarga kaya raya di Kota Ryuu, dia adalah cucu kesayangan Kakek Lou. Kemungkinan besar dia adalah pewaris Keluarga Lou di masa depan. Tuan Muda Lou tersenyum dan berjalan masuk. Wans bergegas menghampirinya dan berkata, “Hadiah yang diberikan
“Kau lupa? Bukannya kita pernah satu kampus? Lagi pula kita hampir menjadi sepasang suami istri.” Ucap Zheng berkata dengan acuh tak acuh. Soraya berkata dengan datar, “Aku telah menikah selama dua tahun, lain kali jaga bicaramu.” “Aku tak peduli” ucap Zheng semakin tidak peduli, “Suamimu itu hanya sampah kan? Kau juga tidak menyukainya bukan?” lanjutnya. Mungkin memang benar, tapi di dalam lubuk hatinya ia menyukai Sansan. Zheng kembali berkata, “Soraya, tinggalkan sampah itu dan menikahlah denganku. Akan kubuat kau bahagia dan menjadi wanita paling beruntung di dunia ini.” Soraya hanya diam, ia tidak mungkin bercerai dengan Sansan. Kemudian terdengar suara pria, “Dia tidak akan menceraikanku. Tidak akan pernah!” Sansan Carell ada di sini. Soraya terkejut, “Apa yang kau lakukan disin
Perjalanan menuju rumah barunya membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena lokasinya yang berada dipinggiran kota. Dan cukup jauh dari rumah lamanya dahulu. Setelah beberapa lama dalam perjalanan, mereka pun sampai dirumah barunya. Soraya membawa Sans kedalam rumah. Rumah itu cukup besar untuk ditinggali oleh dua orang, dan rumah itu memiliki dua kamar. "Oh ya, kamarmu disana, Sans," ucap Soraya menunjuk ke kamar tidur yang berada paling ujung. Sans mengangguk tanda setuju, kemudian Soraya berjalan ke dalam kamar tidur satunya lagi. Sans berpikir bahwa mereka akan tinggal bersama, namun ternyata tinggal di kamar yang berbeda. Sans melihat-lihat rumah itu, ia merasa sesak saat mengingatnya, rumah ini berbeda jauh dengan rumah sebelumnya. Sans berencana membeli rumah baru untuk istrinya, ia tidak ingin melihat Soraya ting
Sans tiba-tiba mengerti bahwa pantas saja Bos toko tempat ia membeli mobil ingin memberinya sebuah mobil. Dengan menjalin hubungan baik, dia bisa mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi ataupun mereka memang tengah menjalankan proses kolaborasi. Zoran secara singkat memperkenalkan Grup Hour. Kemudian ia menyuruh salah satu pengawalnya membeli jas untuk Sans. Setelah selesai mendapatkan jasnya, Sans dan ayahnya melakukan rapat kerja. Setelah selesai, Zoran pergi begitu saja karena ia harus bertemu dengan klien lainnya. Sans tersadar, dia berdiri di dalam ruangan kantor direktur. Sans melihat sekeliling ruangan, kemudian berjalan menuju jendela dan melihat mobil yang sedang lalu lalang, dia merasa sedikit linglung. Belakangan ini bukannya dia tidak berusaha kerja keras, namun Tuhan seperti sedang bercanda kepadanya karena semua kerja keras yang dia lakukan tidak bisa membuahkan hasil ya
Ini adalah hari pertama dia masuk ke perusahaan ini, dia tidak akan mengabaikan masalah begini! Apalagi orang di dalam ruangan tersebut adalah Maria, sahabat baik Soraya. Tentu saja, jika orang itu adalah wanita lain, dia juga akan bertindak seperti ini. Dikarenakan perusahaan ini telah dikuasai olehnya, maka dia tidak akan membiarkan kejadian seperti ini terulang lagi di kemudian hari. Ketika Manajer Kim mendengar teriakan Sans, kakinya terasa lemas dan tidak bisa bergerak akibat ketakutan. Maria mengambil kesempatan ini untuk meninggalkan ruangan, dia ingin berterima kasih kepada orang yang membantunya. Namun dia hanya melihat Linda dan sebuah punggung yang sangat kokoh. Ketika melihat punggung itu, jantung Maria berdetak semakin cepat. Hei, tunggu dulu, kenapa dia merasa tidak asing? Apakah dia mengenalnya? Di dalam
"Baik, Tuan, tunggu sebentar, aku akan mengambil berkas kontrak untukmu," ucap pegawai tersebut sambil berusaha menenangkan suasana kegembiaraannya dan pergi mengambil berkas kontrak. Sans menunggu sambil melihat-lihat perumahan tersebut. "Sansan Carell?" terdengar panggilan dari seseorang yang penuh amarah dan keterkejutan. Sans menoleh, seketika itu juga dia pasrah. Bagaimana dia bisa bertemu dengan Steve Jobs? Benar-benar sial! Steve Jobs juga merasa sial, saat dia melihat Sans, rasa malu yang dia alami kemarin membuatnya tanpa sadar menggeram. Dikarenakan suaranya membuat semua orang yang mendengar langsung menoleh ke arahnya. Sans memperhatikan Steve, saat melihat ekspresinya. Ia menebak bahwa sepertinya dia datang untuk membahas kerja sama. Steve menghampirinya, "Sans, luar bias
Menyinggung orang yang tidak seharusnya disinggung? Siapa yang telah dia singgung? Mata Steve melotot sewaktu dia mengingat kata-kata Sans di telepon tadi. "Apakah Sans? Sansan Carell yang menyuruhmu?" Steve bertanya dengan kesal sambil berdiri. Manajer Zie tidak tahu dengan Sansan Carell. Ia juga tidak tahu jika Presiden Direktur yang baru adalah Sansan Carell. Bahkan, ia belum bertemu dengan Direkturnya yang baru. Ia hanya berkata, "Direktur Steve, aku tidak tahu apa-apa karena aku melakukan semua berdasarkan perintah dari atasanku." "Aku pergi dulu karena masih ada urusan," ucap Manajer Zie meninggalkan Steve. Steve masih kesal dan bingung, "Brengsek! Siapa yang sudah aku singgung."